Beranda / Romansa / Terjebak Dalam Pesona / BAB 5: Langkah Kecil Menuju Kebebasan

Share

BAB 5: Langkah Kecil Menuju Kebebasan

Penulis: Septiono17
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-30 20:35:56

Pagi itu, Lia bangun lebih awal dari biasanya. Ia duduk di tepi tempat tidur, matanya memandangi jendela yang menghadap ke kota. Udara pagi yang dingin menyusup melalui celah-celah jendela yang sedikit terbuka, membawa bau kota yang sibuk. Namun, meskipun suasana di luar terasa biasa, hatinya tak bisa berbohong. Ada perasaan yang lebih berat dari sebelumnya, sebuah perasaan yang semakin sulit untuk disangkal.

Malam sebelumnya, setelah pertemuan dengan Darma, Lia merasa seolah-olah ada sesuatu yang terbangun dalam dirinya—sesuatu yang telah lama terkubur. Kata-kata Darma mengenai pilihan dan kebebasan bergaung terus dalam pikirannya. Namun, di sisi lain, ia juga tahu bahwa segala yang telah ia jalani sampai saat ini tidak bisa begitu saja dilupakan. Dunia yang telah mengikatnya terlalu kuat, terlalu dalam. Keluar dari sana berarti memulai semuanya dari awal, tanpa kepastian apa pun.

Namun, meskipun hati dan pikirannya bertentangan, Lia tahu bahwa sesuatu harus berubah. Ia merasa semakin tidak nyaman dengan hidupnya yang penuh dengan kebohongan dan ketakutan. Setiap hari, ia terpaksa tersenyum dan bermain peran, namun hatinya merasa semakin terkikis. Ia ingin kembali ke dirinya yang dulu, gadis desa yang sederhana dengan mimpi-mimpi yang tulus, bukan wanita yang hanya dijadikan objek untuk kesenangan orang lain.

Sambil menatap pantulan dirinya di cermin, Lia merasakan sesuatu yang aneh—ada secercah keberanian yang mulai muncul. Keberanian yang dulu ia pikir tidak ada dalam dirinya. Mungkin inilah saatnya untuk mengambil langkah pertama. Mungkin inilah saatnya untuk keluar dari dunia ini, meskipun tak ada jaminan apa pun di luar sana. Namun, apa yang lebih buruk dari terus hidup dalam penipuan ini?

Saat Karina masuk ke kamar dengan senyuman seperti biasa, Lia tahu bahwa hari ini akan berbeda. Karina memberikan gaun merah yang mempesona dan makeup yang mencolok, namun Lia tidak merasa seperti biasa. Kali ini, ia merasa tidak ingin menjadi orang yang dipaksa untuk tampil seperti boneka.

“Lia, kamu siap untuk malam ini?” tanya Karina, tampak antusias seperti biasanya.

Lia memandang Karina dengan tatapan yang lebih tajam daripada biasanya. “Karina, aku ingin bicara.”

Karina menghentikan gerakannya, menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dari Lia hari ini. “Apa yang terjadi? Kenapa wajahmu terlihat berbeda?”

“Aku tidak bisa terus seperti ini,” jawab Lia dengan suara yang lebih tenang dari yang ia rasakan. “Aku ingin keluar dari sini, Karina. Aku tidak bisa menjalani hidup seperti ini lagi.”

Karina terdiam beberapa saat, menatap Lia dengan ekspresi yang sulit dipahami. “Kamu tahu apa yang kamu katakan, Lia?” tanya Karina akhirnya, suaranya lebih serius daripada biasanya. “Jika kamu keluar dari sini, itu berarti kamu harus meninggalkan semua yang sudah kamu miliki. Tidak ada jalan kembali. Dunia ini akan menghancurkanmu jika kamu tidak kuat.”

Lia menatap Karina, mencoba membaca ekspresi wajahnya yang penuh dengan teka-teki. “Aku tahu apa yang akan terjadi, Karina. Tapi aku tidak bisa terus hidup dalam kebohongan ini. Aku ingin menjadi diriku lagi. Aku ingin kembali ke kehidupan yang lebih sederhana, meskipun aku tidak tahu apakah itu masih mungkin.”

Karina menghela napas panjang. “Aku mengerti perasaanmu, Lia. Aku tahu betul betapa sulitnya untuk keluar dari sini. Tetapi ingat, dunia ini tidak akan membiarkanmu begitu saja. Jika kamu memilih untuk pergi, kamu harus siap menghadapi kenyataan yang lebih keras.”

Lia mengangguk perlahan. “Aku tahu. Tapi aku sudah cukup terperangkap dalam dunia ini. Aku ingin mencari jalan keluar, bahkan jika itu berarti kehilangan segalanya.”

Karina menatap Lia dengan pandangan yang campur aduk—ada rasa khawatir, namun juga rasa simpati. “Baiklah, Lia. Jika itu yang kamu inginkan, aku akan membantumu. Tapi kamu harus siap dengan konsekuensinya.”

Lia mengucapkan terima kasih pada Karina, meskipun ia tahu bahwa tak ada yang bisa mengubah keputusan yang sudah ia buat. Keputusannya sudah bulat. Ia tidak bisa lagi bertahan dalam kebohongan ini, tidak bisa lagi menjalani hidup yang penuh dengan ketakutan dan pengorbanan yang sia-sia. Mungkin dunia luar tidak akan memberikan kepastian, namun ia merasa lebih baik memilih ketidakpastian itu daripada terus terperangkap dalam dunia yang telah membunuh jati dirinya.

Sore itu, setelah semua persiapan selesai, Lia duduk di balkon kamar apartemennya, menatap kota yang tampak begitu jauh. Seperti dunia yang tidak akan pernah bisa dijangkau, seperti hidup yang terasa tidak lagi miliknya. Tapi, untuk pertama kalinya sejak ia berada di sini, Lia merasa ada secercah harapan yang mungkin bisa ia gapai. Mungkin dunia luar penuh dengan ketidakpastian, tetapi itu adalah satu-satunya jalan yang bisa ia pilih.

Saat senja mulai menyelimuti kota, Lia menerima sebuah telepon dari Darma. “Lia, aku sudah mengurus semuanya. Kamu bisa pergi kapan saja. Tapi ingat, ini bukan perjalanan yang mudah. Jika kamu siap, aku akan menunggu di luar.”

Lia menatap ponselnya dengan tangan yang sedikit gemetar. Ia tahu bahwa langkah pertama sudah dimulai. Dunia yang akan ia masuki setelah ini mungkin lebih keras, lebih dingin, dan lebih menakutkan. Tetapi, setidaknya, ia akan berada di jalannya sendiri, bukan hidup di bawah bayang-bayang kehidupan yang orang lain tentukan untuknya.

Dengan langkah yang penuh keteguhan, Lia menggenggam tas kecil yang ia bawa, mematikan lampu kamar, dan melangkah keluar dari apartemen itu. Setiap langkah yang ia ambil terasa lebih berat, namun juga lebih bebas. Ia tahu, meskipun jalannya tidak jelas, ia memiliki satu hal yang tak bisa dirampas—pilihan untuk kembali menemukan dirinya sendiri.

Malam itu, Lia keluar dari dunia yang telah membelenggunya selama ini, meninggalkan segala yang ia kenal, dan melangkah menuju kebebasan yang penuh dengan ketidakpastian.

Bab terkait

  • Terjebak Dalam Pesona   BAB 6: Di Ambang Ketidakpastian

    Langkah Lia terasa ringan, namun setiap jengkal yang ia lewati seolah menambah beban di pundaknya. Setelah berbulan-bulan terjebak dalam rutinitas yang tak berujung, ia kini berada di luar dunia yang telah mengikatnya. Malam itu, kota yang seharusnya hidup dengan ribuan cahaya tampak begitu sunyi. Hanya suara deru kendaraan yang terdengar, tetapi hatinya berdebar keras, seolah ada ribuan suara yang menceritakan kisah-kisah yang belum ia ketahui.Ia melihat ke belakang, ke gedung tempat ia meninggalkan segalanya—kehidupan yang penuh dengan kemewahan semu dan kekosongan yang menyelimutinya. Ia tahu, meskipun dunia luar lebih keras dan penuh ketidakpastian, ia tidak bisa kembali lagi. Dunia itu sudah tidak bisa memberinya apa-apa lagi selain rasa terperangkap dan kehilangan jati diri.Darma sudah menunggu di luar, berdiri dengan tubuh tegap di pinggir trotoar, di bawah lampu jalan yang temaram. Wajahnya tenang, seolah tak terpengaruh oleh situasi yang baru saja terjadi. Lia merasakan ket

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Terjebak Dalam Pesona   BAB 7: Cahaya di Ujung Terowongan

    Lia membuka matanya perlahan. Cahaya pagi menyelinap melalui celah tirai jendela kecil di kamar sederhana tempat ia tidur. Udara segar memenuhi ruangan, jauh berbeda dengan kamar mewah namun sesak yang dulu menjadi penjaranya. Di sini, tidak ada suara musik bising, tidak ada aroma parfum yang menusuk, dan tidak ada suara langkah sepatu hak tinggi yang menghantui malam-malamnya. Ia bangun dari tempat tidur, merapikan rambutnya yang kusut, dan berjalan ke dapur kecil. Di meja, sudah ada segelas teh hangat dan sepiring roti yang disiapkan oleh pemilik rumah, seorang wanita paruh baya bernama Bu Sari. Wanita itu adalah teman lama Darma yang bersedia menampung Lia sementara waktu. “Selamat pagi, Lia. Tidurmu nyenyak?” Bu Sari menyapa dengan senyum ramah. “Selamat pagi, Bu. Iya, terima kasih. Aku tidur cukup nyenyak,” jawab Lia, meskipun dalam hatinya masih ada perasaan gelisah. Bu Sari duduk di seberangnya, menatapnya lembut. “Kamu bisa merasa tenang di sini. Tidak ada yang akan me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Terjebak Dalam Pesona   BAB 8: Bayangan yang Mengintai

    Malam itu, Lia duduk di balkon kecil rumah Bu Sari. Angin dingin menyentuh kulitnya, membuatnya merapatkan selimut yang ia kenakan. Suasana tenang di sekitar terasa menenangkan, namun di dalam dirinya ada kegelisahan yang sulit dijelaskan. Hari-hari di kafe mulai memberikan rasa nyaman, tetapi di sudut hatinya, ia tahu bahwa ketenangan ini belum sepenuhnya aman. Lia memejamkan mata, mencoba membiarkan pikirannya rileks. Namun, bayangan masa lalu terus menghantuinya. Senyum licik para pria yang pernah ia temui, suara tawa sinis, dan sentuhan yang membuatnya merasa jijik semua kembali berputar di kepalanya. Ia membuka mata dengan napas terengah-engah, keringat dingin membasahi dahinya. “Lia, kamu tidak apa-apa?” suara Bu Sari mengejutkannya. Wanita itu berdiri di ambang pintu dengan tatapan khawatir. Lia tersenyum samar. “Aku baik-baik saja, Bu. Hanya sedikit sulit tidur.” Bu Sari mendekat dan duduk di sampingnya. “Kamu tidak perlu memaksakan diri. Proses penyembuhan itu butuh waktu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Terjebak Dalam Pesona   BAB 9: Menyingkap Masa Lalu

    Lia duduk di sudut kamar, memandangi foto dari amplop misterius yang diterimanya. Wajahnya di foto itu adalah gambaran masa lalu yang ingin ia lupakan—polesan makeup tebal, senyum yang dipaksakan, dan gaun mahal yang menutupi luka di hatinya. Foto itu bukan hanya ancaman, melainkan bukti bahwa seseorang masih mengawasinya.Darma datang dengan ekspresi tegas, membawa secangkir teh hangat untuk Lia. “Aku sudah berbicara dengan Rani dan Bu Sari. Kita harus melaporkan ini ke polisi.”“Tapi… aku takut,” jawab Lia lirih. “Bagaimana kalau mereka tahu aku melarikan diri? Mereka bisa menyeretku kembali.”“Lia, kamu bukan budak mereka lagi. Kamu berhak hidup bebas. Ini waktunya kita melawan.”Lia menatap Darma. Ada kekuatan dalam matanya yang membuat Lia merasa sedikit lebih tenang.---Esok paginya, Lia dan Darma pergi ke kantor polisi terdekat. Lia menceritakan semua yang terjadi—bagaimana ia ditipu, dipaksa menjadi wanita penghibur, dan kini diancam. Polisi mencatat keterangannya dan berjanj

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Terjebak Dalam Pesona   BAB 10: Bayang Bayang yang Mengintai

    Malam itu, hujan turun deras, menutupi suara langkah kaki di luar rumah Bu Sari. Lia duduk di ruang tamu bersama Darma dan Rani, mencoba mencari kehangatan dari teh yang baru saja diseduh. Namun, suasana tegang di antara mereka tak bisa disembunyikan.“Polisi bilang apa?” tanya Bu Sari, menyela keheningan.Darma meletakkan cangkirnya. “Mereka sedang memantau, tapi mereka juga bilang ini kasus yang rumit. Butuh waktu untuk menemukan bukti kuat.”Lia menarik napas dalam-dalam. “Jadi aku harus hidup dengan rasa takut ini sampai kapan?”Rani menggenggam tangan Lia. “Kita semua di sini untukmu. Mereka tidak akan bisa menyentuhmu.”Lia ingin percaya pada kata-kata Rani, tapi bayangan sosok di seberang jalan masih menghantui pikirannya. Malam ini, ia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi.---Tepat tengah malam, bunyi ketukan keras di pintu depan membuat semua orang terkejut. Darma segera berdiri, memberi isyarat pada yang lain untuk tetap diam. Ia meraih tongkat kayu di sudut ruangan dan b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Terjebak Dalam Pesona   BAB 1 : Pencarian Penuh Harapan

    Senyum Lia sering kali jadi penawar lelahnya. Di tengah desanya yang sederhana, dengan jalan-jalan tanah yang berdebu dan rumah-rumah kecil yang berdempetan, parasnya selalu menjadi perhatian. Kulitnya yang halus, rambut panjang yang selalu dibiarkan tergerai, dan mata hitam yang berbinar penuh harapan—semua itu memberi kesan bahwa dunia di luar sana menantinya. Namun, siapa yang tahu kalau senyum itu lebih banyak menyimpan keraguan daripada kebahagiaan? Lia tumbuh besar di sebuah desa yang jauh dari gemerlap kota. Keluarganya hanya mengandalkan pertanian kecil-kecilan untuk bertahan hidup. Ayahnya, Pak Budi, adalah seorang petani yang bekerja keras meski hasilnya tak pernah mencukupi. Ibunya, Bu Sari, lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, mengurus pekerjaan rumah tangga sambil sesekali menjual jajanan pasar untuk membantu ekonomi keluarga. Sejak kecil, Lia sudah terbiasa dengan kehidupan yang sederhana. Namun, ia selalu punya impian besar. Impian untuk merasakan kehidupan yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Terjebak Dalam Pesona   BAB 2: Masuk ke Dunia Baru

    Malam pertama Lia di apartemen itu terasa panjang dan mencekam. Ia duduk di ujung tempat tidur yang sederhana, dengan lampu kamar yang redup. Suasana sepi mengelilinginya, hanya terdengar suara detakan jam di dinding yang menjadi latar belakang bagi pikirannya yang kacau. Ia memandangi pakaian yang diberikan Karina, pakaian yang jauh berbeda dari yang biasa ia kenakan—sebuah gaun malam berwarna hitam dengan belahan tinggi yang membuatnya merasa sangat tidak nyaman.Lia mengusap wajahnya, mencoba mengusir kegelisahan yang semakin menggila. Apa yang telah ia lakukan? Ia merasa seolah-olah terperangkap dalam sebuah permainan yang tidak ia mengerti. Dunia kota yang sebelumnya penuh harapan kini terasa begitu asing. Ia teringat kembali pada ibunya yang mengkhawatirkan keputusannya, dan pada ayahnya yang semakin sakit. Mereka pasti tidak tahu apa yang sebenarnya ia lakukan di sini.Pintu kamar yang terbuka sedikit, menyadarkan Lia dari lamunannya. Karina muncul, mengenakan pakaian yang jauh

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Terjebak Dalam Pesona   BAB 3: Kehilangan Diri

    Hari-hari berlalu dengan cepat, namun bagi Lia, waktu seolah berjalan begitu lambat. Setiap malam yang ia lewati di apartemen itu, bertemu dengan tamu yang berbeda, setiap senyum yang dipaksakan, semakin membuat dirinya merasa hilang. Ia seperti bayangan yang tak pernah benar-benar ada, hanya mengikuti arus yang membawa ke tempat yang tidak diketahui.Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya, Lia mempersiapkan dirinya dengan hati yang berat. Karina memberikan arahan seperti biasa, memberinya pakaian yang lebih menggoda daripada yang ia kenakan sebelumnya. Lia hanya menuruti, meski hatinya merasa semakin sesak. Ia menatap dirinya di cermin, mengenakan gaun merah yang memeluk tubuhnya, dengan rambut yang disisir rapi dan wajah yang dipoles dengan riasan. Semuanya terasa asing. Dulu, ia hanya memakai pakaian sederhana dan rambut yang dibiarkan lepas. Tapi sekarang, setiap pertemuan di dunia ini mengharuskannya tampil sempurna, seperti boneka yang dipoles.“Lia, kamu tampak sangat cantik

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30

Bab terbaru

  • Terjebak Dalam Pesona   BAB 10: Bayang Bayang yang Mengintai

    Malam itu, hujan turun deras, menutupi suara langkah kaki di luar rumah Bu Sari. Lia duduk di ruang tamu bersama Darma dan Rani, mencoba mencari kehangatan dari teh yang baru saja diseduh. Namun, suasana tegang di antara mereka tak bisa disembunyikan.“Polisi bilang apa?” tanya Bu Sari, menyela keheningan.Darma meletakkan cangkirnya. “Mereka sedang memantau, tapi mereka juga bilang ini kasus yang rumit. Butuh waktu untuk menemukan bukti kuat.”Lia menarik napas dalam-dalam. “Jadi aku harus hidup dengan rasa takut ini sampai kapan?”Rani menggenggam tangan Lia. “Kita semua di sini untukmu. Mereka tidak akan bisa menyentuhmu.”Lia ingin percaya pada kata-kata Rani, tapi bayangan sosok di seberang jalan masih menghantui pikirannya. Malam ini, ia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi.---Tepat tengah malam, bunyi ketukan keras di pintu depan membuat semua orang terkejut. Darma segera berdiri, memberi isyarat pada yang lain untuk tetap diam. Ia meraih tongkat kayu di sudut ruangan dan b

  • Terjebak Dalam Pesona   BAB 9: Menyingkap Masa Lalu

    Lia duduk di sudut kamar, memandangi foto dari amplop misterius yang diterimanya. Wajahnya di foto itu adalah gambaran masa lalu yang ingin ia lupakan—polesan makeup tebal, senyum yang dipaksakan, dan gaun mahal yang menutupi luka di hatinya. Foto itu bukan hanya ancaman, melainkan bukti bahwa seseorang masih mengawasinya.Darma datang dengan ekspresi tegas, membawa secangkir teh hangat untuk Lia. “Aku sudah berbicara dengan Rani dan Bu Sari. Kita harus melaporkan ini ke polisi.”“Tapi… aku takut,” jawab Lia lirih. “Bagaimana kalau mereka tahu aku melarikan diri? Mereka bisa menyeretku kembali.”“Lia, kamu bukan budak mereka lagi. Kamu berhak hidup bebas. Ini waktunya kita melawan.”Lia menatap Darma. Ada kekuatan dalam matanya yang membuat Lia merasa sedikit lebih tenang.---Esok paginya, Lia dan Darma pergi ke kantor polisi terdekat. Lia menceritakan semua yang terjadi—bagaimana ia ditipu, dipaksa menjadi wanita penghibur, dan kini diancam. Polisi mencatat keterangannya dan berjanj

  • Terjebak Dalam Pesona   BAB 8: Bayangan yang Mengintai

    Malam itu, Lia duduk di balkon kecil rumah Bu Sari. Angin dingin menyentuh kulitnya, membuatnya merapatkan selimut yang ia kenakan. Suasana tenang di sekitar terasa menenangkan, namun di dalam dirinya ada kegelisahan yang sulit dijelaskan. Hari-hari di kafe mulai memberikan rasa nyaman, tetapi di sudut hatinya, ia tahu bahwa ketenangan ini belum sepenuhnya aman. Lia memejamkan mata, mencoba membiarkan pikirannya rileks. Namun, bayangan masa lalu terus menghantuinya. Senyum licik para pria yang pernah ia temui, suara tawa sinis, dan sentuhan yang membuatnya merasa jijik semua kembali berputar di kepalanya. Ia membuka mata dengan napas terengah-engah, keringat dingin membasahi dahinya. “Lia, kamu tidak apa-apa?” suara Bu Sari mengejutkannya. Wanita itu berdiri di ambang pintu dengan tatapan khawatir. Lia tersenyum samar. “Aku baik-baik saja, Bu. Hanya sedikit sulit tidur.” Bu Sari mendekat dan duduk di sampingnya. “Kamu tidak perlu memaksakan diri. Proses penyembuhan itu butuh waktu

  • Terjebak Dalam Pesona   BAB 7: Cahaya di Ujung Terowongan

    Lia membuka matanya perlahan. Cahaya pagi menyelinap melalui celah tirai jendela kecil di kamar sederhana tempat ia tidur. Udara segar memenuhi ruangan, jauh berbeda dengan kamar mewah namun sesak yang dulu menjadi penjaranya. Di sini, tidak ada suara musik bising, tidak ada aroma parfum yang menusuk, dan tidak ada suara langkah sepatu hak tinggi yang menghantui malam-malamnya. Ia bangun dari tempat tidur, merapikan rambutnya yang kusut, dan berjalan ke dapur kecil. Di meja, sudah ada segelas teh hangat dan sepiring roti yang disiapkan oleh pemilik rumah, seorang wanita paruh baya bernama Bu Sari. Wanita itu adalah teman lama Darma yang bersedia menampung Lia sementara waktu. “Selamat pagi, Lia. Tidurmu nyenyak?” Bu Sari menyapa dengan senyum ramah. “Selamat pagi, Bu. Iya, terima kasih. Aku tidur cukup nyenyak,” jawab Lia, meskipun dalam hatinya masih ada perasaan gelisah. Bu Sari duduk di seberangnya, menatapnya lembut. “Kamu bisa merasa tenang di sini. Tidak ada yang akan me

  • Terjebak Dalam Pesona   BAB 6: Di Ambang Ketidakpastian

    Langkah Lia terasa ringan, namun setiap jengkal yang ia lewati seolah menambah beban di pundaknya. Setelah berbulan-bulan terjebak dalam rutinitas yang tak berujung, ia kini berada di luar dunia yang telah mengikatnya. Malam itu, kota yang seharusnya hidup dengan ribuan cahaya tampak begitu sunyi. Hanya suara deru kendaraan yang terdengar, tetapi hatinya berdebar keras, seolah ada ribuan suara yang menceritakan kisah-kisah yang belum ia ketahui.Ia melihat ke belakang, ke gedung tempat ia meninggalkan segalanya—kehidupan yang penuh dengan kemewahan semu dan kekosongan yang menyelimutinya. Ia tahu, meskipun dunia luar lebih keras dan penuh ketidakpastian, ia tidak bisa kembali lagi. Dunia itu sudah tidak bisa memberinya apa-apa lagi selain rasa terperangkap dan kehilangan jati diri.Darma sudah menunggu di luar, berdiri dengan tubuh tegap di pinggir trotoar, di bawah lampu jalan yang temaram. Wajahnya tenang, seolah tak terpengaruh oleh situasi yang baru saja terjadi. Lia merasakan ket

  • Terjebak Dalam Pesona   BAB 5: Langkah Kecil Menuju Kebebasan

    Pagi itu, Lia bangun lebih awal dari biasanya. Ia duduk di tepi tempat tidur, matanya memandangi jendela yang menghadap ke kota. Udara pagi yang dingin menyusup melalui celah-celah jendela yang sedikit terbuka, membawa bau kota yang sibuk. Namun, meskipun suasana di luar terasa biasa, hatinya tak bisa berbohong. Ada perasaan yang lebih berat dari sebelumnya, sebuah perasaan yang semakin sulit untuk disangkal.Malam sebelumnya, setelah pertemuan dengan Darma, Lia merasa seolah-olah ada sesuatu yang terbangun dalam dirinya—sesuatu yang telah lama terkubur. Kata-kata Darma mengenai pilihan dan kebebasan bergaung terus dalam pikirannya. Namun, di sisi lain, ia juga tahu bahwa segala yang telah ia jalani sampai saat ini tidak bisa begitu saja dilupakan. Dunia yang telah mengikatnya terlalu kuat, terlalu dalam. Keluar dari sana berarti memulai semuanya dari awal, tanpa kepastian apa pun.Namun, meskipun hati dan pikirannya bertentangan, Lia tahu bahwa sesuatu harus berubah. Ia merasa semaki

  • Terjebak Dalam Pesona   BAB 4: Keputusan yang Terlambat

    Lia duduk di ujung tempat tidur, matanya kosong menatap ke dinding putih yang hampir tak memberi kesan apapun. Ia merasa seperti hantu yang berjalan, bergerak tanpa tujuan, hidup tanpa makna. Setiap langkah yang ia ambil, setiap senyum yang ia paksakan, semakin membuatnya merasa kehilangan diri. Dunia yang ia kenal dulu, dunia desa yang sederhana, seakan semakin jauh dan tak terjangkau lagi. Kini, ia terperangkap dalam kehidupan yang penuh kebohongan dan ketakutan.Hari-hari berlalu dengan cepat, namun semuanya terasa begitu lambat. Setiap malam, ia dipaksa untuk bertemu dengan tamu-tamu yang berbeda—beberapa tampak ramah, namun kebanyakan hanya memandangnya dengan cara yang sangat berbeda. Lia belajar untuk tidak merasa terhina, belajar untuk menahan perasaan dan tetap tersenyum. Dunia ini tidak memberi ruang untuk keraguan atau kelemahan. Di dunia ini, dia harus menjadi apa yang mereka inginkan—sebuah bayangan dari kesempurnaan yang tak pernah ia rasakan.Suatu malam, seperti biasa,

  • Terjebak Dalam Pesona   BAB 3: Kehilangan Diri

    Hari-hari berlalu dengan cepat, namun bagi Lia, waktu seolah berjalan begitu lambat. Setiap malam yang ia lewati di apartemen itu, bertemu dengan tamu yang berbeda, setiap senyum yang dipaksakan, semakin membuat dirinya merasa hilang. Ia seperti bayangan yang tak pernah benar-benar ada, hanya mengikuti arus yang membawa ke tempat yang tidak diketahui.Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya, Lia mempersiapkan dirinya dengan hati yang berat. Karina memberikan arahan seperti biasa, memberinya pakaian yang lebih menggoda daripada yang ia kenakan sebelumnya. Lia hanya menuruti, meski hatinya merasa semakin sesak. Ia menatap dirinya di cermin, mengenakan gaun merah yang memeluk tubuhnya, dengan rambut yang disisir rapi dan wajah yang dipoles dengan riasan. Semuanya terasa asing. Dulu, ia hanya memakai pakaian sederhana dan rambut yang dibiarkan lepas. Tapi sekarang, setiap pertemuan di dunia ini mengharuskannya tampil sempurna, seperti boneka yang dipoles.“Lia, kamu tampak sangat cantik

  • Terjebak Dalam Pesona   BAB 2: Masuk ke Dunia Baru

    Malam pertama Lia di apartemen itu terasa panjang dan mencekam. Ia duduk di ujung tempat tidur yang sederhana, dengan lampu kamar yang redup. Suasana sepi mengelilinginya, hanya terdengar suara detakan jam di dinding yang menjadi latar belakang bagi pikirannya yang kacau. Ia memandangi pakaian yang diberikan Karina, pakaian yang jauh berbeda dari yang biasa ia kenakan—sebuah gaun malam berwarna hitam dengan belahan tinggi yang membuatnya merasa sangat tidak nyaman.Lia mengusap wajahnya, mencoba mengusir kegelisahan yang semakin menggila. Apa yang telah ia lakukan? Ia merasa seolah-olah terperangkap dalam sebuah permainan yang tidak ia mengerti. Dunia kota yang sebelumnya penuh harapan kini terasa begitu asing. Ia teringat kembali pada ibunya yang mengkhawatirkan keputusannya, dan pada ayahnya yang semakin sakit. Mereka pasti tidak tahu apa yang sebenarnya ia lakukan di sini.Pintu kamar yang terbuka sedikit, menyadarkan Lia dari lamunannya. Karina muncul, mengenakan pakaian yang jauh

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status