Bulu mata lentik Starla berkibar, wanita itu terjaga dari tidurnya dengan tubuh yang terasa hancur. Dengan malas ia bangkit dari tempat tidur yang ia ketahui benar bukan tempat tidurnya.
Starla melihat ke sekelilingnya, kamar itu didominasi oleh warna hitam, putih dan abu-abu. Semua barang yang ada di sana terlihat sangat bersih dan rapi. Dari sana saja Starla sudah menilai bahwa pemilik kamar ini penggila kebersihan dan kerapian.
Kaki telanjang Starle menyentuh lantai marmer yang dingin. Wanita itu kemudian melangkah menuju ke meja. Ia melihat ada satu set pakaian baru di sana lengkap dengan celana dalam dan bra.
Di sana juga terdapat tas dan sepatu milik Starla yang ia bawa semalam.
Iris Starla terkunci pada selembar kertas. Starla tersenyum pahit. Ia meraih cek itu dan melihat jumlah yang tidak sedikit tertulis di sana.
"Tuan Sylvester benar-benar murah hati," cibirnya. Namun, ia tidak membutuhkan uang itu sama sekali. Semalam ia setuju untuk tidur dengan pria itu bukan karena ia ingin menjual dirinya, tapi karena dia telah memiliki fantasi liar tentang Sylvester selama bertahun-tahun.
Sekarang fantasi liarnya mengenai pria itu telah menjadi kenyataan. Pria itu jauh lebih luar biasa dari imajinasinya. Tubuh dan staminanya sangat sempurna. Para wanita mungkin akan menjerit puas berkali-kali saat bercinta dengan pria itu.
Meletakan kembali cek yang ada di tangannya ke meja, Starla beranjak ke kamar mandi. Wanita itu berendam di dalam bak mandi untuk beberapa waktu, membiarkan air hangat membungkus tubuhnya.
Rasa sakit di tubuh Starla agak sedikit berkurang, wanita itu keluar dari bak mandi setelah ia merasa cukup berendam.
Ia memakai pakaian yang sudah disiapkan untuknya. Wanita itu mengenakan riasan tipis. Ia memperhatikan riasan wajahnya di cermin sekilas lalu kemudian wanita dengan rambut cokelat bergelombang itu melangkah keluar dari kamar Sylvester tanpa membawa cek yang diberikan Sylvester padanya.
"Nona Starla, mari saya antar Anda." Seorang pria dengan setelan serba hitam berdiri di depan Starla.
"Ya, terima kasih." Starla tidak akan menolak kebaikan hati Sylvester yang ini. Kediaman Sylvester terletak di kawasan elit yang hanya bisa dimiliki oleh beberapa orang saja. Dan kebetulan Sylvester berada di puncak piramida orang-orang terkaya di kota ini. Villa mewahnya adalah yang terbaik dari lima villa lain yang ada di kawasan itu.
Tidak ada taksi yang melintas tempat yang terletak di pinggiran kota ini. Ia mungkin akan berjalan sangat jauh untuk sampai ke tengah kota.
Tempat parkir bawah tanah kediaman itu bisa menampung lebih dari dua puluh mobil.
Starla masuk ke dalam lift yang langsung membawanya ke garasi mobil.
Pria yang tadi bicara dengannya melangkah menuju ke sebuah Rolls Royce berwarna hitam. Pria itu membuka pintu penumpang."Silahkan, Nona Starla."
"Terima kasih." Starla kemudian duduk dengan tenang.
Mobil mulai melaju meninggalkan kediaman Sylvester yang mewah dan megah.
Starla melempar pandangannya ke luar jendela, akan butuh sekitar empat puluh menit untuk sampai ke apartemennya.
Pikiran Starla kembali melayang ke beberapa tahun lalu, saat itu ia masih seorang remaja yang baru memasuki sekolah menengah awal.
Starla bukanlah gadis populer di sekolahnya, dia tipe seorang penyendiri dan lebih suka menghindari kebisingan, tapi dia cerdas dan cantik.
Meski dia selalu bersembunyi di tempat yang sepi, dia memiliki beberapa penggemar. Kepribadian Starla yang penyendiri sering disalah artikan oleh orang lain sehingga ia dianggap dingin dan sombong, tapi Starla tidak pernah mencoba untuk mengubah hal itu karena dia terlalu menyukai dunianya.
Dia sulit akrab dengan orang lain. Dia memiliki sopir yang akan menjemputnya saat pulang sekolah. Dia tidak pernah berkeliaran seperti remaja wanita lain yang berbelanja atau bermain bersama. Dia lebih suka pulang dan menemani ibunya.
Namun, Starla masih remaja perempuan biasa. Dia memiliki seorang remaja pria yang dia sukai semasa dia sekolah dan itu adalah Sylvester Axelton, remaja pria yang berada satu tingkat di atas Starla.
Sylvester adalah idola para siswi di sekolah mereka. Dia bahkan mengalahkan para idol yang ada di televisi. Sylvester adalah pangeran dalam bentuk nyata.
Tidak hanya memiliki wajah tampan dan berasal dari keluarga terkaya di kota itu, Sylvester juga berbakat dan cerdas. Saat pria itu bermain piano, maka di tepi jendela remaja siswi akan berdesakan untuk menonton pangeran mereka yang sangat menghayati menyentuh tut-tuts piano.
Sylvester memiliki penampilan yang luar biasa, pria itu mendominasi dan mengesankan. Ia memiliki pesona jahat dan menyihir yang membuat hampir seluruh wanita terpikat padanya.
Banyak para gadis yang akan berpura-pura melewati kelasnya hanya untuk melihat wajah tampan dan tempramental elegan pria itu.
Sementara Starla, dia tidak pandai mengekspresikan perasaannya. Ia hanya menulis di buku hariannya, tentang betapa ia tergila-gila pada sosok Sylvester. Starla tidak agresif, dia tidak bisa mendekati orang lebih dahulu. Dia juga tidak berani memberikan hadiah pada Sylvester seperti yang dilakukan para gadis-gadis.
Starla sudah melihat puluhan gadis menangis karena penolakan Sylvester. Pria itu berdarah dingin, jika dia tidak suka dia akan membuang hadiah-hadiah itu ke tempat sampah. Dia bahkan tidak segan merobek surat cinta yang diberikan padanya.
Akan tetapi, meski begitu masih banyak gadis yang terus mengagumi Sylvester, salah satunya adalah Starla.
Dia menghabiskan dua tahun mencintai pria itu diam-diam. Starla masih ingin terus menjadi pengagum rahasia Sylvester dengan kuliah di tempat yang sama dengan pria itu, tapi semuanya tidak berjalan sesuai dengan rencana.
Ayahnya memiliki simpanan, rumah tangga orangtuanya yang harmonis tiba-tiba runtuh. Ibunya memilih untuk bercerai dengan ayahnya.
Starla yang patah hati memilih untuk ikut bersama dengan ibunya. Ia tahu bahwa ibunya lah orang yang paling tersakiti dalam perpisahan itu.
Bagi ibunya, suaminya adalah malaikatnya. Ibunya mencintai suaminya lebih dari mencintai dirinya sendiri. Dia tidak akan pernah menyangka jika suami yang selalu memberikannya cinta dan hangat di dalam keluarga itu ternyata telah memiliki simpanan sejak satu tahun lalu.
Ibunya tidak ingin memperjuangkan sesuatu yang telah rusak. Dengan membawa harga dirinya yang tersisa, ibunya pergi.
Satu tahun kemudian perusahaan ayahnya dinyatakan bangkrut. Ayah Starla juga menjadi tersangka dalam beberapa kasus dan akhirnya dipenjara untuk waktu yang lama.
Starla pindah ke luar kota mengikuti ibunya, dan baru kembali ke kota kelahirannya setelah tujuh tahun berlalu. Ibunya merindukan kampung halaman, jadi memutuskan untuk kembali dan memulai kembali.
Starla pikir setelah tujuh tahun dia tidak akan bertemu lagi dengan Sylvester, tapi siapa yang mengira bahwa mereka akan bertemu lagi di klub malam tempatnya bekerja.
Kepribadian Starla berubah, dari penyuka kesunyian menjadi penyuka kebisingan. Dia juga menikmati menjadi pusat perhatian. Dia yang selalu pergi ke tempat yang sepi kini bekerja di tempat yang tidak pernah sepi.
Starla telah menjadi DJ dan telah menjalani profesi itu sejak ia kuliah. Dunia malam dan dirinya telah melekat satu sama lain, tidak terpisahkan.
Awalnya Starla menolak ketika manajer tempat ia bekerja mengatakan bahwa seseorang ingin menghabiskan malam dengannya. Sejak menandatangani kontrak, Starla menjelaskan bahwa ia hanya menjual musiknya, dan tidak dengan tubuhnya.
Hingga akhirnya asisten pribadi pria itu yang datang menemuinya dan menyebutkan nama pria yang ingin tidur dengannya.
Sylvester Axelton, Starla hanya mengenal satu pria dengan nama lengkap itu. Ia akhirnya menyetujui tawaran itu, tapi itu murni bukan karena dia menginginkan uang melainkan karena dia ingin memenuhi fantasi liar yang telah ia miliki selama bertahun-tahun.
Saat ia bertatap muka kembali dengan Sylvester jantungnya berdetak kuat. Efek pria itu terhadap dirinya masih sama. Seperti opium yang membuatnya mabuk, dan seperti obat-obatan yang membuatnya kecanduan.
Semalam ia dan Sylvester tidak banyak bicara, komunikasi mereka hanya sebatas erangan di tempat tidur dengan kedua tubuh yang terjalin menjadi satu.
Sylvester masih sama seperti sebelumnya, pria dingin dengan aura iblis yang memikat.
Lamunan Starla akhirnya buyar saat ponselnya berdering. Wanita dengan iris abu-abu yang tampak seperti permata itu tersenyum ketika melihat layar ponselnya.
"Bu." Dia selalu merasa sangat baik ketika ibunya menelponnya.
"Sayang, apa yang sedang kau lakukan sekarang? Ibu pergi ke apartemenmu, tapi kau tidak ada."
"Aku sedang dalam perjalanan pulang, Bu. Tunggu aku sebentar lagi, Ok?"
"Baik. Ibu akan membuatkan makanan favoritmu."
"Terima kasih, Bu. Aku sangat mencintai Ibu."
"Ibu juga sangat mencintaimu."
Starla kembali menyimpan ponselnya saat panggilan itu telah diputus oleh ibunya. Di dunia ini orang yang sangat Starla sayangi adalah ibunya. Malaikat tanpa sayap yang telah memberikannya begitu banyak cinta.
Starla tidak tinggal bersama dengan ibunya, itu karena pekerjaan Starla yang mengharuskan dirinya selalu keluar larut malam dan pulang di pagi hari. Starla tidak ingin mengganggu istirahat ibunya, jadi ia lebih memilih tinggal di apartemen.
Ia telah membeli sebuah rumah yang nyaman untuk ditinggali oleh ibunya, di sana ibunya tinggal dengan seorang asisten yang juga membantu ibunya menjaga toko bunga yang Starla buka untuk ibunya.
Ia akan datang berkunjung ke toko bunga ibunya hampir setiap hari, melayani para pembeli yang kebanyakan datang karena ingin melihatnya.
Starla tidak membual tentang hal itu karena pada kenyataannya lebih dari separuh pelanggan toko itu sengaja membeli bunga untuk melihatnya.
Ada beberapa di antara mereka yang merayu Starla, tapi Starla tidak menanggapi mereka. Ia sudah menjadikan pria tidak penting lagi dalam hidupnya.
Pengkhianatan ayahnya membuat Starla hidup tanpa keinginan menjalin hubungan dengan pria. Atau mungkin itu hanya alasannya saja karena sampai detik ini dia hanya memiliki satu nama di hatinya. Sylvester Axelton, cinta pertamanya.
Waktu berlalu, Starla sampai di bangunan bertingkat yang terletak di pusat kota.
"Terima kasih." Starla keluar dari mobil. Wanita itu melangkah dengan percaya diri.
Beberapa orang yang berada di lobi apartemen tidak bisa mengabaikan pemandangan indah di depan mereka. Lekuk tubuh dan wajah sempurna Starla memang sangat sayang untuk dilewatkan.
Starla Ellenia, wanita itu adalah lambang kecantikan. Ke mana pun dia pergi, dia akan menjadi pusat perhatian.
Tbc
"Tuan, Nona Starla tidak membawa cek yang Tuan tinggalkan untuknya." Grey, asisten pribadi Sylvester memberitahu atasannya yang saat ini sedang membaca file di tangannya.Sylvester berhenti membaca. Wajah pria itu tidak menampakan ekspresi. Apa yang sedang dimainkan oleh wanita itu? Apakah dia sedang menunjukan bahwa dia tidak menginginkan uangnya? Ckck, trik murahan seperti ini tidak akan berguna padanya. Ia jelas tahu bahwa seluruh wanita yang mencoba untuk mendekatinya menginginkan uangnya, ah atau mungkin wanita itu menginginkan dirinya. Ckck, impian wanita itu terlalu tinggi."Kau bisa keluar!" Sylvester berkata dengan datar."Baik, Tuan." Grey menundukan kepalanya lalu segera meninggalkan ruang kerja atasannya.Sylvester kembali melanjutkan pekerjaannya. Dia tidak terpengaruh sekali dengan permainan Starla. Ia sudah mengobati rasa penasarannya terhadap wanita itu, jadi di masa depan dia tidak akan memiliki urusan dengan wanita yang hidup di dunia malam itu.Pintu ruang kerja Syl
Hari-hari berlalu seperti biasa bagi Starla. Di siang hari dia akan pergi ke toko bunga ibunya, menemani sang ibu sampai malam hari, lalu kemudian dia pergi ke Silverstone untuk bekerja.Malam ini Starla tidak bekerja di Silverstone, dia memiliki pekerjaan lain untuk menjadi seorang DJ di pesta pemilik D Entertainment.Starla tidak mengenal pemilik agensi itu. Asistennya dihubungi oleh pihak D Entertainment, dan menerima pekerjaan itu karena bayarannya yang tinggi.Starla tidak akan menolak pekerjaan dengan bayaran tinggi, dia tahu bagaimana rasanya tidak memiliki uang. Setelah ibunya bercerai dengan ayahnya, mereka hidup sederhana dan bekerja keras untuk menghidupi diri mereka sendiri."Starla, semuanya sudah siap." Tamara memberitahu Starla, wanita berambut spiral berwarna cokelat gelap itu adalah asisten Starla yang sudah bekerja dengan Starla sejak Starla memulai karirnya sebagai DJ."Ok." Starla segera meninggalkan ruangan yang disiapkan untuknya. Ia pergi menuju ke tempat pesta
"Sylvester, berhenti memasang wajah mengerikan seperti itu. Kau akan menakut-nakuti tamu undanganku!" Rafael mengeluh pada Sylvester yang sejak tadi memasang wajah muram.Sylvester tidak mungkin langsung datang ke Starla dan menghentikan wanita itu. Orang-orang yang ada di pesta pasti akan menatap mereka dengan heran dan mulai bertanya-tanya apa hubungan mereka berdua."Cari cara untuk menghentikan Starla sekarang juga!" Sylvester menatap Rafael mengancam."Sylvester, kenapa kau begitu marah? Starla di sana bermain musik bukan sedang melakukan hal yang lain." Lucian berdecak."Aku tidak akan bicara dua kali, Rafael. Cari cara untuk menghentikan Starla atau aku akan merusak pestamu!""Sylvester, tidak bisakah kau memilih hari lain? Ini hari ulang tahunku.""Persetan!" Sylvester menjawab bengis."Baiklah, baiklah, aku akan meminta orangku untuk mencari ganti. Kau benar-benar merusak pestaku!" Rafael berdecak kesal. Pria itu kini mengarah pada Lucian. "Ini semua gara-gara kau!""Kenapa a
Terhitung sudah satu minggu Starla berada di sangkar emas Sylvester, tapi sampai detik ini ia belum melihat batang hidung Sylvester sama sekali.Seperti yang Sylvester katakan, pria itu memberikan semua yang ia butuhkan. Pria itu membanjiri hidupnya dengan barang-barang mewah.Starla bukan penikmat barang mewah, tapi dia dibuat terperangah atas kemurahan hati Sylvester. Starla bukan wanita pemboros, dia tidak membelanjakan uangnya untuk banyak barang-barang mewah, dia lebih memilih untuk menabungnya karena dia berjaga-jaga untuk penyakit ibunya.Namun, sekarang dia telah mengenakan dari bawah hingga atas pakaian yang didesign oleh perancang terkenal yang harga keseluruhannya bisa setara dengan beberapa bulan gajinya.Belum lagi ditambah tas, sepatu dan perhiasan yang ada di ruang ganti. Itu benar-benar menyilaukan mata Starla.Bagi wanita yang tergila-gila pada kehidupan yang mewah, menjadi penghangat ranjang Sylvester adalah jalan pintas yang bisa memenuhi semua khayalan mereka.Sela
"Tuan Marvell Reynald?" Starla berdiri di sebelah seorang pria yang saat ini tengah duduk dengan tenang."Benar, saya Marvel," balas pria itu sopan sembari mengulurkan tangannya. "Apakah Anda Nona Starla?"Senyum manis tampak di wajah Starla. "Ya. Maaf aku datang sedikit terlambat.""Tidak apa-apa, Nona Starla. Silahkan duduk." Marvell membalas senyuman Starla. Matanya menilai wanita yang kini duduk berseberangan dengannya.Starla datang dengan mengenakan dress selutut dengan potongan rumit. Satu bagian tangan gaunnya menutup sampai ke pergelangan tangan, sementara yang lainnya tidak memiliki lengan.Kulit halus Starla tampak segar dan terawat. Marvell yakin jika disentuh pasti rasanya sangat lembut.Wanita di depannya itu memiliki wajah yang cantik, dia bahkan lebih cantik dari foto yang ditunjukan oleh ibunya.Kesan pertamanya tentang Starla adalah wanita cantik, elegan dan menarik.Ia biasanya tidak tertarik pada kencan buta yang diatur oleh ibunya, tapi saat ia melihat foto Starla
Saat Sylvester kembali dari ruang kerjanya ia menemukan Starla sudah terlelap. Sylvester tidak pernah terobsesi pada wanita sebelumnya, tapi ketika ia melihat Starla di Silverstone malam itu, dia langsung menginginkan tubuh Starla.Dia pikir itu hanya rasa penasarannya saja, tapi ia jelas salah karena setelah ia mencicipi tubuh Starla ia tidak bisa melupakan bayang-bayang percintaan panas mereka.Hasratnya semakin menjadi-jadi, dan hanya bisa terobati ketika ia sudah menyentuh tubuh Starla.Dia tidak hanya terobsesi pada Starla, tapi juga posesif. Dia tidak suka Starla bersama dengan laki-laki lain, bahkan hanya berbicara saja sudah membuatnya ingin menyingkirkan lawan bicara Starla.
Setelah melakukan panggilan, Starla kembali menyimpan ponselnya. “Apa yang kau tunggu?! Cepat jebloskan wanita tidak bermoral itu ke penjara!” Suami Clarisa memerintah petugas polisi dengan arogan. Starla yang sejak tadi hanya terlihat dari fitur sampingnya saja kini mengalihkan pandangannya ke suami Clarisa, wanita itu kemudian tersenyum mengejek. “Tuan, apakah Anda salah satu laki-laki yang meninggalkan keluarga Anda demi wanita simpanan ini?” “Tutup mulutmu, Pelacur!” Clarisa kembali tersulut ketika ia direndahkan. Ia sudah memiliki status tinggi sekarang, tidak ada yang boleh menghina atau merendahkannya lagi. Sementara itu suami Clarisa yang tadinya tidak terlalu memperhatikan dengan siapa istrinya bersiteru kini terpana oleh wajah cantik Starla. Pria ini seperti yang ditebak oleh Starla sebelumnya, dia telah mencampakan istrinya demi Clarisa yang jauh lebih cantik dan tidak membosankan seperti istrinya. Namun, sekarang setelah melihat kecantikan yang ada di d
Selama empat hari Starla menginap di kediaman ibunya. Ia merayakan ulang tahun ibunya bersama dengan asisten ibunya.Starla merasa hatinya sangat hangat ketika melihat ibunya menyukai hadiah yang ia berikan. Setiap tahun Starla tidak pernah melewatkan ulang tahun ibunya, dia akan mengambil libur di hari itu agar bisa menemani ibunya.Bagi sebagian orang ulang tahun merupakan hari yang istimewa, begitu juga dengan ibunya, tapi sejak tujuh tahun lalu hari ulang tahun itu membawa kenangan buruk bagi ibunya.Clarisa, wanita simpanan ayahnya memberikan kejutan di hari ulang tahun ibunya. Hari yang seharusnya menjadi indah itu berubah menjadi suram dan penuh luka. Sejak saat itu ibunya selalu merasa buruk ketika ulang tahunnya tiba.Oleh sebab itu Starla selalu berada di sisi ibunya, dan setelah tahun-tahun berlalu ibunya mulai kembali bahagia di hari ulang tahunnya.Starla kembali ke kediaman Sylvester. Kepala pelayan langsung menyapa Starla, yang hanya dibalas dengang anggukan kecil oleh