"Tuan, Nona Starla tidak membawa cek yang Tuan tinggalkan untuknya." Grey, asisten pribadi Sylvester memberitahu atasannya yang saat ini sedang membaca file di tangannya.
Sylvester berhenti membaca. Wajah pria itu tidak menampakan ekspresi. Apa yang sedang dimainkan oleh wanita itu? Apakah dia sedang menunjukan bahwa dia tidak menginginkan uangnya? Ckck, trik murahan seperti ini tidak akan berguna padanya. Ia jelas tahu bahwa seluruh wanita yang mencoba untuk mendekatinya menginginkan uangnya, ah atau mungkin wanita itu menginginkan dirinya. Ckck, impian wanita itu terlalu tinggi.
"Kau bisa keluar!" Sylvester berkata dengan datar.
"Baik, Tuan." Grey menundukan kepalanya lalu segera meninggalkan ruang kerja atasannya.
Sylvester kembali melanjutkan pekerjaannya. Dia tidak terpengaruh sekali dengan permainan Starla. Ia sudah mengobati rasa penasarannya terhadap wanita itu, jadi di masa depan dia tidak akan memiliki urusan dengan wanita yang hidup di dunia malam itu.
Pintu ruang kerja Sylvester terbuka, sosok pria jangkung dengan wajah yang tidak kalah tampan dari Sylvester melangkah menuju ke sofa. Pria itu duduk tanpa dipersilahkan.
"Aku dengar semalam kau membawa wanita ke kediamanmu." Pria itu menatap wajah Sylvester penasaran.
"Kau sepertinya menaruh mata-mata di kediamanku." Sylvester meninggalkan pekerjaannya dan melangkah menuju ke sofa.
"Jadi itu benar," seru Lucian Carlyx. "Siapa wanita beruntung itu?"
"Apakah kau tidak memiliki pekerjaan lain? Kau tampaknya sangat senggang sehingga mengurusi masalah pribadiku."
"Aku hanya sedikit bersemangat. Akhirnya predikat bahwa kau adalah pria gay bisa dibuktikan tidaklah benar. Kau tahu? Aku selalu menjadi pasanganmu dalam setiap gosip. Itu benar-benar membuatku merinding," balas Lucian. Dia tidak mendengar rumor tentangnya dan Sylvester hanya satu kali, tapi berkali-kali dan itu benar-benar membuatnya merasa ngeri.
Sungguh dia masih laki-laki normal yang menyukai wanita. Dia bahkan berganti pasangan seperti mengganti pakaian, tapi dia masih saja disebut sebagai pasangan Sylvester.
Sebetulnya itu bukan salah mereka yang mengira mereka adalah pasangan karena Sylvester tidak pernah terlihat bersama dengan seorang wanita. Sylvester lebih sering bersama dengan Lucian dalam berbagai kesempatan, dan hal inilah yang menyebabkan imajinasi orang lain berkembang menjadi liar.
Sylvester memiliki tinggi badan seratus sembilan puluh senti meter dengan tubuh yang ramping dan kulit cerah. Pria ini selalu dipuji karena ia tampan sejak kecil. Dia memiliki prestasi dan kekuasaan di tangannya.
Ada banyak wanita yang tergila-gila padanya dan ingin menjadi miliknya, tapi dia tidak pernah tertarik sama sekali terhadap lawan jenis. Pria itu tampaknya hanya hidup untuk bekerja.
Kisah cintanya ibarat kertas kosong, tanpa noda sama sekali. Begitu juga dengan kehidupan seks nya. Starla adalah wanita pertama yang memberikan noda di kertas kosong kehidupan seksnya. Pria ini juga tidak memiliki cinta masa kecil.
Sylvester memiliki pemikiran yang sangat realistis. Bagi mereka yang berasal dari keluarga konglomerat cinta tidak begitu penting karena pada akhirnya mereka akan menikah berdasarkan sebuah kompromi. Bukan perasaan yang didahulukan melainkan status sosial dan latar belakang.
Jadi, Sylvester tidak akan pernah membuang waktunya untuk hal yang tidak berguna atau mungkin akan menyebabkan masalah baginya seperti cinta.
"Kau sepertinya berpikir aku sangat senang digosipkan dengan pria yang mengganti pasangan seperti mengganti celana dalam sepertimu." Sylvester membalas sengit. Pria ini memiliki mulut yang tajam dan beracun.
"Jadi, siapa wanita itu?" Lucian mengangkat sebelah alisnya.
"Apakah mata-matamu tidak memberitahumu," cibir Sylvester.
"Jika dia bisa memberitahuku maka aku pasti tidak akan datang padamu. Aku pasti akan segera menemui wanita yang berhasil memikatmu. Wanita itu pasti wanita yang luar biasa." Lucian sudah membayangkan seperti apa penampilan wanita itu. Mungkin dia lebih cantik dari para model atau selebriti yang sudah pernah ia tiduri.
Ia tahu selera Sylvester pasti tidak akan buruk. Sahabatnya ini memiliki penyakit pemilih yang melebihi dirinya.
"Aku akan segera membereskan penyusup di kediamanku."
"Sylvester jangan terlalu kejam," seru Lucian. Tempramental sahabatnya ini benar-benar buruk, itulah sebabnya semua orang akan gemetar ketika berhadapan dengannya.
Grey masuk membawa dua cangkir kopi untuk Sylvester dan Lucian, pria itu kemudian keluar lagi dan tidak mengganggu percakapan dua orang berkuasa itu.
"Orangtuamu pasti akan sangat senang jika mereka tahu bahwa kau membawa seorang wanita pulang ke rumah."
"Jangan berani-berani mengatakan apapun atau aku akan memotong lidahmu!"
Lucian segera menutup mulutnya. "Kau semakin mengerikan saja, Sylvester. Bagaimana aku memuaskan wanita jika lidahku kau potong."
"Apa kau datang ke sini benar-benar hanya untuk menanyakan tentang hal tidak penting itu?"
"Hal itu sangat penting bagiku."
"Starla Ellenia, DJ di klub malam Silverstone." Sylvester memberitahu Lucian, ia tahu bahwa sahabatnya ini tidak akan pergi sebelum mendapatkan apa yang dia inginkan.
Lucian tidak menjawab, ia segera mengeluarkan ponselnya. "Berikan aku foto Starla Ellenia, DJ di klub malam milikmu."
Sylvester hanya menatap Lucian dengan datar, suatu hari nanti rasa penasaran sahabatnya itu mungkin akan membunuh dirinya sendiri.
Kurang dari satu menit, Lucian menerima sebuah pesan. Pupil mata pria itu membesar. "Sial! Kenapa aku tidak menemukan wanita secantik ini lebih cepat." Ia memaki. Wajar saja Sylvester tertarik, lihat saja manik mata abu-abu dan kulit seputih salju itu. Wanita itu benar-benar sangat cantik.
"Sylvester, kau tidak keberatan jika aku mendekati wanita ini, bukan?"
"Jika kau tidak keberatan dengan bekasku maka lakukan saja." Sylvester membalas dengan sombong.
Lucian memasang senyuman tipis. "Aku tidak keberatan sama sekali."
Ada perasaan tidak senang ketika Sylvester melihat Lucian benar-benar tertarik pada Starla, tapi ia segera menepis perasaan tidak senang itu.
"Aku khawatir dia akan menolakmu. Dia mungkin tidak akan menurunkan standarnya setelah bercinta denganku." Sylvester dengan tidak langsung mengejek Lucian.
"Sylvester, aku kadang-kadang bingung kau adalah sahabatku atau musuhku." Lucian menatap sahabatnya tidak percaya. Ini bukan kali pertamanya Sylvester mengeluarkan kata-kata beracun seperti ini terhadapnya.
Pria itu bahkan pernah menyumpahinya terkena penyakit kelamin karena hobinya bergonta ganti pasangan.
Namun, setelah mengalami segala kata-kata beracun dan sikap dingin Sylvester, ia masih saja betah berteman dengan pria es itu. Apakah dia adalah seorang masokis?
"Apa kau sudah selesai? Kau tahu pintu keluarnya di mana."
"Sylvester, aku bahkan belum meminum kopiku," kesal Lucian.
"Kalau begitu habiskan. Jangan menyia-nyiakan kopi yang sudah dibuat oleh Grey."
Lucian menarik napas lalu menghembuskan. Ia seharusnya tidak datang menemui Sylvester. Sahabatnya ini hanya akan membuatnya mengalami darah tinggi.
"Oh, benar, kau akan datang ke pesta Rafael, kan?" Lucian meraih gelas kopinya lalu menyeruput isinya dengan elegan.
"Dia mengadakan pesta hampir seminggu sekali. Apa lagi yang penting tentang pesta pria itu."
Lucian sudah menduga jawaban Sylvester, tapi dia dengan konyolnya masih bertanya. Namun, jawaban Sylvester memang sepenuhnya benar. Sahabat mereka satu itu memang hampir mengatakan pesta satu minggu sekali. Rafael adalah gambaran dari penghambur uang yang sesungguhnya. Pria itu bukan hanya penggila pesta, tapi juga wanita. Hidupnya tidak akan pernah lengkap tanpa wanita di lengannya.
Bisa dikatakan bahwa Rafael berada di peringkat pertama playboy teratas di negara ini.
"Kau sudah absen pestanya sejak berbulan-bulan lalu, Sylvester. Dia mungkin akan mengutukmu jika kau tidak datang kali ini. Jika kau lupa, minggu depan adalah ulang tahunnya."
Sylvester mungkin memiliki mulut yang tajam dan beracun, tapi pria ini masih sangat menghargai persahabatan di antara dirinya, Lucian dan Rafael. Dia tidak akan lupa ulang tahun sahabatnya.
"Aku akan datang."
"Itu bagus. Kau pasti akan menemukan banyak wanita cantik di sana."
Sylvester menatap Lucian mengejek. "Seolah-olah aku seperti dirimu."
Lucian terkekeh kecil. "Cepat atau lambat kau akan seperti kami."
"Siapa yang sudi seperti kalian."
Lucian menghabiskan kopi di dalam gelas. Ia sudah mulia emosi menghadapi kata-kata Sylvester. Ia biasanya memiliki kesabaran yang tipis pada orang lain, tapi pada Sylvester dia benar-benar memiliki hati yang sangat luas.
Mungkin itu karena efek ia bergaul dengan Sylvester terlalu lama.
"Aku akan pergi sekarang."
"Itu bagus. Kau mengganggu pekerjaanku."
"Sylvester, aku sangat ingin memukul kepalamu!"
"Lakukan saja jika kau tidak menyayangi tanganmu."
Lucian menggigit bibirnya kesal. Pria itu kemudian membalik tubuhnya dan pergi.
"Grey, aku tidak tahu seberapa sabar kau menghadapi atasan seperti Sylvester. Jika aku jadi kau aku pasti akan pergi secepat mungkin." Lucian mengeluh pada Grey.
Grey tidak berani bicara macam-macam. Dia telah bekerja dengan Sylvester selama lebih dari lima tahun. Ia sudah sangat terbiasa dengan tempramental atasannya.
"Jika kau tidak tahan dengan Sylvester kau bisa melamar bekerja di perusahaanku." Lucian menambahkan.
Grey hanya menanggapi ucapan Lucian dengan anggukan kecil. Setelah itu Lucian segera meninggalkan lantai yang dikhususkan untuk ruangan pribadi Sylvester saja.
Tbc
Hari-hari berlalu seperti biasa bagi Starla. Di siang hari dia akan pergi ke toko bunga ibunya, menemani sang ibu sampai malam hari, lalu kemudian dia pergi ke Silverstone untuk bekerja.Malam ini Starla tidak bekerja di Silverstone, dia memiliki pekerjaan lain untuk menjadi seorang DJ di pesta pemilik D Entertainment.Starla tidak mengenal pemilik agensi itu. Asistennya dihubungi oleh pihak D Entertainment, dan menerima pekerjaan itu karena bayarannya yang tinggi.Starla tidak akan menolak pekerjaan dengan bayaran tinggi, dia tahu bagaimana rasanya tidak memiliki uang. Setelah ibunya bercerai dengan ayahnya, mereka hidup sederhana dan bekerja keras untuk menghidupi diri mereka sendiri."Starla, semuanya sudah siap." Tamara memberitahu Starla, wanita berambut spiral berwarna cokelat gelap itu adalah asisten Starla yang sudah bekerja dengan Starla sejak Starla memulai karirnya sebagai DJ."Ok." Starla segera meninggalkan ruangan yang disiapkan untuknya. Ia pergi menuju ke tempat pesta
"Sylvester, berhenti memasang wajah mengerikan seperti itu. Kau akan menakut-nakuti tamu undanganku!" Rafael mengeluh pada Sylvester yang sejak tadi memasang wajah muram.Sylvester tidak mungkin langsung datang ke Starla dan menghentikan wanita itu. Orang-orang yang ada di pesta pasti akan menatap mereka dengan heran dan mulai bertanya-tanya apa hubungan mereka berdua."Cari cara untuk menghentikan Starla sekarang juga!" Sylvester menatap Rafael mengancam."Sylvester, kenapa kau begitu marah? Starla di sana bermain musik bukan sedang melakukan hal yang lain." Lucian berdecak."Aku tidak akan bicara dua kali, Rafael. Cari cara untuk menghentikan Starla atau aku akan merusak pestamu!""Sylvester, tidak bisakah kau memilih hari lain? Ini hari ulang tahunku.""Persetan!" Sylvester menjawab bengis."Baiklah, baiklah, aku akan meminta orangku untuk mencari ganti. Kau benar-benar merusak pestaku!" Rafael berdecak kesal. Pria itu kini mengarah pada Lucian. "Ini semua gara-gara kau!""Kenapa a
Terhitung sudah satu minggu Starla berada di sangkar emas Sylvester, tapi sampai detik ini ia belum melihat batang hidung Sylvester sama sekali.Seperti yang Sylvester katakan, pria itu memberikan semua yang ia butuhkan. Pria itu membanjiri hidupnya dengan barang-barang mewah.Starla bukan penikmat barang mewah, tapi dia dibuat terperangah atas kemurahan hati Sylvester. Starla bukan wanita pemboros, dia tidak membelanjakan uangnya untuk banyak barang-barang mewah, dia lebih memilih untuk menabungnya karena dia berjaga-jaga untuk penyakit ibunya.Namun, sekarang dia telah mengenakan dari bawah hingga atas pakaian yang didesign oleh perancang terkenal yang harga keseluruhannya bisa setara dengan beberapa bulan gajinya.Belum lagi ditambah tas, sepatu dan perhiasan yang ada di ruang ganti. Itu benar-benar menyilaukan mata Starla.Bagi wanita yang tergila-gila pada kehidupan yang mewah, menjadi penghangat ranjang Sylvester adalah jalan pintas yang bisa memenuhi semua khayalan mereka.Sela
"Tuan Marvell Reynald?" Starla berdiri di sebelah seorang pria yang saat ini tengah duduk dengan tenang."Benar, saya Marvel," balas pria itu sopan sembari mengulurkan tangannya. "Apakah Anda Nona Starla?"Senyum manis tampak di wajah Starla. "Ya. Maaf aku datang sedikit terlambat.""Tidak apa-apa, Nona Starla. Silahkan duduk." Marvell membalas senyuman Starla. Matanya menilai wanita yang kini duduk berseberangan dengannya.Starla datang dengan mengenakan dress selutut dengan potongan rumit. Satu bagian tangan gaunnya menutup sampai ke pergelangan tangan, sementara yang lainnya tidak memiliki lengan.Kulit halus Starla tampak segar dan terawat. Marvell yakin jika disentuh pasti rasanya sangat lembut.Wanita di depannya itu memiliki wajah yang cantik, dia bahkan lebih cantik dari foto yang ditunjukan oleh ibunya.Kesan pertamanya tentang Starla adalah wanita cantik, elegan dan menarik.Ia biasanya tidak tertarik pada kencan buta yang diatur oleh ibunya, tapi saat ia melihat foto Starla
Saat Sylvester kembali dari ruang kerjanya ia menemukan Starla sudah terlelap. Sylvester tidak pernah terobsesi pada wanita sebelumnya, tapi ketika ia melihat Starla di Silverstone malam itu, dia langsung menginginkan tubuh Starla.Dia pikir itu hanya rasa penasarannya saja, tapi ia jelas salah karena setelah ia mencicipi tubuh Starla ia tidak bisa melupakan bayang-bayang percintaan panas mereka.Hasratnya semakin menjadi-jadi, dan hanya bisa terobati ketika ia sudah menyentuh tubuh Starla.Dia tidak hanya terobsesi pada Starla, tapi juga posesif. Dia tidak suka Starla bersama dengan laki-laki lain, bahkan hanya berbicara saja sudah membuatnya ingin menyingkirkan lawan bicara Starla.
Setelah melakukan panggilan, Starla kembali menyimpan ponselnya. “Apa yang kau tunggu?! Cepat jebloskan wanita tidak bermoral itu ke penjara!” Suami Clarisa memerintah petugas polisi dengan arogan. Starla yang sejak tadi hanya terlihat dari fitur sampingnya saja kini mengalihkan pandangannya ke suami Clarisa, wanita itu kemudian tersenyum mengejek. “Tuan, apakah Anda salah satu laki-laki yang meninggalkan keluarga Anda demi wanita simpanan ini?” “Tutup mulutmu, Pelacur!” Clarisa kembali tersulut ketika ia direndahkan. Ia sudah memiliki status tinggi sekarang, tidak ada yang boleh menghina atau merendahkannya lagi. Sementara itu suami Clarisa yang tadinya tidak terlalu memperhatikan dengan siapa istrinya bersiteru kini terpana oleh wajah cantik Starla. Pria ini seperti yang ditebak oleh Starla sebelumnya, dia telah mencampakan istrinya demi Clarisa yang jauh lebih cantik dan tidak membosankan seperti istrinya. Namun, sekarang setelah melihat kecantikan yang ada di d
Selama empat hari Starla menginap di kediaman ibunya. Ia merayakan ulang tahun ibunya bersama dengan asisten ibunya.Starla merasa hatinya sangat hangat ketika melihat ibunya menyukai hadiah yang ia berikan. Setiap tahun Starla tidak pernah melewatkan ulang tahun ibunya, dia akan mengambil libur di hari itu agar bisa menemani ibunya.Bagi sebagian orang ulang tahun merupakan hari yang istimewa, begitu juga dengan ibunya, tapi sejak tujuh tahun lalu hari ulang tahun itu membawa kenangan buruk bagi ibunya.Clarisa, wanita simpanan ayahnya memberikan kejutan di hari ulang tahun ibunya. Hari yang seharusnya menjadi indah itu berubah menjadi suram dan penuh luka. Sejak saat itu ibunya selalu merasa buruk ketika ulang tahunnya tiba.Oleh sebab itu Starla selalu berada di sisi ibunya, dan setelah tahun-tahun berlalu ibunya mulai kembali bahagia di hari ulang tahunnya.Starla kembali ke kediaman Sylvester. Kepala pelayan langsung menyapa Starla, yang hanya dibalas dengang anggukan kecil oleh
Sejak pertengkaran hari itu dengan Sylvester, Starla belum bertemu lagi dengan pria itu. Starla merasa jauh lebih baik, ia tidak harus menghadapi pria yang terus menerus merendahkannya itu.Starla telah mengenakan gaun panjang berwarna hijau tanpa lengan. Rambut indah wanita itu sudah diikat menjadi satu sehingga lehernya yang indah tampak dengan jelas. Hari ini dia akan datang ke acara reuni sekolahnya.“Nyonya Starla, Anda mau pergi ke mana?” Kepala pelayan bertanya pada Starla.Seperti inilah hidupnya di kediaman Sylvester, untuk keluar dia harus memberitahu ke mana dia akan pergi pada kepala pelayan.“Aku akan menghadiri acara reuni sekolahanku,” jawab Starla.“Apakah Anda sudah memberitahu Tuan Sylvester?”“Dia tidak akan peduli.” Starla menjawab acuh tak acuh. “Aku akan pergi sekarang.”“Nona, harap pulang sebelum Tuan Sylvester pulang.”Starla jengkel, ia tidak menjawab kata-kata kepala pelayan itu dan terus melangkah pergi.Reuni sekolah diadakan di sebuah ballroom hotel binta