Share

Bab 62

Penulis: Nur Asih
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kata cinta dari Danendra membuat Maharatu melayang, tapi detik berikutnya. Kenyataan membuat Maharatu jatuh seketika.

Maharatu mengurai pelukannya pada Danendra. Berangsur kaki Maharatu melangkah mundur. Dengan tatapan sayu Maharatu berbalik badan, berlari meninggalkan Danendra yang terpaku di tempat.

Air mata Maharatu berguguran di pipi. Maharatu menuruni tangga satu per satu dengan berlari. Bergantian jari lentiknya mengusap air mata yang terlanjur luruh.

“Kenapa Tuhan, kenapa harus seperti ini. Kenapa Kau menghadirkan cinta di saat yang tidak tepat. Di saat aku sudah memiliki suami.”

Melihat Maharatu keluar dari dalam villa membuat dua penjaga yang tadi membukakan gerbang terperangah.

“Buka gerbangnya!” titah Maharatu setengah membentak.

Kedua penjaga itu saling pandang, lalu salah satu dari mereka berkata, “Tapi, Nona.”

“Kubilang buka!” Kali ini suara Maharatu meninggi.

Suara Maharatu yang meninggi mau tidak mau membuat dua penjaga itu membuka pintu gerbang.

Keluar d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 63

    Sementara di hotel tempat Bagaskara merayakan pertambahan usia. Sebuah pesta mewah yang hanya dihadiri kerabat dan teman dekat dari Bagaskara dan Marisa sedang berlangsung. Sejak pesta dimulai, Hanum selalu bergelayut manja pada Papanya. Senyum palsu di bibir Bagaskara terus merekah sejak tadi. Bahkan, rahangnya sudah mulai terasa keram. Sama dengan Bagaskara, Marisa juga terus tersenyum sejak tadi. Namun, berbeda dengan Bagaskara, senyum di bibir Marisa benar-benar senyum kebahagiaan.Bahagia karena berhasil membuat suaminya kesal karena tidak bisa merayakan ulang tahun bersama istri kedua. “Dimana istri keduamu,” bisik Bondan yang memperhatikan sekeliling.Sudut bibir Bagaskara terangkat, dia meneguk minuman yang ada di tangannya dengan sekali teguk. “Kau ini bertanya atau mencibir?” ungkap Bagaskara kesal. Beruntung saat ini Hanum sudah tidak bergelayut manja di lengan Bagaskara. Jadi, gadis itu tidak mendengar pertanyaan Bondan yang kadang memang tidak tahu tempat.Bondan sem

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 64

    Marisa tersenyum mengejek ke arah Bagaskara saat tangan suaminya hanya bisa menggantung ke udara karena mendengar suara putri mereka, Hanum. Sementara Bagaskara, pria itu segera melandaikan tangannya di pipi Marisa. Namun, bukan untuk menampar seperti niatnya di awal karena Marisa telah lancang mencari tahu tentang identitas istri simpanan yang dimiliki Bagaskara. Melainkan untuk memberi usapan lembut. “Make up-mu malam ini sedikit berlebihan, Marisa.” Bagaskara tersenyum hangat pada Marisa. Tentu saja itu hanyalah senyum kepura-puraan. Lalu, segera Bagaskara menoleh ke arah putrinya. “Sayang, kamu di sini?” Lagi-lagi Bagaskara berpura-pura. Berpura-pura baru mengetahui putrinya datang.“Oh, astaga! Romantis sekali Papa dan Mamaku ini.” Hanum menghampiri kedua orang tuanya lalu memeluk keduanya erat-erat. ~~~Di villa milik Danendra,Danendra terus terjaga di samping Maharatu yang suhu tubuhnya belum juga turun. Padahal, wanita itu tadi sudah minum obat yang diresepkan oleh dokte

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 65

    “Ya, aku mau pulang,” tukas Maharatu yang beringsut dari pembaringan menuju kamar mandi. Danendra meremas rambutnya kasar setelah Maharatu menghilang di balik pintu kamar mandi. Dia menyesali keputusannya yang terlalu grusa-grusu mengungkapkan rasa cintanya. Seharusnya dia sedikit lebih bersabar. Maharatu bersandar di balik pintu. Wanita itu memegangi dadanya yang terasa sakit. Rasa sakit yang teramat sangat. Rasa sakit yang sama saat dia kehilangan janinnya beberapa tahun lalu. Maharatu membekap mulutnya sendiri agar suara tangisnya tidak terdengar keluar. Dia tidak ingin Danendra tahu saat ini dia hancur karena menolak cinta pria yang sangat dicintai. Puas menangis, Maharatu melangkah menuju wastafel. Dia membasuh wajahnya yang kuyu karena air mata. “Kamu harus kuat, tunjukkan pada Endra. Bahwa lelaki itu tidak berarti untukmu. Agar dia berhenti berharap padamu dan melanjutkan hidup dengan mencari wanita lain, Ra,” kata Maharatu pada pantulan dirinya di cermin. Sebe

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 66

    Setelah Danendra keluar dari kamarnya atau mungkin juga sudah keluar dari unit miliknya. Maharatu justru dilanda gundah gulana. Wanita berparas ayu itu mondar-mandir di dalam kamar. Jemarinya saling meremas satu sama lain. “Bagaimana kalau Endra benar-benar pergi?” Maharatu menghempaskan bobot tubuhnya ke ranjang. Akan tetapi, bukankah itu yang dia inginkan, Danendra pergi. Lalu kenapa dia justru gelisah dan takut ditinggalkan oleh Danendra. Maharatu menjambak rambutnya kasar. Dia bingung harus bagaimana. Di satu sisi dia ingin Danendra pergi agar pria itu bisa bebas dari amukan Bagaskara jikalau perasaan yang tumbuh antara dia dan Danendra ketahuan. Namun, di sisi lain, dia merasa takut. Takut jika Danendra pergi, Maharatu tidak akan bisa melihat wajah Danendra lagi. Logika dan perasaannya mulai berperang. Entah, yang mana yang akan didengar oleh Maharatu. Tapi, bukankah sekali saja dia boleh untuk egois. Pun, para pujangga selalu berkata, “Cinta akan menemukan jalannya sendir

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 67

    “Kalian sudah baikan?” tanya Sasa saat masuk ke dalam mobil.Sasa bicara begitu karena melihat Maharatu dan Danendra saling melempar canda. “Memangnya kapan kami bertengkar?!” ujar Maharatu.“Kalau tidak bertengkar kenapa kemarin diem-dieman?” selidik Sasa.Maharatu mencubit dua pipi Sasa dengan gemas. “Kemarin kami sama-sama masih capek, pulang dari Bali harus langsung kerja, dan itu juga gara-gara kamu yang tidak memberi kami kesempatan untuk istirahat sejenak, iya, ‘kan, Ndra?”“Benar sekali itu. Sasa ini memang cocok jadi kompeni,” canda Danendra menimpali.“Oiya?!” Sasa bersedep dada dengan mata yang mendelik. Seolah sulit untuk percaya pada perkataan Maharatu dan Danendra.Danendra dan Maharatu saling lirik dari kaca spion. Mereka harus bermain rapi agar Sasa tidak mencurigai hubungan keduanya.“Tentu saja, apalagi kami sempat main petak umpet di Bali,” ujar Danendra yang sengaja memantik rasa penasaran Sasa pada hal lain. “Petak umpet, kenapa?” Danendra tersenyum samar, umpa

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 68

    Maharatu yang sudah tidak tahan melihat pelayan itu terus dihina hendak melangkah. Namun, Sasa memegang lengan Maharatu, mencegah langkahnya. “Lepas, Sa!” hardik Maharatu. Tatapan Maharatu nyalang, matanya sudah berkaca-kaca. Dia berusaha melepaskan tangan Sasa yang memegangi lengannya. “Mau kemana?” Tatapan Sasa tidak kalah tajam. “Tentu saja merobek mulut gadis itu!” sarkas Maharatu.“Lalu setelah itu apa?” Sasa semakin mengencangkan pegangannya di lengan Maharatu, “memberitahu semua orang bahwa pelayan yang dihina itu adalah adikmu, adik seorang aktris ternama, MA-HA-RA-TU, iya?” Sengaja Sasa menekankan nama ‘Maharatu’, untuk mengingatkan Maharatu tentang posisinya saat ini dan komitmen Maharatu untuk menyembunyikan identitas keluarganya.“Tapi, aku tidak bisa melihat Pangeran dihina, Sa!” Wajah Maharatu memelas. Kakak mana yang terima adiknya dihina di depan banyak orang. Apalagi Pangeran hanya menunduk saat dihina tanpa membela diri. Hati Maharatu hancur. Dia baru saja kel

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 69

    Di dalam mobil Maharatu sangat cemas. Dia mengkhawatirkan keadaan Pangeran. “Kira-kira, Endra bisa beresin masalah Pangeran, nggak, ya, Sa?”“Pasti bisa, kamu tenang saja!”Di saat kalut seperti ini ponsel Maharatu justru berdering. “Ck, Mas Bagas telpon lagi,” keluh Maharatu saat menatap layar ponselnya.“Angkat!” titah Sasa. “Hallo, Mas,” sapa Ratu yang memandang ke arah Sasa. “Kamu dimana? Kenapa tidak ada di apartemen?”“Maaf, Ratu masih di cafe tempat meet and great.”“Pekerjaanmu belum selesai?”“Sudah, sih, tapi—”“Tapi apa?” tanya Bagaskara sedikit cemas. “Ada masalah dengan Pangeran.”“Baiklah selesaikan dulu masalahmu baru setelah itu pulang?”“Em … Mas. Malam ini Ratu boleh pulang ke rumah Ayah, soalnya masalah Pangeran agak rumit.” Dengan hati-hati Maharatu meminta ijin pada Bagaskara. Sebenarnya Bagaskara sangat ingin bersama Maharatu malam ini, tapi karena mendengar suara Maharatu yang begitu cemas Bagaskara mencoba memberi kelonggaran.“ Baiklah, tapi untuk malam

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 70

    Suara ketukan membuat Pangeran yang sedang duduk di meja belajarnya menoleh. “Boleh, Mas masuk!” Danendra berdiri di ambang pintu dengan senyum yang mengembang. “Silakan, Mas!” Setelah mendapat izin dari pemilik kamar, Danendra masuk ke dalam kamar. “Interior yang bagus,” puji Danendra setelah menelisik setiap sudut kamar Pangeran. Tanpa menunggu dipersilakan oleh yang punya kamar, Danendra duduk di tepi ranjang. “Desain yang bagus.” Danendra melongok gambar yang sedang dibuat Pangeran di buku gambar. “Terima kasih, Mas.” Pangeran meletakkan pensil lalu menggeser kursinya agar menghadap ke arah Danendra secara langsung. “Daripada kerja di tempat lain, kenapa nggak buka usaha sendiri saja,” saran Danendra pada Pangeran. “Buka usaha apa, Mas?” “Costum kaos misalnya. Kan, kamu pintar gambar.” “Maksudnya?!” “Kamu buat desain yang bagus terus coba aplikasikan desain yang kamu buat itu ke dalam kaos. Post hasilnya di media sosial. Lalu tawarkan di sana. Untuk desain tulisan

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 75

    Danendra dan Maharatu sedang menikmati kebersamaan di ruang tamu. Keduanya menonton film bersama dengan kepala Maharatu yang berada di pangkuan Danendra. “Suamimu akhir-akhir ini sering sekali berkunjung, Ra?” tanya Danendra yang mengusap-usap rambut Maharatu. “Ndra….” Maharatu mengelus rahang Danendra. Menatap manik kekasihnya dalam-dalam. Seolah berkata kalau saat ini dia tidak ingin membahas tentang Bagaskara. Danendra membuang napas kasar. “Aku cemburu, Ra!” kata Danendra membuang muka.Maharatu bangkit dari posisinya. Ditangkupnya wajah Danendra, agar mata keduanya saling bertemu.“Aku tau kamu cemburu, tapi untuk saat ini aku belum bisa lepas dari Mas Bagas, beri waktu aku sedikit lagi.”Danendra melepaskan tangan Maharatu dari rahangnya dengan kasar. “Sedikit lagi … sedikit lagi … itu terus Ra yang kamu katakan sejak enam bulan lalu. Aku ini lelaki biasa yang juga punya rasa cemburu. Aku tidak bisa terus-terusan melihat kamu dijamah oleh Bagaskara!” Suara Danendra yang bia

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 74

    “Kamu mau kemana, Sandra?” Rahman yang baru keluar dari kamarnya tertatih-tatih menghampiri sang istri yang membawa dua koper besar.“Mau pergi dari sini,” sarkas Sandra yang terus melangkah tanpa menghiraukan suaminya.Rahman mempercepat langkahnya, meski masih terpincang-pincang karena memang kondisinya yang belum sembuh sempurna. “Pergi kemana?” Tangan Sandra dicekal oleh Rahman. “Lepasin!” Dengan kasar Sandra mengibaskan tangan suaminya. “Yang jelas sejauh mungkin. Karena aku tidak mau kembali hidup kere sama kalian seperti dulu.”Dahi Rahman berkerut. Hidup kere bagaimana? Saat ini hidup mereka bahkan bisa dibilang bergelimang harta. “Lihatlah semua ini Sandra. Kita bergelimang harta sekarang?”“Ya, sekarang, tapi sebentar lagi kita akan jadi kere seperti dulu. Karena anak perempuanmu itu main-main dengan Bagaskara,” ujar Sandra dengan bersungut-sungut. “Bicaramu semakin tidak jelas.”“Kalau ingin lebih jelas, nanti tanya pada putrimu itu.” Sandra memegang kedua kopernya hen

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 73

    “Maaf.” Maharatu memeluk tubuh Danendra dari belakang. Pria itu sedang berada di balkon, melukis sesuatu yang abstrak. Sesuatu yang mencerminkan perasaannya saat ini.Danendra memejamkan mata, mencoba meredam rasa sakit yang mencabik-cabik di hati. Karena pelukan kekasihnya. Pelukan yang Danendra tahu pasti sebabnya.Danendra meletakkan kuasnya. Tangannya menyentuh tangan Maharatu dengan lembut, berniat melepaskan pelukan Maharatu sejenak sebelum berbalik badan. Namun, Maharatu justru semakin mengeratkan pelukannya.“Jangan berbalik, kumohon,” lirih Maharatu dengan suara parau, “biarkan seperti ini. Aku masih ingin memelukmu, Ndra.”Hening, tidak ada suara. Hingga setelah beberapa saat, terdengar isakan kecil dari Maharatu. Danendra dapat merasakan kaos yang dipakainya basah di bagian belakang. Wanitanya sedang menangis. Tak tahan mendengar isakan Maharatu yang semakin menyayat hati. Danendra melepas pelukan Maharatu, berbalik badan lalu membawa wanitanya itu ke dalam dekapannya. “T

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 72

    Maharatu mengembuskan napas panjang. Dari pantulan cermin dapat dia lihat, Sandra sudah berdiri di belakangnya dengan wajah masam. Maharatu lalu berbalik badan. “Kenapa pagi-pagi sekali Mama sudah berdiri di situ. Jatah bulanan yang kukasih, kurang? Tapi, maaf Ma. Ratu nggak bisa kasih Mama credit card lagi,” ujar Maharatu. “Ck!” Sandra berdecak membuang muka ke samping sejenak lalu menatap wajah putrinya dengan amarah yang berkobar. “Apa kamu pikir setiap Mama datang padamu selalu karena uang?” bibir Sandra mencebik, tak terima dengan praduga Maharatu. “Tentu saja, karena sejak dulu Mama memang begitu. Selalu uang … uang … dan uang,” ketus Maharatu dengan senyum mengejek. “Terserah kamu, Ra, mau berpikir bagaimana. Mama hanya ingin memperingatkanmu?” Dahi Maharatu berkerut. “Untuk?!” Kini giliran Sandra yang tersenyum mengejek. “Jangan main-main dengan Bagaskara. Semalam Mama lihat kamu keluar dari kamar Endra!” Deg! Maharatu kaget dengan perkataan mamanya. Sial sekali bagin

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 71

    “Terima kasih karena sudah bicara pada, Pangeran,” ucap Maharatu yang menyandarkan kepalanya di pundak Danendra. Danendra mengusap pipi Maharatu lembut. “Kalian hanya miskomunikasi saja, sebenarnya.” “Kamu benar Sayang, seharusnya aku bertanya pelan-pelan pada Pangeran. Apa alasan yang mendasari dia bekerja bukannya malah langsung marah seperti tadi." Masih saja ada rasa sesal yang bercokol di hati Maharatu. “Sebenarnya kamu itu marah bukan karena Pangeran bekerja, tapi karena Pangeran dipermalukan di depan semua orang, ‘kan? Tapi sayangnya, kamu tidak tau haru melampiaskanya pada siapa? Jalan termudah, ya, kamu melampiaskanya pada Pangeran” “Kakak mana yang terima adiknya di hina seperti tadi, Ndra. Di depan semua orang lagi.” Keduanya sedang berada di kamar tamu, tempat Danendra tidur saat berada di rumah Maharatu. “Kata Pangeran, tadi Ayang kasih saran supaya dia buka usaha sendiri, ya?” sambung Maharatu. Mendengar panggilan Ayang dari Maharatu, sudut bibir Danendra terang

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 70

    Suara ketukan membuat Pangeran yang sedang duduk di meja belajarnya menoleh. “Boleh, Mas masuk!” Danendra berdiri di ambang pintu dengan senyum yang mengembang. “Silakan, Mas!” Setelah mendapat izin dari pemilik kamar, Danendra masuk ke dalam kamar. “Interior yang bagus,” puji Danendra setelah menelisik setiap sudut kamar Pangeran. Tanpa menunggu dipersilakan oleh yang punya kamar, Danendra duduk di tepi ranjang. “Desain yang bagus.” Danendra melongok gambar yang sedang dibuat Pangeran di buku gambar. “Terima kasih, Mas.” Pangeran meletakkan pensil lalu menggeser kursinya agar menghadap ke arah Danendra secara langsung. “Daripada kerja di tempat lain, kenapa nggak buka usaha sendiri saja,” saran Danendra pada Pangeran. “Buka usaha apa, Mas?” “Costum kaos misalnya. Kan, kamu pintar gambar.” “Maksudnya?!” “Kamu buat desain yang bagus terus coba aplikasikan desain yang kamu buat itu ke dalam kaos. Post hasilnya di media sosial. Lalu tawarkan di sana. Untuk desain tulisan

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 69

    Di dalam mobil Maharatu sangat cemas. Dia mengkhawatirkan keadaan Pangeran. “Kira-kira, Endra bisa beresin masalah Pangeran, nggak, ya, Sa?”“Pasti bisa, kamu tenang saja!”Di saat kalut seperti ini ponsel Maharatu justru berdering. “Ck, Mas Bagas telpon lagi,” keluh Maharatu saat menatap layar ponselnya.“Angkat!” titah Sasa. “Hallo, Mas,” sapa Ratu yang memandang ke arah Sasa. “Kamu dimana? Kenapa tidak ada di apartemen?”“Maaf, Ratu masih di cafe tempat meet and great.”“Pekerjaanmu belum selesai?”“Sudah, sih, tapi—”“Tapi apa?” tanya Bagaskara sedikit cemas. “Ada masalah dengan Pangeran.”“Baiklah selesaikan dulu masalahmu baru setelah itu pulang?”“Em … Mas. Malam ini Ratu boleh pulang ke rumah Ayah, soalnya masalah Pangeran agak rumit.” Dengan hati-hati Maharatu meminta ijin pada Bagaskara. Sebenarnya Bagaskara sangat ingin bersama Maharatu malam ini, tapi karena mendengar suara Maharatu yang begitu cemas Bagaskara mencoba memberi kelonggaran.“ Baiklah, tapi untuk malam

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 68

    Maharatu yang sudah tidak tahan melihat pelayan itu terus dihina hendak melangkah. Namun, Sasa memegang lengan Maharatu, mencegah langkahnya. “Lepas, Sa!” hardik Maharatu. Tatapan Maharatu nyalang, matanya sudah berkaca-kaca. Dia berusaha melepaskan tangan Sasa yang memegangi lengannya. “Mau kemana?” Tatapan Sasa tidak kalah tajam. “Tentu saja merobek mulut gadis itu!” sarkas Maharatu.“Lalu setelah itu apa?” Sasa semakin mengencangkan pegangannya di lengan Maharatu, “memberitahu semua orang bahwa pelayan yang dihina itu adalah adikmu, adik seorang aktris ternama, MA-HA-RA-TU, iya?” Sengaja Sasa menekankan nama ‘Maharatu’, untuk mengingatkan Maharatu tentang posisinya saat ini dan komitmen Maharatu untuk menyembunyikan identitas keluarganya.“Tapi, aku tidak bisa melihat Pangeran dihina, Sa!” Wajah Maharatu memelas. Kakak mana yang terima adiknya dihina di depan banyak orang. Apalagi Pangeran hanya menunduk saat dihina tanpa membela diri. Hati Maharatu hancur. Dia baru saja kel

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 67

    “Kalian sudah baikan?” tanya Sasa saat masuk ke dalam mobil.Sasa bicara begitu karena melihat Maharatu dan Danendra saling melempar canda. “Memangnya kapan kami bertengkar?!” ujar Maharatu.“Kalau tidak bertengkar kenapa kemarin diem-dieman?” selidik Sasa.Maharatu mencubit dua pipi Sasa dengan gemas. “Kemarin kami sama-sama masih capek, pulang dari Bali harus langsung kerja, dan itu juga gara-gara kamu yang tidak memberi kami kesempatan untuk istirahat sejenak, iya, ‘kan, Ndra?”“Benar sekali itu. Sasa ini memang cocok jadi kompeni,” canda Danendra menimpali.“Oiya?!” Sasa bersedep dada dengan mata yang mendelik. Seolah sulit untuk percaya pada perkataan Maharatu dan Danendra.Danendra dan Maharatu saling lirik dari kaca spion. Mereka harus bermain rapi agar Sasa tidak mencurigai hubungan keduanya.“Tentu saja, apalagi kami sempat main petak umpet di Bali,” ujar Danendra yang sengaja memantik rasa penasaran Sasa pada hal lain. “Petak umpet, kenapa?” Danendra tersenyum samar, umpa

DMCA.com Protection Status