“Ayah!” Ratu berhambur kepelukan Rahman. Bahkan karena bahagia Ratu tak kuasa menahan air matanya. Meski belum sepenuhnya sembuh, Rahman yang sudah bisa berdiri dengan tongkat membuat Ratu sangat bahagia. Bagaimana tidak, selama empat belas tahun ayahnya hanya bisa duduk di kursi roda. Tapi kini, pria itu sudah bisa berdiri dan berjalan.Rahman mengurai pelukan putrinya, membelai lembut rambut Maharatu. “Kenapa menangis? Kamu tidak suka Ayah sembuh?” canda Rahman.“Justru Ratu menangis karena bahagia.” Ratu kembali memeluk ayahnya.“Terima kasih, ya, Sayang. Karena kamu Ayah bisa berdiri lagi,” ucap Rahman mengusap punggung Ratu.“Kenapa bilang seperti itu. Seharusnya Ratu yang berterima kasih karena Ayah sudah berusaha untuk sembuh.” Ratu masih terus terisak.“Kok, cuma pelukan berdua. Aku nggak diajak,” protes Pangeran.“Sini!” Ratu melambaikan tangannya.Mereka bertiga berpelukan. Pelayan yang sedari tadi berdiri di sana ikut meneteskan air mata. Karena dia tahu bagaimana perjuang
"Cincin ini juga asli, Ra." Sasa mengamati cincin pemberian dari fans Ratu."Udah! Nggak usah dibahas lagi, Sa. Pokoknya selama ni orang nggak aneh-aneh, nggak usah diambil pusing." Ratu mengambil cincin bermata putih itu dari tangan Sasa lalu memasukkannya kembali ke dalam kotak. Entah mengapa perasaan Sasa tidak enak tentang orang yang menyebut dirinya 'pengagummu' ini.“Malam ini kita pulang ke apartemen, Ndra,” kata Ratu pada Endra setelah mengantarkan Sasa pulang.“Baik, Non.”Ratu mengangkat ponselnya yang berdering. “Hallo, Mas.” Ratu menerima telpon dari Bagas, tapi menurut Endra ada yang aneh dengan ekspresi nonanya. Karena, nonanya hanya menatap kosong ke luar mobil. Dan menyahut setiap perkataan suaminya tanpa ekspresi.“Sebentar lagi, Ratu sampai.” Endra diam-diam terus memperhatikan gerak-gerik Ratu dari rear-vision mirror. Nonanya terlihat seperti menahan sesuatu yang berat. Terbukti setelah menutup panggilan dari Bagaskara, nonanya beberapa kali menghembuskan napas d
“Wah, gila. Bagus juga apartemen yang kamu tempati, Danen,” puji Nick setelah masuk ke dalam unit Endra. Endra alias Danendra geram bukan main pada Nick, bisa-bisanya sahabatnya itu datang kemari. Saking geramnya Danendra memukul kepala Nick. “Ngapain kamu ke sini, Dodol!” “Aduh, sakit, anjing!” umpat Nick memegangi kepala bagian belakang. “Salah sendiri cari gara-gara.” “Cari gara-gara?!” Nick tersenyum kecut lalu menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa ruang tamu. “Apa mengunjungi sahabat itu cari gara-gara?” “Kalau kamu mengunjungiku di rumah atau di apartemenku sendiri jelas tidak. Tapi, kamu … mengunjungiku di sini, Nick.” “Apa bedanya?” “Jelas beda, ini tempat Bagaskara. Bisa gawat kalau dia melihatmu di sini.” “Dia nggak akan ke sini karena dia sedang mengarungi indahnya surga dunia di unit sebelah.” Nick menaik-turunkan alisnya. “Sok tau,” dengkus Danendra. Membayangkan Bagaskara mencumbu Maharatu, darah Danendra mendidih. Mungkinkah dia cemburu. Danendra i
“Jadi itu, arti dari liontin merpati di kalungmu, Ra,” gumam Danendra yang berlalu dari sisi pintu. Sasa mengurai pelukannya dari Ratu. “Kali ini karena apa Om Bagaskara sampai memukulimu lagi?” “Dia salah paham. Si pengagum itu mengirimkan sebuket mawar merah beserta kartu ucapan yang memintaku menikah dengannya.” Ratu membersihkan wajahnya dengan tisu karena Sasa harus melanjutkan riasannya yang tertunda. “Kamu, sih, susah dibilangin. Aku kan sudah bilang, kamu harus ngomong sama Om Bagaskara tentang fansmu yang satu ini.” Sasa mulai memoles kembali wajah Ratu. “Aku kira dia cuma fans biasa.” “Kalau fans biasa nggak mungkin dia akan nguntit kemanapun kamu pergi, Ra.” Sasa memegang dagu Ratu, memiringkan wajah Ratu ke kiri dan kanan, memastikan riasannya sempurna dan menutupi bekas luka di sudut bibir Ratu. “Kali ini aku salah. Maaf, ya, Sa.” Wajah mengiba ala Maharatu membuat Sasa luluh. “Hem... Ya udah berangkat, yuk! Kasian Endra udah nunggu lama di ruang tamu,” ka
“Kok kamu ada di sini, sih, Nick. Nyusup, ya,” cibir Danendra yang menunjuk wajah tampan kebule-bulean Nicholas.“Mulutmu, Danen. Pedes kaya cabe. Asal kamu tau, aku ini salah satu tamu istimewa di sini,” ucap Nick menyombongkan diri. “Nggak percaya.” Lagi-lagi Danendra meremehkan sahabatnya.“Serah,” kata Nick kesal. Detik berikutnya pria berwajah bule itu memiliki ide untuk menjahili Danendra. “Bartender di sini memang pandai kalau urusan meracik minuman.” Sengaja Nick meneguk Taquela double sot tepat di dekat telinga Danendra.“Fuck you, Nick,” maki Danendra. Pasti Nick sengaja melakukannya. Pria di sampingnya ini tahu itu minuman favoritnya.“Gila emang seger, nih, minuman.” Nick semakin menjadi. Dia mengangkat gelasnya tinggi-tinggi di hadapan Danendra.Lebih baik Danendra membuang muka untuk menghindari ledekan Nick yang semakin menjadi.“Pantas kamu sampai rela menyamar. Maharatu memang sangat cantik.” Selama ini Nick hanya melihat kecantikan Maharatu dari televisi, media sos
“Selamat malam, Tuan Bagaskara,” sapa Danendra.“Malam,” sahut Bagaskara yang berdiri tegak dengan tangan di dalam saku celana. “Dia mabuk?” tanya Bagaskara. Netranya menelisik keadaan Maharatu yang memejamkan mata dengan kepala yang menempel di pundak Danendra.“Iya, Tuan, Nona mabuk berat. Maaf saya terpaksa menggendong Non Ratu karena dia sama sekali tidak mau bangun,” jelas Danendra agar Bagaskara tidak salah paham. Danendra tidak mau Maharatu babak belur lagi karena Bagaskara yang cemburu buta.Di luar prediksi ternyata Bagaskara tidak marah pada Danendra, dia bahkan tersenyum. “Tidak masalah, aku malah harus berterima kasih padamu karena mau menggendongnya. Ratu memang selalu seperti itu saat mabuk. Langsung tepar dan sulit mengendalikan diri. Terkadang wanita ini memang agak sedikit bandel.” Bagaskara membelai pipi Ratu dengan punggung tangannya. Tentu hal itu membuat dada Danendra bergemuruh. Wanita pujaannya dibelai pria lain saat berada digendongannya.“Sudah tau tidak kua
Karena ada kendala teknis, proses syuting kemarin malam sedikit terhambat. Sehingga Maharatu baru bisa meninggalkan lokasi jam tiga pagi. Namun, beberapa kru dan aktris lain masih berada di lokasi untuk proses syuting selanjutnya. Drama series yang sudah hampir mendekati babak akhir membuat semua kru bekerja ekstra untuk segera menyelesaikan deadline drama. Seandainya tidak ada pekerjaan lain Maharatu juga pasti akan tetap tinggal di lokasi syuting. Di lokasi dia bisa istirahat sejenak sembari menunggu proses syuting yang dilanjutkan setelah matahari terbit. Tapi, apa boleh buat Maharatu sudah terlanjur menandatangani kontrak kerja dengan produsen perhiasan Franco. Jadi mau tidak mau dia harus pergi ke lokasi pemotretan yang sudah disiapkan pihak Franco. Gaun berwarna putih dengan tali spaghetti melekat indah di tubuh Maharatu. Rambut Maharatu disanggul ke atas dan menyisakan beberapa helai yang dibiarkan begitu saja. Dia benar-benar terlihat seperti Ratu yang sesungguhnya dengan m
“Pertanyaannya apa, Sa?” balas Danendra penasaran.“Kamu sudah menandatangani surat pernyataan untuk tutup mulut ‘kan saat diterima Om Bagaskara.” Sasa menatap wajah Bagaskara dengan raut serius.“Surat pernyataan?” batin Danendra mengingat-ingat surat pernyataan apa yang dimaksud Sasa. “Oiya, sekarang aku ingat.” Danendra memukul keningnya pelan. “Jadi itu surat pernyataan tutup mulut,” pikir Danendra. Karena terlalu senang diterima oleh Bagaskara menjadi bodyguard, Danendra sampai tidak membaca surat pernyataan itu dan langsung tanda tangan begitu saja. Ceroboh memang. Tapi seperti yang dikatakan Agnes Monica ‘cinta ini kadang-kadang tak ada logika’. “Sudah... aku sudah menandatangani surat pernyataan itu,” jawab Danendra cepat. Dia sudah tidak sabar mendengar penjelasan Sasa tentang alasan Maharatu tetap bertahan dengan Bagaskara. “Bagus, berarti sudah bisa dipastikan mulutmu akan selalu terkunci. Karena kalau kamu sampai buka mulut, denda yang harus kamu bayar cukup besar yaitu