Seketika Isabella memiliki ide untuk menyerang sosok itu, dia menyusun rencana di kepalanya.
'Oke, jatuhkan dia dan kabur dari sini'. Pikirnya dalam hati.Dia sudah mengambil ancang-acang untuk menyerangnya. Namun tanpa dia duga, dia tak sanggup mengendalikan kecepatannya.Sebelum sempat menyerang sosok itu, sosok itu sudah keluar dari ruangan itu sontak tubuh Isabella menabrak pintu.
BRAAAK!"Aw!" Isabella merintih kesakitan terkapar di lantai.Sosok itu menoleh sekilas mendengar suara benturan keras dari arah pintu, dia tidak begitu perduli, dia kemudian melenggang santai menjauh dari tempat itu.Isabella berlahan lahan bangkit kondisinya tampak berantakan, berlahan dia membereskan rambutnya dengan jari-jarinya, rasa ngilu dan pusing masih dia rasakan, dia meraba jidatnya dan sepertinya benjol.'Bodoh sekali!' pikirnya dalam hati.Kruk ... kruk ... kruk ...Lambungnya mulai bereaksi mungkin karena kelelahan, dia harus mengalami hal-hal yang menguras energinya, tadi malam dan beberapa saat tadi, Isabella meremas perutnya dia sangat kelaparan.Isabella kemudian coba berbaring di atas tempat tidur, berharap dia bisa melupakan rasa laparnya, namun hal itu tak membatunya."Kakek bagaimana keadaan mu?" dia mulai teringat Kakeknya air matanya mulai mengalir.Beberapa jam berlalu, cahaya matahari terlihat dari jendela, dia masih tidak bisa merasakan kantuk, Isabella merasa tubuhnya tak bertenaga di tambah dia tak tidur semalaman.Tanpa Isabella duga, dalam waktu singkat, seorang pelayan terlihat membawa nampan berisi makanan dan sebotol air mineral. Isabella menoleh dia tampak lemas, bibirnya kering, matanya layu, nampak lingkaran hitam di sekitar matanya. Dia nampak pasrah saja melihat pelayan itu masuk ke dalam ruangan itu.Pelayan itu menyimpan nampan berisis makanan itu di atas meja.
"Saya membawakan anda sarapan, Nona," katanya sambil beranjak dari hadapan Isabella. Isabella tak menjawab dia hanya bersandar lemas.Pintu ruangan itu tertutup kemudian, Isabella berlahan meraih piring yang ada di atas meja tangannya gementar, dengan lahap dia menyatap makanan itu. Isabella sampai sedikit tersedak, kemudian mengambil botol air mineral yang ada di atas meja.Dia meneggak air meneral itu sampai tak tersisa satu tetes pun."Aku harus memiliki tenaga untuk kabur dari tempat ini," katanya pelan.Kemudian dalam sekejap makanan itu lenyap tak tersisa, hanya piring kosong yang ada di atas meja sekarang, dan beberapa saat kemudian.Kreek ...Pelayan yang tadi membawakan Isabella makanan masuk, kali ini dia membawakan handuk pakaian dalam, sikat gigi, sabun mandi dan sabun muka, dan beberapa potong pakaian."Emm, Nona ... ""Saya di suruh mengatar barang barang ini," ucap pelayan itu. Sambil menyimpan barang-barang itu di atas tempat tidur. Isabella hanya tersenyum tipis ke arah pelayan itu."Terima kasih," ucap Isabella di sambut senyuman pelayan itu. "Apa orang itu ada di rumah?"Pelayan itu tersenyum ke arah Isabella
"Maksud Nona Tuan muda?" Isabella tersenyum."Tuan Christian belum pulang Nona."Isabella tampak termenung, ternyata sosok itu bukan seorang bandit seperti yang dia piirkan. Dia semakin bingung untuk apa seorang tuan muda seperti dia menculiknya, itu semakin membuatnya yakin tuan muda itu sikopat.***Christian pulang cepat dia harus melihat keadaan tamunya, tamu yang dibawanya secara paksa, dia segera menuju lantai 2 tempat Isabella dijamu lebih tepatnya dikurung.Di sana tampak Isabella yang sedang termenung melihat ke arah jendela. Dia menoleh ke arah Christian sejenak.Christian melihat sosok Isabella berbeda dari sebelumnya, wajahnya terlihat lebih cantik dia mengenakan Knite berwarna coklat tua, dan celana pendek sepaha, rambutnya tergerai indah.
Sosok Isabella seperti Elle faning si Aurora di film melvicent, rambutnya berwarna coklat terang, pipinya kemerahan, matanya bening, Cristian tampak terpaku berdiri agak jauh dari Isabella."Christian!"Chiristian terperanjat gadis itu memanggil namanya. Ia melangkah mendekati Isabella.
"Christian, boleh aku memanggil mu seperti itu?"
Christian menatap Isabella, Dia hanya mengangguk pelan sambil tersenyum ke arah Isabella.
"Christian, sepertinya kau orang baik, bisa kau lepaskan aku?" kali ini Isabella tak bicara formal lagi. Dia memasang wajah sedih.Christian melihat kesedihan di wajah Isabella , Christian menghela nafas sejenak, dia mendekat ke arah Isabella,"Isabella, boleh aku menmanggil nama mu?" Christian duduk di samping Bella kemudian, Isabella berbalik ke arah Christian."Bella, aku biasa di panggi Bella," sahut Isabella. Sambil menatap Christian dengan mata yang berkaca kaca.Christian mencoba membuat gadis itu tenang, dia tak mau terburu-buru bicara kepadanya, dia hanya duduk di sampingnya sambil memperhatikannya."Berapa usianya mu Bella?""19 tahun." sahut Isabella. Christian memperhatikan gadis itu dengan seksama."Kenapa kau tidak percaya?" kata Isabella lagi.Christian hanya mesem menatap wajah isabella yang cantik. Christian teringat saat dia membawa Isabella ke mobilnya kemarin malam, dia terpesona dengan kecantikan wajahnya, malam itu Christian memangku kepala Isabella di jok belakang.Christian terus menatap wajah Isabella yang tak sadarkan diri waktu itu, bahkan dia tak membiarkan siapapun menyentuhnya, dia juga yang menggedongnya ke kamar."Tidak bukan begitu, aku hanya merasa kau terlalu muda," ungkap Christian, Isabella bengong."Bella kalau kau merasa bosan, kau bisa keluar dari kamar ini""Aku akan menyuruh pelayan, untuk mengatar mu berjalan-jalan," Ungkap Christian. Sambil menatap Isabella dengan rasa kasihan.Isabella tersenyum licik, akhirnya dia punya kesempatan untuk keluar dari tempat itu, dia berpikir ternyata laki-laki yang ada di hadapannya mudah untuk diperdaya."Terima kasih," ucap Isabella.Christian hanya tersenyum menatap Isabella, tentu dia bisa menebak apa yang ada di pikran gadis itu.Isabella di ijinkan untuk keluar kamarnya, kesempatan ini tak Isabella sia-siakan, dalam beberapa hari ini dia sudah menghapalkan denah lantai dua, dan lantai satu rumah itu. Tentu hal itu bukan perkara yang mudah mengingat rumah itu sangat besar.Isabella perlu persiapan yang matang untuk kabur dari tempat ini, Beberapa kali dia berpapasan dengan para pelayan dan penjaga di rumah itu."Selamat pagi, Nona," Isabella tersenyum membalas sapa seorang pelayan. Beberapa orang tersenyum ramah kepada Isabella, dan tak lama kemudian Isabella sampai di depan pintu Lift.Ting!Pintu Lift itu terbuka, tak buang waktu Isabella masuk kedalam Lift, tak lama kemudian pintu Lift itu tertutup kembali."Tenang Bella kamu pasti bisa melakukannya," katanya sambil menekan tombol lift itu.Pintu Lift itu terbuka kembali, kemudian Isabella segera keluar, dia melangkah mantap mencoba bersikap sewajarnya agar tak menarik perhatian.Belum sampai beberapa langkah, dia berpapasan dengan pelayan yang bertugas meng
Tepat pukul 19.30 Grace hendak pergi ke kamar Isabella, untuk menyampaikan undangan makan malam dari Christian, tampaknya Christian belum puas menggodanya."Nona, saya Grace," katanya sambil mengetuk pintu kamar itu berlahan.Namun tak terdengar jawaban dari dalam kamar itu. setelah beberapa saat, Akhirnya Grace memutuskan untuk melaporkan kepada Tuannya.Singkat cerita Grace sudah sampai diruang makan menghadap Christian, Grace tampak cemas."Nona tak menyahut tuan," kata Grace cemas. Christian tampak santai menanggapi laporan Grace."Dia pasti cuman kelelahan, setelah berjalan beberapa kilo," ungkap Christian tenang. Grace tampak kaget mendengar perkataan tuannya. "Pastikan saja keadaannya baik-baik saja," Grace tampak menyimak. "Jangan lupa sediakan makanan di kamarnya, pasti dia lapar" kata Christian lagi mengakhiri pembicaraan itu."Baik tuan," sahut Grace sambil beranjak dari hadapan Christian.Tak butuh waktu lama, Grace sudah ada di depan pintu kamar Isabella, dia membuka pintu
***Kenapa kau selalu, menghindar saat ku tanya soal Kakek ku?""Aku tidak menghidar, hanya saja aku belum bisa meberikan informasi apapun."Mereka saling menatap satu sama lain, Christian merasa di tekan dengan pertanyaan Isabella, Isabella juga tidak salah dia berhak tau keadaan Kakeknya, dan alasan kenapa dia harus berada di pulau itu."Apa untungnya, mengurungku di sini?" tanya Isabella dengan nada suara yang tinggi."Tidak ada, sebetulnya aku rugi waktu, rugi tenaga, aku sangat rugi," kata Christian agak berteriak."Kalau begitu lepaskan aku!" "Kalau saja aku bisa," katanya dengan nada suara lebih tinggi. "Sebetulnya aku malas berurusan dengan mu dan seleruh keluarga mu," katanya lagi seraya meninggalkan Isabella."Christian!"***Sudah hampir dua minggu Isabella terjebak di pulau itu, sampai saat ini dia belum mendengar kabar dari kakeknya, dia sangat marah kepada Christian karena tak memberikan penjelasan apa-apa.Beberapa hari ini, Isabella tak mau berbicara dan menerima undan
***"Diam, kalau tidak, aku akan ..." Christian tak meneruskan bicaranya dia hanya menatap wajah Isabella kemudian matanya berlahan menatap bibir isabella yang tampak menggoda."Atau apa?" teriak isabella. Nafas mereka berembun saking dinginnya seperti mengeluarkan asap.Christian mendekatkan bibirnya ke wajah Isabella,, dadanya naik turun dengan cepat, Isabella memalingkan wajahnya, tapi gerakannya kalah cepat bibir Christian mendarat pas di bibir Isabella.Tubuh Isabella membeku dia tak bisa bergerak, Ciuman itu terasa hangat di bibirnya, dia seperti ingin menangis, ingin berteriak, tapi dia tak mampu melakukan apapun. Isabella tak membalas ciuman itu, dia bingung harus melakukan apa, itu adalah ciuman pertamanya.Sedang Christian terus mencium Isabella berkali kali berharap mendapat balasan ciuman yang menggairahkan, tapi harapannya sirna Isabella tak membalas ciumannya.Christian menatap Wajah Isabella dengan heran, dia merasa di tolak, kemudian dia menghetikannya.JGEER!Spontan
Dorr! Dorr! Dorr!Christian menembak sasarannya dengan membabi buta, dia teringat dengan kata-kata Isabella, dengan wajah sangar dia terus mebidik sasarannya, hal itu membuat Billy sedikit ngeri."Akh Sialan!" Billy mundur sedikit demi sedikit, namun usahanya sia-sia mata Christian menagkap sosoknya."Billy, lihat aku!" Billy kontan kaget mendengar kata-kata tuanya."Iya tuan ...""Apa aku terlihat tua?" Billy sedikit bingung sekaligus kaget mendengar hal itu.Tentu saja tuannya terlihat sangat muda pikirnya, mungkin saja tuanya ingin mendapatkan jawaban yang lain, Billy berfikir untuk memberikan jawaban yang memuaskan."Anda terlihat lebih berwibawa dari usia anda," ucap Billy mantap. Christian tampak tak puas dengan jawaban Billy."Jadi aku terlihat tua?" kali ini Christian agak sedikit marah, Billy mulai bergidik dia tak berani menatap wajah tuannya."Ti-dak tuan masud ku, anda terlihat berwibawa, itu tidak mengurangi ketampanan anda." Billy cepat-cepat menjilat tuannya."Aku ingin
***"Jangan menatap ku seperti itu, aku sungguh tidak nyaman" senyuman terukir di wajah Christian. Isabella sedikit menunduk malu."Maaf, aku tak bisa," ungkap Christian menatap Isabella dalam. Dia seperti terpesona dengan kecantikan wajahnya."Aku sunggu tak nyaman, Criss!" Mereka saling menatap, kemudian terdiam untuk beberapa saat, mereka hanya memuji keindahan paras mereka masing-masing dalam hati. Getaran-getaran itu seperti membangkitkan adrenalin."Aku lebih baik pergi," kata Isabella seraya bangkit dari duduknya.Dengan cepat Christian menarik tangan Isabella, Sontak Isabella jatuh di pangkuan Christian, mata mereka beradu nafas mereka berhenti sejenak.Nafas Isabela seketika jadi berat Dadanya naik turun dia tak bisa menolak pesona Christian tatap matanya membuat Isabella terhipnotis.Christian Menyetuh bibir isabella dengan jarinya berlahan.Isabella menelan ludahnya, kemudian Christian menciumnya dengan lembut, Isabella terdiam jatungnya berdebar. Christian tersenyum sambil
***Grace menyimpan gaun itu di atas tempat tidur, Isabella tampak terkejut melihat Grace membawa sebuah gaun berwarna nude lengkap dengan sepatu berwarna senada."Apa ini, Grace?""Tuan, meminta saya untuk membawakan gaun ini untuk anda nona," ungkap Grace.Isabella tampak bingung dia menatap Grace berharap mendapatkan informasi yang lebih, setelah beberapa saat Grace baru mengingat sesuatu setelah Isabella menatapanya seperti itu."Maaf Nona, saya lupa bilang, kalau Tuan besar mengundang anda dan tuan Jacob untuk pergi ke pesta pembukaan hotel baru milik Tuan" ungkap Grace mencoba menjelaskan dengan detail. "Saya juga sudah menyiapkan Jas dan sepatu untuk tuan Jacob," katanya lagi."Pesta pembukaan hotel?""Iya Nona!"Isabella terseyum menghampiri gaun yang tergeletak di tempat tidurnya, matanya tertuju ke arah Grace."Terima kasih Grace, aku akan mencobanya" ungkap Isabella."Ada lagi yang bisa saya bantu Nona?" Isabella menggeleng seraya tersenyum ke arah Grace."Oya Nona, Tuan men
Isabella tampak cantik mengenakan Gaun berwarna Nude, Prof Jacob menggandeng cucunya berjalan kearah Tuan James dan Christian. Mata Christian tak beranjak menatap Isabella, dia benar-benar terpesona dengan kecantikan dan kemolekan tubuh Isabella."ya ampun, aku pangling kau kelihatan sangat cantik," kata Tuan James takjub, kemudian matanya melirik ke arah Christian."Dia sangat cantik kan Criss?" tanya Tuan James kemudian."Eh, Iya sangat cantik," jawab Christian gelagapan masih menatap Isabella. Isabella menunduk sejenak sedikit malu mendengar perkataan Christian."Christian, tolong jaga cucu ku," ucap Prof Jacob seraya menarik berlahan tangan Isabella mendekatkan kepada Christian. Kemudian Christian mengulurkan tangannya. "Gaunnya sangat cocok dengan mu, kau terlhat sangat cantik" Isabella tampak gugup kemudian berlahan dia menerima uluran tangan Christian."Terimakasih," kata Isabella membalas pujian dari Christian."Aku akan menjaganya," sahut Christian tersenyum ke arah Prof Jacob
Akhirnya setelah berjalan begitu jauh mereka sampai di tepi danau, Chrsitian membantu Isabella naik perahu boot. Selanjutnya Christian menarik tali untuk menghidupkan mesin boot itu.Perahu itu pun melaju hari sudah mulai sore, langit pun berwarna Jingga rumah peristirahat sudah terlihat mereka menikmati sunrise dari atas perahu, Christian menggenggam tangan Isabella seraya menatapnya, Isabella membalas tatapan Christian."Aku Mencintai mu" ungkap Cristian sambil memeluk Isabella, perahu boot itu semakin dekat dan samapai di tepi, Christian membantu Isabella turun dari perahu."Hati-hati" kata Christian"Mau sampai kapan kau akan mengenggam tangan ku?" tanya Isabella"Sampai selamanya" kata Christian menggoda Isabella, isabella hanya tertawa kecil menanggapi gombalan Cristian, mereka berjalan beriringan masuk kedalam rumah itu nampaknya Maria sudah tak berada di sana, kemudian Christian mengantar isabella sampai depan pintu kamarnya."Sudah lepaskan tangan ku" kata Isabella, Christia
Setelah berjalan beberapa kilo akhirnya mereka tiba di suatu tepat yang sangat indah, tempat itu dulu sering di datangi Christian dan keluarganya. Isabella tampak takjup melihat pemandangan di tempat itu, tak jauh dari sana tampak air terjun dengan bebantuan besar membentuk lingkaran besar di bawahya.Disana juga tampak beberapa rumah kayu yang tampak sudah tak terawat ,Chiristian Memperlihatkan rumah pohon yang dulu sering dia datangi."Waktu aku kecil, ayah sering mengajak ku bermain di rumah pohon itu," katanya. Sambil menujuk ke arah rumah pohon yang terlihat sudah tak terawat"Luar biasa," kata Isabella takjub."Aku dan adik ku , sering di ajak untuk berkemah di sini," Christian mengenang masa kecilnya yang bahagia bersama kedua orang tuanya."Setiap Liburan kami menghabiskan waktu bersama," kata Christian lagi sambil tersenyum melihat ke sekeliling."Pasti seru!" Isabella sedikit merasa iri, melihat Christian memiliki memory yang indah tentang orang tuanya, Christian memeluk Is
Selamat pagi Nona?" sapa Maria. Isabella menoleh seraya membalasnya dengan senyuman."Selamat pagi Maria," sahut Isabella kemudian."Bagaimana keadaan mu Nona?" Tanya Maria. Dia tampak sibuk menyiapkan beberapa gelas jus orangge di atas meja."Cukup baik," Jawab Isabella singkat seraya menghampiri Maria lebih dekat."Akh, syukur lah, Tuan Muda terlihat sangat kuatir" ungkap Maria. Isabella hanya menunduk malu tak berkata apapun."Dia terus menayakan keadaanya anda Nona," ungkap Maria lagi. Isabella tersenyum menangapi Maria dia sedikit tersipuh sekarang."Apa kau melihat Christian, Maria?" tanya Isabella sedikit malu-malu matanya mencari Christian kesetiap sudut rungan itu."Tuan sedang berolah raga Nona," jawab Maria seraya memberikan segelas jus orangge kepada Isabella."Terimakasih Maria" seraya meneguk jus orange itu, Maria hanya tersenyum kembali melanjutkan aktifitasnya."Tuan ada di belakang," kata Maria lagi. Menujuk ke arah pekarangan belakang. Isabella tersenyum dia tampak
Buk ...Dan benar saja Joshua meninju wajah putanya Tristan dengan keras. Badan Tristan ambruk ke lantai hidungnya meler berdarah, Tetesan darah dari hidungnya meninggalkan bercak di kemejanya."Apa benar kau putra ku?" Tristan menunduk, tak berani melihat mata Ayahnya, suaranya begitu keras membuat Sarah gemetar ketakutan walau terhalang jendela kaca segara Joshua menutup tirai dengan menarik talinya."Kalau dalam 1 bulan ini dia masih hidup," kata Joshua. Mata Tristan membelalak ke arahnya tak percaya dengan yang apa yang dia dengar, apakah Ayahnya benar-benar menyuruhnya menghabisi sodarinya."Kamu tamat!" tatapan itu penuh intimidasi insting bertahan hidup Tristan bekerja dia memikirkan cara bagaimana suapaya ayahnya tak fokus dengan rencananya membunuh Isabella. Tristan terus berfikir bagaiman caranya agar Ayahnya berhenti menyiksanya, akhirnya dia memutuskan untuk memberi tahu Ayahnya tentang pertemuannya dengan Isabella."Ayah, ada yang ingin aku sampaikan," kata Tristan samb
"Apa yang sudah kau lakukan Josh?" mata sarah sedikit berkaca-kaca nada suaranya sedikit bergetar, dia menatap suaminya penuh dengan rasa kecewa, tarkejut , dan sedikit tidak percaya."Rupanya kau sudah mengetahuinya," Sahut Joshua. Menatap wajah Sarah dingin."Apa harus sejauh itu?""Apa kau tidak mengenal ku?" Joshua balik bertanya. Hal itu membuat Sarah merasa sedikit ngeri dan ketakutan, mengingat apa saja yang Joshua lakukan kepada orang-orang yang menghalangi jalannya, kali ini dia menghabisi Prof Jacob dan Sarah tak bisa menghetikannya."Akan ku jadikan putra ku sehebat diri ku." mata Joshua menatap tajam ke arah Sarah."Kau hanya perlu diam dan menyimpan rahasia ini sampai mati" ungkapnya lagi."Apa yang akan kau lakukan pada putra ku?" Joshua hanya tersenyum menatap Sarah."Dia perlu sedikit membuktikan kalau dia layak menjadi penerus keluarga Dante," Sahut Joshua kemudian."Itu bukan hak putra mu, itu hak Isabella" kata Sarah bicara dengan nada yang tegas."Aku akan memikirk
Prof, Jacob menerima panggilan telpon dari universitas tempat dia mengajar, dia mendapat kelas tambahan terpaksa dia harus membatalkan janji ketemu dengan James sahabatnya, Awalnya dia memiliki rencana memancing bersama sahabatnya.Dia membawa mobilnya sendiri dari kediamannya menuju kampus, jalanan cukup sepi dia menjalankan kendaraan dengan kecepatan standar mengingat usianya sudah tak muda lagi, tiba-tiba saja dia melihat dari arah depan mobil mini bus dengan kecepatan tinngi menuju ke arahnya, sontak dia terkejut, dia mengelak dari tabrakan dan membanting setirnya ke sebelah kiri. Mobil itu kehilangan ke seimbangan, dan seketika menabrak tihang listrik, benturan terdengar sangat keras, mobil min bus yang hendak menabrak mobil Prof, Jacob berhenti.Dari dalam mobil itu keluar 2 orang laki-laki, mereka berlahan berjalan sambil memperhatikan keadaan di sekitar menghampiri mobil prof Jacobs yang sudah ringsek dan berasap, salah satu dari mereka mengeluarkan pistol kemudian melirik kep
Seketika Christian dan Isabella melaju dengan mobil sport warna hitam metalik itu. Kali ini Christian mengendarai mobil itu dengan lebih santai.Tak lama kemudian mereka sampai di Bandara, mereka di sambut Billy." Silahkan Tuan, Nona," sambut Billy ramah. Kemudian mereka di arahkan untuk naik ke dalam jet pribadi, dengan beberapa orang pengawal menjaga mereka.Di sepajang perjalanan, Christian tidak berkata apapun kepada Isabella, dia duduk menyendiri sambil menatap langit dari balik jendela, Isabella hanya memperhatikan Christian dari jauh. Sekitar 1 jam, akhirnya pesawat yang mereka tumpangi lending di sebuah bandara kecil, Christian dan Isabella turun dari pesawat hanya berdua saja. Christian yang meminta tak mau ada pengawal mengikuti mereka.Tampak mobil truk kecil di sana, Billy memberikan kunci mobil itu kepada Christian, Christian menoleh kepada Isabella, Bella paham dengan isyaratnya kemudian dia mengikutinya menuju truk itu.Christian membuka pintu dari Arah kemudi, kemudian I
Tiba-tiba Christian teringat sesuatu,"Bella, sepertinya Paspor ku ada di apartemen pacar ku," ungkap Christian "Apa yang akan kau lakukan, kita harus pergi beberapa jam lagi," Isabella merasa tak nyaman Christian menyebutkan kata pacar di depan mukanya. "Aku akan mengambilnya," kemudian Christian menghubungi Billy."Billy bisa kau siapkan mobil untuk ku" kata Christian " ku tunggu, di kamar ku" kata Christian lagi seraya menutup sambungan telponnya. Christian memperhatikan Isabella yang terlihat kesal, tak lama kemudian terdengar suara bel berbunyi dari arah pintu kamar itu, kemudian Christian berjalan menuju pintu kamar itu dan membukanya berlahan.Dan benar saja di sana tampak Billy "Tuan Muda, mobil anda sudah siap," katanya seraya menyerahkan kunci mobil kepada Christian. Awalnya Christian akan pergi seorang diri namun melihat mimik muka Isabella yang tampak marah akhirnya dia memutuskan untuk mengajak Isabella."Ayo, Ikut dengan ku," kata Christian menatap ke arah Isabella. "Hah,
Isabella tampak cantik mengenakan Gaun berwarna Nude, Prof Jacob menggandeng cucunya berjalan kearah Tuan James dan Christian. Mata Christian tak beranjak menatap Isabella, dia benar-benar terpesona dengan kecantikan dan kemolekan tubuh Isabella."ya ampun, aku pangling kau kelihatan sangat cantik," kata Tuan James takjub, kemudian matanya melirik ke arah Christian."Dia sangat cantik kan Criss?" tanya Tuan James kemudian."Eh, Iya sangat cantik," jawab Christian gelagapan masih menatap Isabella. Isabella menunduk sejenak sedikit malu mendengar perkataan Christian."Christian, tolong jaga cucu ku," ucap Prof Jacob seraya menarik berlahan tangan Isabella mendekatkan kepada Christian. Kemudian Christian mengulurkan tangannya. "Gaunnya sangat cocok dengan mu, kau terlhat sangat cantik" Isabella tampak gugup kemudian berlahan dia menerima uluran tangan Christian."Terimakasih," kata Isabella membalas pujian dari Christian."Aku akan menjaganya," sahut Christian tersenyum ke arah Prof Jacob