***
"Jangan menatap ku seperti itu, aku sungguh tidak nyaman" senyuman terukir di wajah Christian. Isabella sedikit menunduk malu."Maaf, aku tak bisa," ungkap Christian menatap Isabella dalam. Dia seperti terpesona dengan kecantikan wajahnya."Aku sunggu tak nyaman, Criss!"Mereka saling menatap, kemudian terdiam untuk beberapa saat, mereka hanya memuji keindahan paras mereka masing-masing dalam hati. Getaran-getaran itu seperti membangkitkan adrenalin."Aku lebih baik pergi," kata Isabella seraya bangkit dari duduknya.Dengan cepat Christian menarik tangan Isabella, Sontak Isabella jatuh di pangkuan Christian, mata mereka beradu nafas mereka berhenti sejenak.Nafas Isabela seketika jadi berat Dadanya naik turun dia tak bisa menolak pesona Christian tatap matanya membuat Isabella terhipnotis.Christian Menyetuh bibir isabella dengan jarinya berlahan.Isabella menelan ludahnya, kemudian Christian menciumnya dengan lembut, Isabella terdiam jatungnya berdebar. Christian tersenyum sambil membelai rambut Isabella."Ternyata benar!" Christian berbisik di telinga Isabella."Aku ciuman pertama mu, bukan ?" wajah Isabella seketika merah dia tak berani menatap mata Christian.Christian menyetuh dagunya berlahan mengangkatnya kemudian mendekatkan bibirnya lalu menghisap bibir Isabella berlahan lahan, Isabella tampak menikmatinya. tiba-tiba Chiristian menghetikannya.Isabella menatap Christian, Christian tersenyum melihat wajah Isabella yang tampak bersemu merah."Kau bisa mencium ku sekarang!"kata-kata Christian membuat Isabella gelagapan mata Isabella kemudian tertuju ke arah bibir Christian, dengan perasaan berdebar Isabella mendekat, bibirnya mencium Christian berlahan.Christian membalasnya memandu ciuman itu, Isabella mengikutinya secara naluri ciuman itu berlangsung sangat menggairahkan.Christian mulai menyasar leher Isabella, kemudian Isabella mendorongnya."Ku mohon hentikan," Isabella sedikit menjauh.Christian coba mendekapnya, dan menciumnya lagi, namun Isabella mendorongnya lagi, kali ini Christian mencoba menahan dirinya."Aku tak mau mendengar kata-kata penyesalan lagi," ungkap Isabella menohok.Christian tak sanggup berkata-kata sampai saat ini pun dia masih ragu dengan perasaannya."Aku hanya mengikuti naluri ku," kata Christian dengan nada pelan."Apa setelah ini kau akan bilang, ini tidak ada artinya?" Christian tak menjawab dia hanya terdiam.Kemudian Isabella beranjak dari situ tak mau hal ini berlanjut lebih jauh, dia tak mau mengembangkan perasaan yang lebih jauh, Christian hanya terpaku melihat kepergian Isabella.***Beberapa jam kemudian Isabella melamun di dalam kamarnya, dia terus berpikir keras kenapa dia selalu terjebak dalam situasi romantis saat beduaan dengan Christian, dia berusaha memakai logikanya untuk tak berurusan dengan perasaan untuk saat ini.Di sela lamunannya yang pajang tiba-tiba Isabella di kagetkan dengan suara ketukan pintu, sepertinya dia sudah menduga siapa yang ada di balik pintu dengan sumringah kemudian dia buru-buru membuka pintu itu."Kakek!" Isabella langsung memeluk Kakeknya,Isabella tampak meneteskan air mata suasana seketika berubah mengharukan, kakeknya kemudian menyeka air matanya."Kakek baik-baik saja, jangan menagis," ucap Kakeknya tersenyum ke arah Isabella."Ayo, masuk kek," kata Isabella. Berusah untuk tidak menangis. "kakek pasti lelah."Kakeknya hanya tersenyum sambil masuk kedalam rungan itu, kemudian dia duduk di atas sofa di ikuti Isabella.Isabella sangat bahagia bisa melihat kakeknya lagi begitupun sebaliknya, banyak pertanyaan muncul di benak Isabella tentang kejadian waktu itu."Kakek, apa yang terjadi?"Kakeknya terdiam sejenak mencoba mengingat kejadian malam itu, gambaran kejadian malam itu tiba-tiba muncul.***Setelah kakeknya menutup pintu dan mengucinya, kemudian dia bergegas pergi menghampri orang-orang itu.Tak jauh dari situ, Kakeknya melihat enam orang bersenjata memakai pakaian serba hitam dengan penutup kepala."Prof Jacob," kata salah seorang di antara mereka. Prof, Jacob hanya terdiam tak menjawab, kemudian dia melihat dua orang turun dari lantai dua.Salah satu di antara mereka menggelengkan kepala memberikan isyarat tak ada siapapun di lantai dua."Dimana cucu anda?" kata seseorang menghampiri Prof Jacob sambil menodongkan pistol kek kepalanya, tapi Prof Jacob tetap diam tak menjawab.BUK!Darah terciprat dari hidung Prof Jacob, seketika kepalanya terasa pusing, dia berusaha menyeimbangkan tubuhnya yang sempoyongan."Apa kau tuli, pak tua!" seseorang yang lain menghapiri Prof Jacob.Namun seketika Prof Jacob melihat titik merah di badan orang-orang itu seperti sorotan lampu kecil.Orang-orang itu terjatuh hampir bersamaan, Cipratan darah tampak di mana-mana, Prof Jacob nampak syok melihat kejadian itu dia masih berdiri di tempat itu gemetar ketakutan.Suara langkah kaki terdengar sangat jelas begitu ramai, Prof Jacob kini pasrah saja dia tak sanggup beranjak dari tempat itu, sampai Billy menghampiri Prof Jacob."Anda, tidak apa-apa Prof?" berlahan menghampiri Prof Jacob, Prof Jacob menoleh ke arah Billy."Prof anda tak mengenal saya?" Prof Jacob hanya melongo bingung matanya tampak kosong dia sangat syok."Saya pengawalnya Tuan Jones!" kemudian Prof Jacob meperhatikan wajah Billy dengan seksama."Asataga!, Billy, aku tak mengenali mu," ungkap Prof Jacob. Kali ini dia bisa bernafas lega."Ikut aku Prof, tuan sudah menunggu anda," ungkapnya kemudian."Oya, Billy!" Blly menoleh ke arah Prof Jacob sejenak. '"Aku harus mencari cucu ku Isabella," Billy tersenyum ke arah Prof Jacob."Soal itu, tuan muda sudah mengurusnya"Prof Jacob tampak lega dia bisa tersenyum sekarang dia menatap Billy kemudian."Mari Prof." Prof Jacob hanya menggangguk sambil mengikuti Billy.Hanya itu yang Prof Jacob ingat malam itu, selajutnya dia naik helikopter di sana tampak sahabatnya Tuan James Jones dia adalah Kakeknya Christian, Prof Jacob tak menduganya kalau sahabatnya sudah mengawasi kediamannya dengan menempatkan sniper di berbagai arah."Oh, James kau memang bisa di andalkan" Tuan James tersenyum ke arah sahabatnya seraya memeluknya."Hmm, Tentu saja kau harusnya bersyukur." sahutnya tersenyum bangga. "Sahabat mu sangat kaya." katanya lagi."Bhahahahha" tawa Prof Jacob mengiringi perjalanan dua sahabat yang sudah lawas itu.***Mata Isabella menatap Kakenya dengan sedikit tidak percaya, dia sedikit agak kesal kepada Christian karena tak meberi penjelasan untuk semua ini."kenapa Kakek tidak menghubungiku?" tanya Isabella sedikit kecewa."Kalau kita bersama mereka akan mudah mencari kita," ungkap Prof, Jacob tak menjelaskan lebih lanjut."Mereka siapa?Kakeknya terdiam sejenak di tatapnya Isabella, dia ingin memberitahunya tapi saat ini waktunya belum tepat.***Sedang di tempat yang lain, Tuan James Jones sedang berbicara dengan cucunya Christian, Christian tampak tagang karena tak seperti biasanya Kakeknya ingin bicara serius dengannya."Kau tau nak, setelah anak ku meninggal" tiba-tiba suara itu membuyarkan lamunan Christian.Tuan James berhenti sejenak dia menghisap cerutunya kemudian menatap Christian yang tampak kurang fokus."Hanya kau harapan ku," katanya lagi sambil menepuk punggung Christian. "Berapa usia mu 26, atau 27?" tanya Tuna James menatap Christian haru."26 tahun!""Hmm, waktu cepat berlalu" katanya. "Aku sudah kehilangan putra ku satu-satunya,aku ingin mengamankan garis keterunan ku" Ungakap Tuan James menatap Christian penuh harap.Christian agak tegang mendengar perkataan Kakeknya yang tampak serius."Aku ingin kau menikah" katanya lagi, membuat Christian kaget setengah mati."Haah, menikah!""Kenapa ada yang salah?"Christian membelalak ke arah Kakeknya tak percaya dengan apa yang dia dengar, hal itu sangat membuat Christian kesal kebebasannya terancam sekarang."Em, Kakek aku tidak pernah memikirkan tentang pernikahan," kata-kata Christian membuat Kakenya sedikit menunjukan wajah tegas."Kau harus segera memiliki anak, untuk jadi pewarismu" ungkap tuan James mebuat Christian sedikit merinding panas dingin."Anak!" Kakenya menggangguk sambil menatap tajam ke arah Christian."Kalau Kakek menginginkan pewaris, aku bisa menghamili banyak wanita," ungkap Christian Membuat Kakeknya naik darah."Dasar bocah kurang ajar!" seketika tangannya melayang memukul kepala Christian."Baiklah, akan ku nikahi Rosaline Adams" Ucapnya lagi kali ini membuat kakenya semakin naik darah."Tidak! bukan Rosaline, tapi Isabella Dante!"Cristian terkejut bukan main dia sedikit agak Syok, mendengar ucapan Kakeknya dia menatap Kakeknya untuk meyakinkan ucapannya barusan."Kakek dia seorang Dante, hubungan kita tidak pernah baik dengan Dante" Christian berbicara serius kali ini .Cristian memberi pertimbangan mengingat Isabella adalah anak dari John Dante CEO dari DNT Group, Hubungan Jones dan Dante tidak pernah baik dari masa ke masa, semua karena persaingan bisnis yang terjadi beberapa generasi."Dia cucu dari Jacobs Walter sahabat ku, dan anak dari Alice walter putri angkat ku" ungkap Kakeknya memberikan alasan."Dia masih 19 tahun, Kakek!" nada saura Christian agak tinggi."Aku ingin wanita yang baik untuk cucu ku" kata kakeknya lembut sambil memegang bahu Christian."Rosaline adalah Putri dari Liam Adams," kata Christian meyakinkan kakeknya."Itu akan sangat menguntungkan untuk kita," katanya lagi."Christian ini pernikahan mu bukan soal bisnis." Kakenya menatap Christian dengan penuh kasih sayang."Aku sudah berpacaran dengannya selama 2 tahun.""Apakah kau mencintainya?" Christian terdiam mendengar pertanyaan dari kakeknya dia memalingkan wajahnya dari kakeknya."Kalau kau mencintainya, kenapa kau masih bermain-main dengan banyak wanita?" tanya Tuan James."Aku muda dan kaya, itu hal yang biasa," jawab Christian singkat." Menikah lah, dengan Isabella.""Aku tidak mau!""Baik lah kau akan kehilangan semua milik mu." nada suara Tuan James tidak terlalu tinggi, tapi membuat nyali Christian lumaya ciut."Kakek!"Tuan James kemudian beranjak dari tempat duduknya seraya menatap Christian."Keputusan tak bisa di gangu gugat, kau akan segera bertunangan dengan Isabella."***Grace menyimpan gaun itu di atas tempat tidur, Isabella tampak terkejut melihat Grace membawa sebuah gaun berwarna nude lengkap dengan sepatu berwarna senada."Apa ini, Grace?""Tuan, meminta saya untuk membawakan gaun ini untuk anda nona," ungkap Grace.Isabella tampak bingung dia menatap Grace berharap mendapatkan informasi yang lebih, setelah beberapa saat Grace baru mengingat sesuatu setelah Isabella menatapanya seperti itu."Maaf Nona, saya lupa bilang, kalau Tuan besar mengundang anda dan tuan Jacob untuk pergi ke pesta pembukaan hotel baru milik Tuan" ungkap Grace mencoba menjelaskan dengan detail. "Saya juga sudah menyiapkan Jas dan sepatu untuk tuan Jacob," katanya lagi."Pesta pembukaan hotel?""Iya Nona!"Isabella terseyum menghampiri gaun yang tergeletak di tempat tidurnya, matanya tertuju ke arah Grace."Terima kasih Grace, aku akan mencobanya" ungkap Isabella."Ada lagi yang bisa saya bantu Nona?" Isabella menggeleng seraya tersenyum ke arah Grace."Oya Nona, Tuan men
Isabella tampak cantik mengenakan Gaun berwarna Nude, Prof Jacob menggandeng cucunya berjalan kearah Tuan James dan Christian. Mata Christian tak beranjak menatap Isabella, dia benar-benar terpesona dengan kecantikan dan kemolekan tubuh Isabella."ya ampun, aku pangling kau kelihatan sangat cantik," kata Tuan James takjub, kemudian matanya melirik ke arah Christian."Dia sangat cantik kan Criss?" tanya Tuan James kemudian."Eh, Iya sangat cantik," jawab Christian gelagapan masih menatap Isabella. Isabella menunduk sejenak sedikit malu mendengar perkataan Christian."Christian, tolong jaga cucu ku," ucap Prof Jacob seraya menarik berlahan tangan Isabella mendekatkan kepada Christian. Kemudian Christian mengulurkan tangannya. "Gaunnya sangat cocok dengan mu, kau terlhat sangat cantik" Isabella tampak gugup kemudian berlahan dia menerima uluran tangan Christian."Terimakasih," kata Isabella membalas pujian dari Christian."Aku akan menjaganya," sahut Christian tersenyum ke arah Prof Jacob
Tiba-tiba Christian teringat sesuatu,"Bella, sepertinya Paspor ku ada di apartemen pacar ku," ungkap Christian "Apa yang akan kau lakukan, kita harus pergi beberapa jam lagi," Isabella merasa tak nyaman Christian menyebutkan kata pacar di depan mukanya. "Aku akan mengambilnya," kemudian Christian menghubungi Billy."Billy bisa kau siapkan mobil untuk ku" kata Christian " ku tunggu, di kamar ku" kata Christian lagi seraya menutup sambungan telponnya. Christian memperhatikan Isabella yang terlihat kesal, tak lama kemudian terdengar suara bel berbunyi dari arah pintu kamar itu, kemudian Christian berjalan menuju pintu kamar itu dan membukanya berlahan.Dan benar saja di sana tampak Billy "Tuan Muda, mobil anda sudah siap," katanya seraya menyerahkan kunci mobil kepada Christian. Awalnya Christian akan pergi seorang diri namun melihat mimik muka Isabella yang tampak marah akhirnya dia memutuskan untuk mengajak Isabella."Ayo, Ikut dengan ku," kata Christian menatap ke arah Isabella. "Hah,
Seketika Christian dan Isabella melaju dengan mobil sport warna hitam metalik itu. Kali ini Christian mengendarai mobil itu dengan lebih santai.Tak lama kemudian mereka sampai di Bandara, mereka di sambut Billy." Silahkan Tuan, Nona," sambut Billy ramah. Kemudian mereka di arahkan untuk naik ke dalam jet pribadi, dengan beberapa orang pengawal menjaga mereka.Di sepajang perjalanan, Christian tidak berkata apapun kepada Isabella, dia duduk menyendiri sambil menatap langit dari balik jendela, Isabella hanya memperhatikan Christian dari jauh. Sekitar 1 jam, akhirnya pesawat yang mereka tumpangi lending di sebuah bandara kecil, Christian dan Isabella turun dari pesawat hanya berdua saja. Christian yang meminta tak mau ada pengawal mengikuti mereka.Tampak mobil truk kecil di sana, Billy memberikan kunci mobil itu kepada Christian, Christian menoleh kepada Isabella, Bella paham dengan isyaratnya kemudian dia mengikutinya menuju truk itu.Christian membuka pintu dari Arah kemudi, kemudian I
Prof, Jacob menerima panggilan telpon dari universitas tempat dia mengajar, dia mendapat kelas tambahan terpaksa dia harus membatalkan janji ketemu dengan James sahabatnya, Awalnya dia memiliki rencana memancing bersama sahabatnya.Dia membawa mobilnya sendiri dari kediamannya menuju kampus, jalanan cukup sepi dia menjalankan kendaraan dengan kecepatan standar mengingat usianya sudah tak muda lagi, tiba-tiba saja dia melihat dari arah depan mobil mini bus dengan kecepatan tinngi menuju ke arahnya, sontak dia terkejut, dia mengelak dari tabrakan dan membanting setirnya ke sebelah kiri. Mobil itu kehilangan ke seimbangan, dan seketika menabrak tihang listrik, benturan terdengar sangat keras, mobil min bus yang hendak menabrak mobil Prof, Jacob berhenti.Dari dalam mobil itu keluar 2 orang laki-laki, mereka berlahan berjalan sambil memperhatikan keadaan di sekitar menghampiri mobil prof Jacobs yang sudah ringsek dan berasap, salah satu dari mereka mengeluarkan pistol kemudian melirik kep
"Apa yang sudah kau lakukan Josh?" mata sarah sedikit berkaca-kaca nada suaranya sedikit bergetar, dia menatap suaminya penuh dengan rasa kecewa, tarkejut , dan sedikit tidak percaya."Rupanya kau sudah mengetahuinya," Sahut Joshua. Menatap wajah Sarah dingin."Apa harus sejauh itu?""Apa kau tidak mengenal ku?" Joshua balik bertanya. Hal itu membuat Sarah merasa sedikit ngeri dan ketakutan, mengingat apa saja yang Joshua lakukan kepada orang-orang yang menghalangi jalannya, kali ini dia menghabisi Prof Jacob dan Sarah tak bisa menghetikannya."Akan ku jadikan putra ku sehebat diri ku." mata Joshua menatap tajam ke arah Sarah."Kau hanya perlu diam dan menyimpan rahasia ini sampai mati" ungkapnya lagi."Apa yang akan kau lakukan pada putra ku?" Joshua hanya tersenyum menatap Sarah."Dia perlu sedikit membuktikan kalau dia layak menjadi penerus keluarga Dante," Sahut Joshua kemudian."Itu bukan hak putra mu, itu hak Isabella" kata Sarah bicara dengan nada yang tegas."Aku akan memikirk
Buk ...Dan benar saja Joshua meninju wajah putanya Tristan dengan keras. Badan Tristan ambruk ke lantai hidungnya meler berdarah, Tetesan darah dari hidungnya meninggalkan bercak di kemejanya."Apa benar kau putra ku?" Tristan menunduk, tak berani melihat mata Ayahnya, suaranya begitu keras membuat Sarah gemetar ketakutan walau terhalang jendela kaca segara Joshua menutup tirai dengan menarik talinya."Kalau dalam 1 bulan ini dia masih hidup," kata Joshua. Mata Tristan membelalak ke arahnya tak percaya dengan yang apa yang dia dengar, apakah Ayahnya benar-benar menyuruhnya menghabisi sodarinya."Kamu tamat!" tatapan itu penuh intimidasi insting bertahan hidup Tristan bekerja dia memikirkan cara bagaimana suapaya ayahnya tak fokus dengan rencananya membunuh Isabella. Tristan terus berfikir bagaiman caranya agar Ayahnya berhenti menyiksanya, akhirnya dia memutuskan untuk memberi tahu Ayahnya tentang pertemuannya dengan Isabella."Ayah, ada yang ingin aku sampaikan," kata Tristan samb
Selamat pagi Nona?" sapa Maria. Isabella menoleh seraya membalasnya dengan senyuman."Selamat pagi Maria," sahut Isabella kemudian."Bagaimana keadaan mu Nona?" Tanya Maria. Dia tampak sibuk menyiapkan beberapa gelas jus orangge di atas meja."Cukup baik," Jawab Isabella singkat seraya menghampiri Maria lebih dekat."Akh, syukur lah, Tuan Muda terlihat sangat kuatir" ungkap Maria. Isabella hanya menunduk malu tak berkata apapun."Dia terus menayakan keadaanya anda Nona," ungkap Maria lagi. Isabella tersenyum menangapi Maria dia sedikit tersipuh sekarang."Apa kau melihat Christian, Maria?" tanya Isabella sedikit malu-malu matanya mencari Christian kesetiap sudut rungan itu."Tuan sedang berolah raga Nona," jawab Maria seraya memberikan segelas jus orangge kepada Isabella."Terimakasih Maria" seraya meneguk jus orange itu, Maria hanya tersenyum kembali melanjutkan aktifitasnya."Tuan ada di belakang," kata Maria lagi. Menujuk ke arah pekarangan belakang. Isabella tersenyum dia tampak
Akhirnya setelah berjalan begitu jauh mereka sampai di tepi danau, Chrsitian membantu Isabella naik perahu boot. Selanjutnya Christian menarik tali untuk menghidupkan mesin boot itu.Perahu itu pun melaju hari sudah mulai sore, langit pun berwarna Jingga rumah peristirahat sudah terlihat mereka menikmati sunrise dari atas perahu, Christian menggenggam tangan Isabella seraya menatapnya, Isabella membalas tatapan Christian."Aku Mencintai mu" ungkap Cristian sambil memeluk Isabella, perahu boot itu semakin dekat dan samapai di tepi, Christian membantu Isabella turun dari perahu."Hati-hati" kata Christian"Mau sampai kapan kau akan mengenggam tangan ku?" tanya Isabella"Sampai selamanya" kata Christian menggoda Isabella, isabella hanya tertawa kecil menanggapi gombalan Cristian, mereka berjalan beriringan masuk kedalam rumah itu nampaknya Maria sudah tak berada di sana, kemudian Christian mengantar isabella sampai depan pintu kamarnya."Sudah lepaskan tangan ku" kata Isabella, Christia
Setelah berjalan beberapa kilo akhirnya mereka tiba di suatu tepat yang sangat indah, tempat itu dulu sering di datangi Christian dan keluarganya. Isabella tampak takjup melihat pemandangan di tempat itu, tak jauh dari sana tampak air terjun dengan bebantuan besar membentuk lingkaran besar di bawahya.Disana juga tampak beberapa rumah kayu yang tampak sudah tak terawat ,Chiristian Memperlihatkan rumah pohon yang dulu sering dia datangi."Waktu aku kecil, ayah sering mengajak ku bermain di rumah pohon itu," katanya. Sambil menujuk ke arah rumah pohon yang terlihat sudah tak terawat"Luar biasa," kata Isabella takjub."Aku dan adik ku , sering di ajak untuk berkemah di sini," Christian mengenang masa kecilnya yang bahagia bersama kedua orang tuanya."Setiap Liburan kami menghabiskan waktu bersama," kata Christian lagi sambil tersenyum melihat ke sekeliling."Pasti seru!" Isabella sedikit merasa iri, melihat Christian memiliki memory yang indah tentang orang tuanya, Christian memeluk Is
Selamat pagi Nona?" sapa Maria. Isabella menoleh seraya membalasnya dengan senyuman."Selamat pagi Maria," sahut Isabella kemudian."Bagaimana keadaan mu Nona?" Tanya Maria. Dia tampak sibuk menyiapkan beberapa gelas jus orangge di atas meja."Cukup baik," Jawab Isabella singkat seraya menghampiri Maria lebih dekat."Akh, syukur lah, Tuan Muda terlihat sangat kuatir" ungkap Maria. Isabella hanya menunduk malu tak berkata apapun."Dia terus menayakan keadaanya anda Nona," ungkap Maria lagi. Isabella tersenyum menangapi Maria dia sedikit tersipuh sekarang."Apa kau melihat Christian, Maria?" tanya Isabella sedikit malu-malu matanya mencari Christian kesetiap sudut rungan itu."Tuan sedang berolah raga Nona," jawab Maria seraya memberikan segelas jus orangge kepada Isabella."Terimakasih Maria" seraya meneguk jus orange itu, Maria hanya tersenyum kembali melanjutkan aktifitasnya."Tuan ada di belakang," kata Maria lagi. Menujuk ke arah pekarangan belakang. Isabella tersenyum dia tampak
Buk ...Dan benar saja Joshua meninju wajah putanya Tristan dengan keras. Badan Tristan ambruk ke lantai hidungnya meler berdarah, Tetesan darah dari hidungnya meninggalkan bercak di kemejanya."Apa benar kau putra ku?" Tristan menunduk, tak berani melihat mata Ayahnya, suaranya begitu keras membuat Sarah gemetar ketakutan walau terhalang jendela kaca segara Joshua menutup tirai dengan menarik talinya."Kalau dalam 1 bulan ini dia masih hidup," kata Joshua. Mata Tristan membelalak ke arahnya tak percaya dengan yang apa yang dia dengar, apakah Ayahnya benar-benar menyuruhnya menghabisi sodarinya."Kamu tamat!" tatapan itu penuh intimidasi insting bertahan hidup Tristan bekerja dia memikirkan cara bagaimana suapaya ayahnya tak fokus dengan rencananya membunuh Isabella. Tristan terus berfikir bagaiman caranya agar Ayahnya berhenti menyiksanya, akhirnya dia memutuskan untuk memberi tahu Ayahnya tentang pertemuannya dengan Isabella."Ayah, ada yang ingin aku sampaikan," kata Tristan samb
"Apa yang sudah kau lakukan Josh?" mata sarah sedikit berkaca-kaca nada suaranya sedikit bergetar, dia menatap suaminya penuh dengan rasa kecewa, tarkejut , dan sedikit tidak percaya."Rupanya kau sudah mengetahuinya," Sahut Joshua. Menatap wajah Sarah dingin."Apa harus sejauh itu?""Apa kau tidak mengenal ku?" Joshua balik bertanya. Hal itu membuat Sarah merasa sedikit ngeri dan ketakutan, mengingat apa saja yang Joshua lakukan kepada orang-orang yang menghalangi jalannya, kali ini dia menghabisi Prof Jacob dan Sarah tak bisa menghetikannya."Akan ku jadikan putra ku sehebat diri ku." mata Joshua menatap tajam ke arah Sarah."Kau hanya perlu diam dan menyimpan rahasia ini sampai mati" ungkapnya lagi."Apa yang akan kau lakukan pada putra ku?" Joshua hanya tersenyum menatap Sarah."Dia perlu sedikit membuktikan kalau dia layak menjadi penerus keluarga Dante," Sahut Joshua kemudian."Itu bukan hak putra mu, itu hak Isabella" kata Sarah bicara dengan nada yang tegas."Aku akan memikirk
Prof, Jacob menerima panggilan telpon dari universitas tempat dia mengajar, dia mendapat kelas tambahan terpaksa dia harus membatalkan janji ketemu dengan James sahabatnya, Awalnya dia memiliki rencana memancing bersama sahabatnya.Dia membawa mobilnya sendiri dari kediamannya menuju kampus, jalanan cukup sepi dia menjalankan kendaraan dengan kecepatan standar mengingat usianya sudah tak muda lagi, tiba-tiba saja dia melihat dari arah depan mobil mini bus dengan kecepatan tinngi menuju ke arahnya, sontak dia terkejut, dia mengelak dari tabrakan dan membanting setirnya ke sebelah kiri. Mobil itu kehilangan ke seimbangan, dan seketika menabrak tihang listrik, benturan terdengar sangat keras, mobil min bus yang hendak menabrak mobil Prof, Jacob berhenti.Dari dalam mobil itu keluar 2 orang laki-laki, mereka berlahan berjalan sambil memperhatikan keadaan di sekitar menghampiri mobil prof Jacobs yang sudah ringsek dan berasap, salah satu dari mereka mengeluarkan pistol kemudian melirik kep
Seketika Christian dan Isabella melaju dengan mobil sport warna hitam metalik itu. Kali ini Christian mengendarai mobil itu dengan lebih santai.Tak lama kemudian mereka sampai di Bandara, mereka di sambut Billy." Silahkan Tuan, Nona," sambut Billy ramah. Kemudian mereka di arahkan untuk naik ke dalam jet pribadi, dengan beberapa orang pengawal menjaga mereka.Di sepajang perjalanan, Christian tidak berkata apapun kepada Isabella, dia duduk menyendiri sambil menatap langit dari balik jendela, Isabella hanya memperhatikan Christian dari jauh. Sekitar 1 jam, akhirnya pesawat yang mereka tumpangi lending di sebuah bandara kecil, Christian dan Isabella turun dari pesawat hanya berdua saja. Christian yang meminta tak mau ada pengawal mengikuti mereka.Tampak mobil truk kecil di sana, Billy memberikan kunci mobil itu kepada Christian, Christian menoleh kepada Isabella, Bella paham dengan isyaratnya kemudian dia mengikutinya menuju truk itu.Christian membuka pintu dari Arah kemudi, kemudian I
Tiba-tiba Christian teringat sesuatu,"Bella, sepertinya Paspor ku ada di apartemen pacar ku," ungkap Christian "Apa yang akan kau lakukan, kita harus pergi beberapa jam lagi," Isabella merasa tak nyaman Christian menyebutkan kata pacar di depan mukanya. "Aku akan mengambilnya," kemudian Christian menghubungi Billy."Billy bisa kau siapkan mobil untuk ku" kata Christian " ku tunggu, di kamar ku" kata Christian lagi seraya menutup sambungan telponnya. Christian memperhatikan Isabella yang terlihat kesal, tak lama kemudian terdengar suara bel berbunyi dari arah pintu kamar itu, kemudian Christian berjalan menuju pintu kamar itu dan membukanya berlahan.Dan benar saja di sana tampak Billy "Tuan Muda, mobil anda sudah siap," katanya seraya menyerahkan kunci mobil kepada Christian. Awalnya Christian akan pergi seorang diri namun melihat mimik muka Isabella yang tampak marah akhirnya dia memutuskan untuk mengajak Isabella."Ayo, Ikut dengan ku," kata Christian menatap ke arah Isabella. "Hah,
Isabella tampak cantik mengenakan Gaun berwarna Nude, Prof Jacob menggandeng cucunya berjalan kearah Tuan James dan Christian. Mata Christian tak beranjak menatap Isabella, dia benar-benar terpesona dengan kecantikan dan kemolekan tubuh Isabella."ya ampun, aku pangling kau kelihatan sangat cantik," kata Tuan James takjub, kemudian matanya melirik ke arah Christian."Dia sangat cantik kan Criss?" tanya Tuan James kemudian."Eh, Iya sangat cantik," jawab Christian gelagapan masih menatap Isabella. Isabella menunduk sejenak sedikit malu mendengar perkataan Christian."Christian, tolong jaga cucu ku," ucap Prof Jacob seraya menarik berlahan tangan Isabella mendekatkan kepada Christian. Kemudian Christian mengulurkan tangannya. "Gaunnya sangat cocok dengan mu, kau terlhat sangat cantik" Isabella tampak gugup kemudian berlahan dia menerima uluran tangan Christian."Terimakasih," kata Isabella membalas pujian dari Christian."Aku akan menjaganya," sahut Christian tersenyum ke arah Prof Jacob