Dorr! Dorr! Dorr!
Christian menembak sasarannya dengan membabi buta, dia teringat dengan kata-kata Isabella, dengan wajah sangar dia terus mebidik sasarannya, hal itu membuat Billy sedikit ngeri."Akh Sialan!" Billy mundur sedikit demi sedikit, namun usahanya sia-sia mata Christian menagkap sosoknya."Billy, lihat aku!" Billy kontan kaget mendengar kata-kata tuanya."Iya tuan ...""Apa aku terlihat tua?" Billy sedikit bingung sekaligus kaget mendengar hal itu.Tentu saja tuannya terlihat sangat muda pikirnya, mungkin saja tuanya ingin mendapatkan jawaban yang lain, Billy berfikir untuk memberikan jawaban yang memuaskan."Anda terlihat lebih berwibawa dari usia anda," ucap Billy mantap. Christian tampak tak puas dengan jawaban Billy."Jadi aku terlihat tua?" kali ini Christian agak sedikit marah, Billy mulai bergidik dia tak berani menatap wajah tuannya."Ti-dak tuan masud ku, anda terlihat berwibawa, itu tidak mengurangi ketampanan anda." Billy cepat-cepat menjilat tuannya."Aku ingin mengganti style ku," ungkap Christian. "Coba hubungi fashion designer ku," ungkap Christian lagi. Billy tampak terkejut mendengar permintaan tuannya dia hanya diam mematung. "Billy aku serius buatkan jadwal untuk bertemu dengan fashion desaigner" kata Christian lagi membuyarkan lamunan Billy."Eh, baik Tuan"Kemudian Christian memberikan senapanya kepada Billy, Billy membereksannya seperti biasa."Bagai mana, ada kabar dari kakek dan prof Jacob?" Billy memberikan perhatian lebih untuk pertanyaan Christian kali ini."Masih dalam perjalanan tuan, mungkin tiba sore ini.""Apa dia sudah tau?" Billy bengong menatap tuannya."Maaf tuan, maksud anda Nona Bella?" Cristian melotot ke arah Billy, billy sedikit salah tingkah kemudian berusaha menjawab sebaik mungkin."Kalau soal Nona Bella, saya sudah memberi tahunya kemarin malam," sahut Billy. Hati-hati karena akhir-akhir ini tuannya sangat sensitif dengan semua yang berhubungan dengan Isabella.Tak lama kemudian seseorang yang sedang mereka bicarakan datang menghampiri mereka, Christian nampak berusaha terlihat cuek walau matanya sesekali meperhatikannya."Billy bagamana penampilan ku?" lagi-lagi Billy heran melihat tingkah tuannya."Tampan seperti biasa tuan," sahut Billy meyakinkan.Isabella sudah menunjukan wajah ceria dari kejauhan dia sangat bahagia mendengar kabar kakeknya akan datang menjemputnya malam ini, Christian menatapnya dari kejauhan gadis itu terlihat sangat menawan, tanpa Christian sadari dia menatap Isabella begitu dalam."Selamat pagi Paman," sapa Isabella. Di sana tampak Billy yang menahan tawanya dia menunduk sejenak.Christian tampak tak menghiraukannya dia pura-pura sibuk memainkan senapan yang sudah Billy rampihkan, sepertinya Billy harus membereskan untuk yang kedua kalinya.Isabella masih berdiri di hadapan Christian, dia berusaha untuk menggoda Christian kali ini dia tahu kalau Christian tidak senang di panggil dengan sebutan Paman."Kau bicara pada ku?" tanya Christian agak kesal."Iya, memangnya aku bicara pada siapa lagi," ungkap Isabella terdengar iseng."Berhenti memanggil ku paman," kata Christian tegas, menunjukan ketidak sukaannya dengan jelas.Isabella hanya tersenyum sambil menatap wajah Christian yang terlihat sangat kesal, hal itu memberikan kepuasan untuk Isabella sebagai hukuman karena mempermainkan perasaannya."Aku sangat menghormati mu,"celetuk Isabella membuat perhatian Christian tertuju padanya."Oya, aku sangat tersanjung," sahut Christian. "kau sudah ku anggap seperti paman ku," Ungkap Isabella. Christian terdiam kemudian menatap Isabella sambil mesem."Tidak ada paman yang berciuman dengan keponakannya," sahut Christian kemudian. Billy terperanjat kaget, kemudian dia menatap ke arah Isabella dan Christian.Wajah Isabella memerah hal itu membuat Christian puas, Christian tersenyum ke arah Isabella, Isabella melirik ke sekeliling ada beberapa pengawal dan pelayan yang mendengarnya, Isabella merasa sangat malu."Kita tidak berciuman, kau yang mencium ku," kata Isabella dengan nada kesal."Sepertinya kau menikmatinya." mata Isabella membelalak ke arah Christian dia merasa di permalukan dengan kata-kata itu."Tentu saja tidak, itu hanya dari sisi mu," kata Isabella kali ini berusaha membalas kata-kata Christian."kenapa tidak menolak ku?""Aku menolak, hanya kau terus ... sudah lah ..." Isabella tak meneruskan bicaranya, kemudian dia beranjak dari hadapan Christian berlari menjauh dari situ.Christian menatapnya gadis itu dari jauh, Christian tersenyum puas melihat gadis itu pergi dengan wajah yang malu, dia merasa menang mengalahkan Isabella."Menurut mu kenapa dia diam saja saat aku menciumnya?" Billy terkejut, kemudian menatap tuannya tak percaya dia bertanya masalah pribadi kepadanya."Anda bertanya pada ku tuan?" Christian terlihat agak kesal melihat tanggapan Billy. Dia menatap billy lagi sorot matanya sangat mengerikan."Eh, Menurut pendapat ku, Nona tak pernah melakukannya sebelumnya" Christian terkejut mendengar pendapat Billy."Mustahil seorang gadis tak terpikat oleh anda," Kata Billy lagi,Christian Tersenyum sumringah mendengar jawaban dari Billy."Menurut mu seperti itu?" Billy tersenyum ke arah tuannya berusaha meyakinkannya."Iya tuan yang aku dengar Kakeknya tidak mengijinkan laki-laki manapun dekat dengannya, " ungkap Billy.Wajah Christian terlihat sumringah hidungnya mengembang."Kemungkinan dia dekat dengan seorang laki-laki sangat kecil," kata Billy lagi meyakin kan Christian.Christian spontan meletakan senapannya yang entah mengapa dia harus memegangnya, kemudian dia beranjak meniggalkan Billy untuk mengejar Isabella, Billy hanya melongo melihat tuannya.Dengan napas terengah-engah akhirnya Christian berhasil mengejar Isabella dia memperlambat jalannya. dan dia berjalan di samping Isabella, Isabella menoleh ke arah Christian kemudian Christian tersenyum menggoda Isabella.Christian terus mengikuti Isabella sambil terus tersenyum ke arahnya, hal itu membuat Isabella tidak nyaman dan membuat moodnya sangat buruk."Kenapa kau, terus mengikuti ku?" Christian kemudian berdiri di hadapannya."Ada yang ingin aku tanyakan," sahut Christian. Isabella menghentikan langkahnya kemudian menatap Christian sambil menghela nafas."Silahkan tanyakan saja dan jangan mengikuti ku lagi.""Kau suka membaca?" Isabella terkejut dia menatap Christian."Hah , itu yang ingin kau tanyakan?" Christian mengangguk menjawab pertanyaan Isabella."Iya, lumayan," sahut Isabella."Kalau begitu ikut aku," kata Christian semangat.Isabella terdiam menatap curiga ke arah Christian, kemudian Christian menarik tangan Isabella, dengan sedikit terpaksa Isabella mengikuti Christian pergi.Dan tak lama kemudian tiba lah Isabella di ruang kerja Christian, dia menujukan koleksi bukunya.rak-rak buku itu sangat tinggi."Bagamana?"Isabella tersenyum takjub dia seperti berada di perpustakaan, senyuman manis terukir di wajahnya sesekali dia menatap Christian kemudian dia berjalan mengelilingi tempat itu."Luar biasa ini seperti perpustakaan," ungkap Isabella takjub."Kau bisa menghabiskan waktu mu di sini," kata Christian mencoba menarik perhatian Isabella. "Aku akan memberikan akses supaya kau bisa masuk kapan saja," kata Christian lagi Isabella tersenyum ke arah Christian."Ini sangat hebat, tapi sayang sekali aku lebih memilih untuk pulang."Isabella merasa senang mengatakannya karena dia sangat ingin kembali pada rutinitasnya yang dulu, dia harus menunda kuliahnya karena gagal masuk fakultas kedokteran, dan selama 2 tahun ini dia terus belajar untuk mendapatkan impiannya."Kita tidak tau apa yang akan terjadi," ucap Christian membuat Isabella menoleh ke arahnya."Sepertinya kau senang sekali menahan ku di pulau ini." Christian tersenyum menatap Isabella sepertinya yang di ucapkan Isabella ada benarnya."Aku hanya, suka mengganggu mu," kata Christian tertawa kecil."Kau menculik ku dan kakek hanya untuk megganggu ku?" Christian terdiam sejenak mendengar pertanyaan dari Isabella."Secara teknis aku memang menculik mu, tapi bukan itu niat ku" ungkap Christian mencoba menjelaskan kepada Isabella."Mungkin, kau bisa tanyakan langsung kepada kakek mu nanti" Isabella menatap Christian sebetulnya ada banyak yang ingin dia tanyakan kepadanya, tapi menanyakan langsung kepada kakeknya merupakan ide yang cukup baik.Isabella mulai melihat beberapa buku di sana, matanya tertuju pada buku yang ada di atas kepalanya, Isabella kesulitan untuk mengapainya kemudian dia mengjijitkan kakinya dan akhirnya dia berhasil menggapai buku itu, namun dia kehilangan ke seimbangannya dan hampir terjungkal ke belakang.Dengan sigap Christian menanggkap tubuh Isabella Dia menahan tubuhnya, Isabella terkejut kemudian sedikit menjauh dari Christian, tanpa sengaja Cristian mendekapnya dari belakang."Kau tidak apa-apa?" kata Christian kemudian."Tidak, aku tidak apa apa." Isabela menoleh, Christian tersenyum wajah Isabella tampak bersemu merah."Di ruangan ini, ada seorang laki-laki yang cukup tinngi, kenapa tak minta tolong?" Isabella Tersenyum sambil beranjak meperhatikan buku itu."Maaf aku terlalu fokus pada bukunya."Kemudian Isabella duduk di atas sofa sambil membaca buku itu, Christian tampak memperhatikan Isabella matanya terus menatap gadis itu, tak lama dia duduk di samping Isabella masih menatapnya, Isabella menyadari akan hal itu, kemudian Isabella menyimpan buku di pangkuannya.***"Jangan menatap ku seperti itu, aku sungguh tidak nyaman" senyuman terukir di wajah Christian. Isabella sedikit menunduk malu."Maaf, aku tak bisa," ungkap Christian menatap Isabella dalam. Dia seperti terpesona dengan kecantikan wajahnya."Aku sunggu tak nyaman, Criss!" Mereka saling menatap, kemudian terdiam untuk beberapa saat, mereka hanya memuji keindahan paras mereka masing-masing dalam hati. Getaran-getaran itu seperti membangkitkan adrenalin."Aku lebih baik pergi," kata Isabella seraya bangkit dari duduknya.Dengan cepat Christian menarik tangan Isabella, Sontak Isabella jatuh di pangkuan Christian, mata mereka beradu nafas mereka berhenti sejenak.Nafas Isabela seketika jadi berat Dadanya naik turun dia tak bisa menolak pesona Christian tatap matanya membuat Isabella terhipnotis.Christian Menyetuh bibir isabella dengan jarinya berlahan.Isabella menelan ludahnya, kemudian Christian menciumnya dengan lembut, Isabella terdiam jatungnya berdebar. Christian tersenyum sambil
***Grace menyimpan gaun itu di atas tempat tidur, Isabella tampak terkejut melihat Grace membawa sebuah gaun berwarna nude lengkap dengan sepatu berwarna senada."Apa ini, Grace?""Tuan, meminta saya untuk membawakan gaun ini untuk anda nona," ungkap Grace.Isabella tampak bingung dia menatap Grace berharap mendapatkan informasi yang lebih, setelah beberapa saat Grace baru mengingat sesuatu setelah Isabella menatapanya seperti itu."Maaf Nona, saya lupa bilang, kalau Tuan besar mengundang anda dan tuan Jacob untuk pergi ke pesta pembukaan hotel baru milik Tuan" ungkap Grace mencoba menjelaskan dengan detail. "Saya juga sudah menyiapkan Jas dan sepatu untuk tuan Jacob," katanya lagi."Pesta pembukaan hotel?""Iya Nona!"Isabella terseyum menghampiri gaun yang tergeletak di tempat tidurnya, matanya tertuju ke arah Grace."Terima kasih Grace, aku akan mencobanya" ungkap Isabella."Ada lagi yang bisa saya bantu Nona?" Isabella menggeleng seraya tersenyum ke arah Grace."Oya Nona, Tuan men
Isabella tampak cantik mengenakan Gaun berwarna Nude, Prof Jacob menggandeng cucunya berjalan kearah Tuan James dan Christian. Mata Christian tak beranjak menatap Isabella, dia benar-benar terpesona dengan kecantikan dan kemolekan tubuh Isabella."ya ampun, aku pangling kau kelihatan sangat cantik," kata Tuan James takjub, kemudian matanya melirik ke arah Christian."Dia sangat cantik kan Criss?" tanya Tuan James kemudian."Eh, Iya sangat cantik," jawab Christian gelagapan masih menatap Isabella. Isabella menunduk sejenak sedikit malu mendengar perkataan Christian."Christian, tolong jaga cucu ku," ucap Prof Jacob seraya menarik berlahan tangan Isabella mendekatkan kepada Christian. Kemudian Christian mengulurkan tangannya. "Gaunnya sangat cocok dengan mu, kau terlhat sangat cantik" Isabella tampak gugup kemudian berlahan dia menerima uluran tangan Christian."Terimakasih," kata Isabella membalas pujian dari Christian."Aku akan menjaganya," sahut Christian tersenyum ke arah Prof Jacob
Tiba-tiba Christian teringat sesuatu,"Bella, sepertinya Paspor ku ada di apartemen pacar ku," ungkap Christian "Apa yang akan kau lakukan, kita harus pergi beberapa jam lagi," Isabella merasa tak nyaman Christian menyebutkan kata pacar di depan mukanya. "Aku akan mengambilnya," kemudian Christian menghubungi Billy."Billy bisa kau siapkan mobil untuk ku" kata Christian " ku tunggu, di kamar ku" kata Christian lagi seraya menutup sambungan telponnya. Christian memperhatikan Isabella yang terlihat kesal, tak lama kemudian terdengar suara bel berbunyi dari arah pintu kamar itu, kemudian Christian berjalan menuju pintu kamar itu dan membukanya berlahan.Dan benar saja di sana tampak Billy "Tuan Muda, mobil anda sudah siap," katanya seraya menyerahkan kunci mobil kepada Christian. Awalnya Christian akan pergi seorang diri namun melihat mimik muka Isabella yang tampak marah akhirnya dia memutuskan untuk mengajak Isabella."Ayo, Ikut dengan ku," kata Christian menatap ke arah Isabella. "Hah,
Seketika Christian dan Isabella melaju dengan mobil sport warna hitam metalik itu. Kali ini Christian mengendarai mobil itu dengan lebih santai.Tak lama kemudian mereka sampai di Bandara, mereka di sambut Billy." Silahkan Tuan, Nona," sambut Billy ramah. Kemudian mereka di arahkan untuk naik ke dalam jet pribadi, dengan beberapa orang pengawal menjaga mereka.Di sepajang perjalanan, Christian tidak berkata apapun kepada Isabella, dia duduk menyendiri sambil menatap langit dari balik jendela, Isabella hanya memperhatikan Christian dari jauh. Sekitar 1 jam, akhirnya pesawat yang mereka tumpangi lending di sebuah bandara kecil, Christian dan Isabella turun dari pesawat hanya berdua saja. Christian yang meminta tak mau ada pengawal mengikuti mereka.Tampak mobil truk kecil di sana, Billy memberikan kunci mobil itu kepada Christian, Christian menoleh kepada Isabella, Bella paham dengan isyaratnya kemudian dia mengikutinya menuju truk itu.Christian membuka pintu dari Arah kemudi, kemudian I
Prof, Jacob menerima panggilan telpon dari universitas tempat dia mengajar, dia mendapat kelas tambahan terpaksa dia harus membatalkan janji ketemu dengan James sahabatnya, Awalnya dia memiliki rencana memancing bersama sahabatnya.Dia membawa mobilnya sendiri dari kediamannya menuju kampus, jalanan cukup sepi dia menjalankan kendaraan dengan kecepatan standar mengingat usianya sudah tak muda lagi, tiba-tiba saja dia melihat dari arah depan mobil mini bus dengan kecepatan tinngi menuju ke arahnya, sontak dia terkejut, dia mengelak dari tabrakan dan membanting setirnya ke sebelah kiri. Mobil itu kehilangan ke seimbangan, dan seketika menabrak tihang listrik, benturan terdengar sangat keras, mobil min bus yang hendak menabrak mobil Prof, Jacob berhenti.Dari dalam mobil itu keluar 2 orang laki-laki, mereka berlahan berjalan sambil memperhatikan keadaan di sekitar menghampiri mobil prof Jacobs yang sudah ringsek dan berasap, salah satu dari mereka mengeluarkan pistol kemudian melirik kep
"Apa yang sudah kau lakukan Josh?" mata sarah sedikit berkaca-kaca nada suaranya sedikit bergetar, dia menatap suaminya penuh dengan rasa kecewa, tarkejut , dan sedikit tidak percaya."Rupanya kau sudah mengetahuinya," Sahut Joshua. Menatap wajah Sarah dingin."Apa harus sejauh itu?""Apa kau tidak mengenal ku?" Joshua balik bertanya. Hal itu membuat Sarah merasa sedikit ngeri dan ketakutan, mengingat apa saja yang Joshua lakukan kepada orang-orang yang menghalangi jalannya, kali ini dia menghabisi Prof Jacob dan Sarah tak bisa menghetikannya."Akan ku jadikan putra ku sehebat diri ku." mata Joshua menatap tajam ke arah Sarah."Kau hanya perlu diam dan menyimpan rahasia ini sampai mati" ungkapnya lagi."Apa yang akan kau lakukan pada putra ku?" Joshua hanya tersenyum menatap Sarah."Dia perlu sedikit membuktikan kalau dia layak menjadi penerus keluarga Dante," Sahut Joshua kemudian."Itu bukan hak putra mu, itu hak Isabella" kata Sarah bicara dengan nada yang tegas."Aku akan memikirk
Buk ...Dan benar saja Joshua meninju wajah putanya Tristan dengan keras. Badan Tristan ambruk ke lantai hidungnya meler berdarah, Tetesan darah dari hidungnya meninggalkan bercak di kemejanya."Apa benar kau putra ku?" Tristan menunduk, tak berani melihat mata Ayahnya, suaranya begitu keras membuat Sarah gemetar ketakutan walau terhalang jendela kaca segara Joshua menutup tirai dengan menarik talinya."Kalau dalam 1 bulan ini dia masih hidup," kata Joshua. Mata Tristan membelalak ke arahnya tak percaya dengan yang apa yang dia dengar, apakah Ayahnya benar-benar menyuruhnya menghabisi sodarinya."Kamu tamat!" tatapan itu penuh intimidasi insting bertahan hidup Tristan bekerja dia memikirkan cara bagaimana suapaya ayahnya tak fokus dengan rencananya membunuh Isabella. Tristan terus berfikir bagaiman caranya agar Ayahnya berhenti menyiksanya, akhirnya dia memutuskan untuk memberi tahu Ayahnya tentang pertemuannya dengan Isabella."Ayah, ada yang ingin aku sampaikan," kata Tristan samb
Akhirnya setelah berjalan begitu jauh mereka sampai di tepi danau, Chrsitian membantu Isabella naik perahu boot. Selanjutnya Christian menarik tali untuk menghidupkan mesin boot itu.Perahu itu pun melaju hari sudah mulai sore, langit pun berwarna Jingga rumah peristirahat sudah terlihat mereka menikmati sunrise dari atas perahu, Christian menggenggam tangan Isabella seraya menatapnya, Isabella membalas tatapan Christian."Aku Mencintai mu" ungkap Cristian sambil memeluk Isabella, perahu boot itu semakin dekat dan samapai di tepi, Christian membantu Isabella turun dari perahu."Hati-hati" kata Christian"Mau sampai kapan kau akan mengenggam tangan ku?" tanya Isabella"Sampai selamanya" kata Christian menggoda Isabella, isabella hanya tertawa kecil menanggapi gombalan Cristian, mereka berjalan beriringan masuk kedalam rumah itu nampaknya Maria sudah tak berada di sana, kemudian Christian mengantar isabella sampai depan pintu kamarnya."Sudah lepaskan tangan ku" kata Isabella, Christia
Setelah berjalan beberapa kilo akhirnya mereka tiba di suatu tepat yang sangat indah, tempat itu dulu sering di datangi Christian dan keluarganya. Isabella tampak takjup melihat pemandangan di tempat itu, tak jauh dari sana tampak air terjun dengan bebantuan besar membentuk lingkaran besar di bawahya.Disana juga tampak beberapa rumah kayu yang tampak sudah tak terawat ,Chiristian Memperlihatkan rumah pohon yang dulu sering dia datangi."Waktu aku kecil, ayah sering mengajak ku bermain di rumah pohon itu," katanya. Sambil menujuk ke arah rumah pohon yang terlihat sudah tak terawat"Luar biasa," kata Isabella takjub."Aku dan adik ku , sering di ajak untuk berkemah di sini," Christian mengenang masa kecilnya yang bahagia bersama kedua orang tuanya."Setiap Liburan kami menghabiskan waktu bersama," kata Christian lagi sambil tersenyum melihat ke sekeliling."Pasti seru!" Isabella sedikit merasa iri, melihat Christian memiliki memory yang indah tentang orang tuanya, Christian memeluk Is
Selamat pagi Nona?" sapa Maria. Isabella menoleh seraya membalasnya dengan senyuman."Selamat pagi Maria," sahut Isabella kemudian."Bagaimana keadaan mu Nona?" Tanya Maria. Dia tampak sibuk menyiapkan beberapa gelas jus orangge di atas meja."Cukup baik," Jawab Isabella singkat seraya menghampiri Maria lebih dekat."Akh, syukur lah, Tuan Muda terlihat sangat kuatir" ungkap Maria. Isabella hanya menunduk malu tak berkata apapun."Dia terus menayakan keadaanya anda Nona," ungkap Maria lagi. Isabella tersenyum menangapi Maria dia sedikit tersipuh sekarang."Apa kau melihat Christian, Maria?" tanya Isabella sedikit malu-malu matanya mencari Christian kesetiap sudut rungan itu."Tuan sedang berolah raga Nona," jawab Maria seraya memberikan segelas jus orangge kepada Isabella."Terimakasih Maria" seraya meneguk jus orange itu, Maria hanya tersenyum kembali melanjutkan aktifitasnya."Tuan ada di belakang," kata Maria lagi. Menujuk ke arah pekarangan belakang. Isabella tersenyum dia tampak
Buk ...Dan benar saja Joshua meninju wajah putanya Tristan dengan keras. Badan Tristan ambruk ke lantai hidungnya meler berdarah, Tetesan darah dari hidungnya meninggalkan bercak di kemejanya."Apa benar kau putra ku?" Tristan menunduk, tak berani melihat mata Ayahnya, suaranya begitu keras membuat Sarah gemetar ketakutan walau terhalang jendela kaca segara Joshua menutup tirai dengan menarik talinya."Kalau dalam 1 bulan ini dia masih hidup," kata Joshua. Mata Tristan membelalak ke arahnya tak percaya dengan yang apa yang dia dengar, apakah Ayahnya benar-benar menyuruhnya menghabisi sodarinya."Kamu tamat!" tatapan itu penuh intimidasi insting bertahan hidup Tristan bekerja dia memikirkan cara bagaimana suapaya ayahnya tak fokus dengan rencananya membunuh Isabella. Tristan terus berfikir bagaiman caranya agar Ayahnya berhenti menyiksanya, akhirnya dia memutuskan untuk memberi tahu Ayahnya tentang pertemuannya dengan Isabella."Ayah, ada yang ingin aku sampaikan," kata Tristan samb
"Apa yang sudah kau lakukan Josh?" mata sarah sedikit berkaca-kaca nada suaranya sedikit bergetar, dia menatap suaminya penuh dengan rasa kecewa, tarkejut , dan sedikit tidak percaya."Rupanya kau sudah mengetahuinya," Sahut Joshua. Menatap wajah Sarah dingin."Apa harus sejauh itu?""Apa kau tidak mengenal ku?" Joshua balik bertanya. Hal itu membuat Sarah merasa sedikit ngeri dan ketakutan, mengingat apa saja yang Joshua lakukan kepada orang-orang yang menghalangi jalannya, kali ini dia menghabisi Prof Jacob dan Sarah tak bisa menghetikannya."Akan ku jadikan putra ku sehebat diri ku." mata Joshua menatap tajam ke arah Sarah."Kau hanya perlu diam dan menyimpan rahasia ini sampai mati" ungkapnya lagi."Apa yang akan kau lakukan pada putra ku?" Joshua hanya tersenyum menatap Sarah."Dia perlu sedikit membuktikan kalau dia layak menjadi penerus keluarga Dante," Sahut Joshua kemudian."Itu bukan hak putra mu, itu hak Isabella" kata Sarah bicara dengan nada yang tegas."Aku akan memikirk
Prof, Jacob menerima panggilan telpon dari universitas tempat dia mengajar, dia mendapat kelas tambahan terpaksa dia harus membatalkan janji ketemu dengan James sahabatnya, Awalnya dia memiliki rencana memancing bersama sahabatnya.Dia membawa mobilnya sendiri dari kediamannya menuju kampus, jalanan cukup sepi dia menjalankan kendaraan dengan kecepatan standar mengingat usianya sudah tak muda lagi, tiba-tiba saja dia melihat dari arah depan mobil mini bus dengan kecepatan tinngi menuju ke arahnya, sontak dia terkejut, dia mengelak dari tabrakan dan membanting setirnya ke sebelah kiri. Mobil itu kehilangan ke seimbangan, dan seketika menabrak tihang listrik, benturan terdengar sangat keras, mobil min bus yang hendak menabrak mobil Prof, Jacob berhenti.Dari dalam mobil itu keluar 2 orang laki-laki, mereka berlahan berjalan sambil memperhatikan keadaan di sekitar menghampiri mobil prof Jacobs yang sudah ringsek dan berasap, salah satu dari mereka mengeluarkan pistol kemudian melirik kep
Seketika Christian dan Isabella melaju dengan mobil sport warna hitam metalik itu. Kali ini Christian mengendarai mobil itu dengan lebih santai.Tak lama kemudian mereka sampai di Bandara, mereka di sambut Billy." Silahkan Tuan, Nona," sambut Billy ramah. Kemudian mereka di arahkan untuk naik ke dalam jet pribadi, dengan beberapa orang pengawal menjaga mereka.Di sepajang perjalanan, Christian tidak berkata apapun kepada Isabella, dia duduk menyendiri sambil menatap langit dari balik jendela, Isabella hanya memperhatikan Christian dari jauh. Sekitar 1 jam, akhirnya pesawat yang mereka tumpangi lending di sebuah bandara kecil, Christian dan Isabella turun dari pesawat hanya berdua saja. Christian yang meminta tak mau ada pengawal mengikuti mereka.Tampak mobil truk kecil di sana, Billy memberikan kunci mobil itu kepada Christian, Christian menoleh kepada Isabella, Bella paham dengan isyaratnya kemudian dia mengikutinya menuju truk itu.Christian membuka pintu dari Arah kemudi, kemudian I
Tiba-tiba Christian teringat sesuatu,"Bella, sepertinya Paspor ku ada di apartemen pacar ku," ungkap Christian "Apa yang akan kau lakukan, kita harus pergi beberapa jam lagi," Isabella merasa tak nyaman Christian menyebutkan kata pacar di depan mukanya. "Aku akan mengambilnya," kemudian Christian menghubungi Billy."Billy bisa kau siapkan mobil untuk ku" kata Christian " ku tunggu, di kamar ku" kata Christian lagi seraya menutup sambungan telponnya. Christian memperhatikan Isabella yang terlihat kesal, tak lama kemudian terdengar suara bel berbunyi dari arah pintu kamar itu, kemudian Christian berjalan menuju pintu kamar itu dan membukanya berlahan.Dan benar saja di sana tampak Billy "Tuan Muda, mobil anda sudah siap," katanya seraya menyerahkan kunci mobil kepada Christian. Awalnya Christian akan pergi seorang diri namun melihat mimik muka Isabella yang tampak marah akhirnya dia memutuskan untuk mengajak Isabella."Ayo, Ikut dengan ku," kata Christian menatap ke arah Isabella. "Hah,
Isabella tampak cantik mengenakan Gaun berwarna Nude, Prof Jacob menggandeng cucunya berjalan kearah Tuan James dan Christian. Mata Christian tak beranjak menatap Isabella, dia benar-benar terpesona dengan kecantikan dan kemolekan tubuh Isabella."ya ampun, aku pangling kau kelihatan sangat cantik," kata Tuan James takjub, kemudian matanya melirik ke arah Christian."Dia sangat cantik kan Criss?" tanya Tuan James kemudian."Eh, Iya sangat cantik," jawab Christian gelagapan masih menatap Isabella. Isabella menunduk sejenak sedikit malu mendengar perkataan Christian."Christian, tolong jaga cucu ku," ucap Prof Jacob seraya menarik berlahan tangan Isabella mendekatkan kepada Christian. Kemudian Christian mengulurkan tangannya. "Gaunnya sangat cocok dengan mu, kau terlhat sangat cantik" Isabella tampak gugup kemudian berlahan dia menerima uluran tangan Christian."Terimakasih," kata Isabella membalas pujian dari Christian."Aku akan menjaganya," sahut Christian tersenyum ke arah Prof Jacob