Nasi sudah menjadi bubur. Apapun alasan kamu, tak akan merubah keputusansaya. Bersiaplah! Setengah jam lagi kita berangkat!" ujar Satria membuat Rachel terperangah dan pergi begitu saja.
"Kenapa pak Satria ngotot ingin menikahiku? Apa dia memang mempunyai rasa padaku," tebak Rachel Gr. Ia benar-benar bingung dengan apa yang ada di otak atasannya itu.
Sepanjang perjalanan Rachel tak berhenti menatap Satria yang berada di sampingnya. Ia tak habis pikir jika janji yang ia ucapkan waktu itu benar-benar akan terjadi padanya.
Ya Tuhan, apa ini sudah takdirku untuk menikah dengan pak Satria? kata batin Rachel bertanya seorang diri. Dengan cepat, ia memalingkan wajah saat Satria menoleh ke arahnya.
"Ada apa?" tanya Satria.
Rachel kembali menoleh dan tersenyum tipis.
"Tidak!" jawab Rachel datar.
"Bicaralah! Selagi, saya mau mendengarkan kamu berbicara!" ujar Satria yang fokus dalam mengemudi.
Dengan hati-hat
Sejak kapan Bapak bicara aku dan kamu," ledek Rachel yang membuat Satria bener-bener malu. "Sejak kapan Bapak bicara aku dan kamu," ledek Rachel yang membuat Satria bener-bener malu. "Bukankah kita harus seperti itu? Sebentar lagi, kamu akan menjadi istriku!" ucap Satria menegaskan. "Ya kalo kedua orangtua saya mengijinkan, ya, Pak." kata Rachel tersenyum tipis. Satria menyeringai. Senyum manis Rachel benar-benar membuat dirinya tak mampu berpaling. "Makasih, ya, Pak! Karena Bapak, saya benar-benar terjaga," ucap Rachel berdiri di hadapan Satria. Satria tersenyum tipis. Entah kenapa hati kecilnya begitu senang akan kelembutan Rachel kepada dirinya."Berlatihlah mengucapkan kata sayang untukku. Mengerti!" pinta Satria melangkah menuju mobilnya. Tubuh Rachel seakan meremang mendengar permintaan Satria tersebut. Hatinya seakan berbunga-bunga, melihat atasannya yang jutek itu memberi perhatian lebih kepadanya. Perh
"Bukankah itu pesanan kamu?" tanya Satria mengernyit. Rachel mendesah sebal. Ia hanya tersenyum tipis melirik Satria yang benar-benar menuruti apa yang ia bilang. "Kenapa kamu membelinya? Aku kan, cuma becanda," ucap Rachel meringis. Satria hanya tersenyum tipis akan tingkah laku Rachel kepadanya. "Kamu berani mengerjaiku?" ucap Satria memicing menatap Rachel mengkodenya dengan jari jemari tangannya yang berbentuk huruf 'v'. "Maaf, Pak, Bu. Buah-buahannya taruh di mana, ya?" tanya kuli pickup tersebut. "Tolong bagikan pada semua orang!" Perintah Satria yang membuat Rachel tercengang melihatnya. Kedua mata indahnya tak berhenti mengerjap memandang Satria. "Bagikan sama orang-orang, Pak?" tanya kulu pickup seakan tak percaya dengan penuturan Satria. Dengan penuh perhatian, Satria merangkul pundak Rachel. "Calon istri saya berubah pikiran. Daripada mubazir, lebih baik bagikan pada semua o
"Apa?" kata Rachel terbelalak kaget. Ia tak menyangka jika orang yang menyelamatkan diri dari perjodohan itu adalah orang yang dijodohkan oleh neneknya. Satria hanya terdiam, ia melirik Rachel yang terlihat belum bisa menerima kenyataan ini. Ia memalingkan wajahnya saat Rachel menoleh ke arahnya. "Ya sudah, persiapkan diri kalian, ya! Jam 8 malam, penghulunya akan datang ke sini!" tutur papa yang mengejutkan mereka. "Penghulu?" tanya batin Satria mengernyit begitupun dengan Rachel. "Makasih, Sayang. Mama senang, melihat kalian akan menikah. Mama istirahat dulu, ya! Satria, kamu bisa istirahat di kamar tamu!" kata Mama Gina. "Iya, Tante!" jawab Satria tersenyum tipis. "Kenapa kamu panggil tante? Sebentar lagi kamu akan menjadi menantu saya. Jadi, panggil saja mama, ya!" pinta mama Gina yang sangat menyukai Satria. Satria menorehkan senyumnya. Ia tak habis pikir jika kedua orangtua Rachel begitu menyukai diri
"Ma, Rachel belum siap dengan pernikahan ini?" Pertanyaan Rachel yang membuat mama Gina terkejut mendengarnya. Mama Gina menghela nafas. Senyumnya kembali tertoreh. Perlahan, Ia mulai membelai rambut indah putrinya yang terurai panjang. "Sayang, kamu itu sudah berumur 25 tahun lho! Masa' kamu belum siap untuk menikah?" tanya mama Gina menatap wajah putrinya yang masih cemberut."Menurut mama, Satria sangat sayang sama kamu. Bukankah kamu juga mencintainya?" tanya mama dengan lembut. "Kami tak saling mencintai, Ma. Kami hanya terjebak dengan keadaan yang membuat kami seperti ini," ucap Rachel mengejutkan mamanya. Rachel mulai menceritakan semua tentang pertemuan antara dirinya dan Satria. Dengan penuh perhatian dan kesabaran, mama Gina mencoba menjadi pendengar setia untuk putrinya. Yach, inilah untuk pertama kalinya, mama Gina mendengar curahan hati putrinya. "Meskipun dia jutek, cuek, tapi dia selalu melindungiku," tutur Rachel menyandarkan ke
"Siapa orang itu?" tanya Satria menatap Rachel yang terlihat ketakutan. "A-ku a-ku bisa jelasin," ucapnya mendongak menatap Satria. Meong ... Suara kucing membuat Satria terkejut. Perlahan jari jemari tangannya membuka korden jendela. Ia menyeringai saat apa yang ia khawatirkan tidak terjadi padanya. Rachel menghela nafas panjang. Ia sangat bersyukur saat ada kucing yang melintas di samping kamarnya. Kedua mata Rachel tak berhenti mengerjap, usapan jari tangan Satria terasa begitu lembut menyentuh bibir mungilnya. "Ya Tuhan, apa dia akan melakukannya hari ini?" gumamnya dalam hatis memejamkan matanya. Satria hanya tersenyum melihat kelucuan istrinya itu. "Kenapa menutup mata?" Pertanyaan Satria membuat Rachel membuka kembali kedua matanya. Kedua matanya tak berhenti mengerjap. Tatapan dan senyuman Satria membuat dirinya seakan salah tingkah. "Ti-dak, aku hanya ingin menutup mata saja," kata Rachel mengelak.
"Maafkan aku, aku tak bisa menghentikan hawa nafsu ini," bisik Satria membenamkan wajah di belahan bukit kembar yang ada di tubuh istrinya. "Aah ... aah...." Rachel mendesah. Ia menggeliat seperti cacing kepanasan saat Satria memainkan lidahnya di atas bukit kembar tersebut. Tubuh yang tadinya kedinginan kini berubah menjadi kehangatan. Ia sangat menikmati dengan apa yang dilakukan Satria kepadanya. "Ge-li ... a-ah...," desah Rachel menjambak rambut Satria. Satria tak mempedulikan desahan rintihan Rachel. Ia masih melumat dua bukit kembar di tubuh Rachel yang membuatnya lupa akan segalanya. Malam pertama yang sungguh bersejarah dalam hidup mereka. Suasana yang gelap dengan iringan rintikan hujan. Membuat mereka semakin larut dalam kenikmatan. Hanya terdengar erangan dan desahan di kamar itu. "Kau benar-benar membuatku gila," bisik Satria menciumi leher istrinya. Rachel tak menjawab. Ia sangat merasakan kehangatan di pelukan suaminya itu.
Ceklek Dinda mengerling. Ia terkejut melihat sahabatnya sudah datang ke kantor mendahului dirinya. "Sat, bukannya kamu di Jakarta? Kenapa kamu sudah ada di sini? Apa kamu nggak jadi menikah?" Beberapa pertanyaan mulai keluar dari mulut Dinda yang super duper bawel. Dinda semakin bingung melihat sahabatnya hanya terdiam seraya memikirkan sesuatu.Jari jemari tangan Dinda dengan cepat menarik kursi putar dan mendekati Satria. Dengan penuh perhatian, ia mulai menjadi penasihat yang baik untuk sahabatnya itu. "Kita sahabatan dari kecil, sekecil apapun masalahnya kita hadapi bersama. Tak baik jika memendam masalah seorang diri," tutur Dinda menepuk pundak Satria. "Kamu ini bicara apa?" tanya Satria kembali mengerjakan pekerjaannya. "Emang sih, gagal menikah itu sangat menyakitkan. Aku tau itu!" ucap Dinda sok bijaksana."Tapi kamu juga nggak boleh terpuruk. Sahabatku ini kan, sangat kuat!" gumam Dinda
Rachel kembali memejamkan matanya. Jantungnya berdetak begitu kencang saat mendengar suara hentakan kaki Satria berjalan ke arahnya. 'Aduh, kenapa dia mau ke sini? Jantungku, kenapa jantungku berdebar seperti ini?' gumam batin Rachel seraya memegang dadanya. Suasana dingin mendadak begitu hangat. Dekapan hangat membuat tangan Rachel sedikit gemetar. "Kenapa aku sangat menyukai tubuh ini," gumam Satria menggoda Rachel. 'Menyukai tubuh ini?' ucap batin Rachel sembari membuka matanya kembali. Satria tersenyum tipis melihat istrinya terbangun dan melepas pelukannya. "Jangan sentuh aku!" ucap Rachel terbelalak melihat badan atletis suaminya yang terlihat begitu sempurna. Kedua matanya tak berhenti mengerjap memandang tubuh atletis yang tanpa ia sadari sudah menjadi miliknya. "Kenapa? Apa aku salah memeluk istriku sendiri?" Pertanyaan Satria yang membuat Rachel terdiam. Ia menunduk dan tak berani menatap suaminya.