Share

Bab 4

Penulis: Kiara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-24 10:57:55
Setelah memapah Cheryl, dia memelototi Elsy dengan galak.

"Elsy, kenapa kamu dorong Cheryl?"

Cheryl meringkuk dalam pelukan Gavin sambil memanyunkan bibir.

"Gavin, jangan salahkan Elsy. Dia mau pulang, aku masih ingin mengobrol dengannya dan memintanya menemaniku. Tak disangka, dia tiba-tiba marah ...."

"Kamu bohong, bukan begitu!"

Elsy tidak menyangka Cheryl akan berbohong di hadapannya.

"Kamu menghinaku, lalu menarik tanganku. Aku memang menghempaskan kamu, tapi aku cuma pelan-pelan."

Gavin hanya mendengar Elsy mengatakan bahwa dia menghempaskan tangan Cheryl sehingga Cheryl terjatuh. Gavin sontak mengerutkan kening.

"Elsy, sejak hari ulang tahunmu, kamu berubah. Kamu jadi aneh dan sulit bergaul. Cheryl cuma ingin mengobrol denganmu, kenapa kamu malah marah padanya?"

Konon, orang yang sedang jatuh cinta akan kehilangan akal sehat. Saat ini, Elsy merasa IQ Gavin menurun drastis.

Dia bisa menerima kenyataan bahwa Gavin tidak menyukainya, tetapi dia tidak sudi ditindas oleh Cheryl!

Memikirkan hal ini, dia menunjuk kamera pengawas di atas kepalanya.

"Kalau kamu mau tahu siapa yang salah, periksa kamera pengawas."

Mereka baru bertemu dua kali. Melalui cerita Gavin, Cheryl menyimpulkan bahwa Elsy adalah gadis lemah yang mudah ditindas. Jadi, dia berani menindas Elsy di belakang Gavin.

Dia tidak menyangka bahwa Elsy akan melawannya. Karena takut Gavin akan mengetahui kebenaran, dia pun panik.

"Gavin, jangan salahkan Elsy. Jangan bertengkar dengannya karena aku. Lihat, aku nggak terluka, lupakan saja."

Elsy tidak ingin menyudahi masalah ini begitu saja.

"Bagaimana boleh? Aku nggak mau dikambinghitamkan," kata Elsy sambil berjalan ke arah kasir.

Gavin tidak mengerti mengapa Elsy begitu perhitungan. Padahal, Cheryl saja begitu murah hati. Dia menegur Elsy dari belakang.

"Kamu pikir restoran ini milik keluargamu? Kamu boleh lihat kamera pengawas sesuka hati?"

Mendengar ucapan ini, Cheryl mengembuskan napas lega.

"Gavin, kamera pengawas di sini nggak terbuka untuk umum?"

Gavin mengiyakan sambil mengerutkan kening.

"Cuma masalah kecil, dibesar-besarkan pula!"

Cheryl memanyunkan bibirnya.

"Elsy sangat galak, nggak selembut yang kamu katakan."

Suasana hati Gavin sangat kacau. Beberapa hari ini, Elsy terus menentangnya.

Dia menggandeng tangan Cheryl dan berjalan menuju kasir. Elsy sedang bernegosiasi dengan manajer restoran.

"Maaf, Nona. Bukannya kami nggak mau bekerja sama, ini melibatkan privasi tamu lain, kami nggak boleh perlihatkan rekaman kamera pengawas begitu saja. Mohon dimengerti."

Mendengar ucapan ini, Cheryl pun tersenyum puas.

Gavin berdeham.

"Elsy, sudah cukup. Cheryl pun nggak komplain."

Elsy menggigit bibirnya. Dia teringat bahwa kakaknya mengenal pemilik restoran ini dan sedang mempertimbangkan untuk menelepon kakaknya.

Seorang pria jangkung memasuki restoran, dikelilingi oleh sekelompok pria berpakaian rapi.

Melihat orang yang datang adalah Louis, manajer restoran langsung menyambutnya.

"Pak Louis, selamat datang."

Louis mengangguk. Sekilas, dia melihat Elsy yang sedang menundukkan kepala. Dia menghentikan langkahnya dan mengisyaratkan orang-orang di sekitarnya untuk masuk terlebih dahulu. Kemudian, dia melangkah ke arah Elsy.

"Ada apa?"

Mata Elsy tertuju pada sepasang sepatu kulit berkilau. Namun, ketika mendengar suara yang familier, dia pun mengangkat kepalanya dan menatap Louis dengan heran.

"Kak Louis?"

Louis mengiyakan.

"Ada masalah?"

Manajer restoran adalah orang yang cerdas. Mendengar Elsy memanggil Louis "kakak", dia pun kaget. Dia langsung melangkah maju dan mewakili Elsy menjawab pertanyaan Louis.

"Cuma periksa kamera pengawas?"

Elsy mengangguk. Melalui nada bicara Louis, sepertinya ini adalah hal yang mudah. Dia pun menatap Louis dengan penuh harapan.

Louis hanya melirik ke arah kasir. Sebelum dia bersuara, kasir sudah angkat bicara.

"Boleh, ayo ikut denganku."

...

Kelima orang itu pergi ke ruang pemantauan, termasuk manajer.

Elsy duduk di kursi, keempat orang lainnya berdiri di belakangnya. Gavin merangkul Cheryl dengan kesal.

Louis meletakkan salah satu tangan di kursi Elsy dan membungkuk untuk melihat rekaman kamera pengawas.

Aroma kayu cendana tersebar ke udara dan menenangkan suasana hati Elsy.

Saat ini, rekaman menunjukkan Cheryl sedang menanyakan apakah Elsy menyukai Gavin.

Elsy tampak agak malu. Melalui sudut mata, dia melihat Gavin mengerutkan kening dan tangannya yang sedang merangkul Cheryl pun menegang.

Lalu, terdengar ucapan kasar yang dilontarkan Cheryl, termasuk momen Cheryl jatuh. Terlihat jelas, adegan itu sangat palsu.

Kemudian, Gavin bergegas datang dan menyalahkan Elsy.

Video berakhir, kebenaran terungkap.

Elsy berbalik untuk menatap Gavin.

"Sekarang, kamu sudah tahu siapa yang salah?"

Cheryl tidak menyangka kebenaran akan langsung terungkap, ekspresinya berubah drastis.

"Gavin, dengarkan penjelasanku. Aku ...."

"Diam!"

Gavin tidak menyangka bahwa Cheryl-lah yang menindas Elsy. Ketika mendengar Cheryl mengasari Elsy, amarah di hatinya sudah membara.

"Cheryl, kamu gila? Kenapa menindas Elsy?"

Cheryl mengerutkan bibirnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Gavin menghampiri Elsy.

"Elsy, ini salahku. Aku seharusnya percaya padamu, bukannya malah salahkan kamu."

Elsy menghindari tatapan Gavin.

"Gavin, mulai hari ini, berhentilah mencariku."

Setelah berkata demikian, Elsy bangkit dan berjalan keluar. Gavin hendak mengejarnya, tetapi dihalangi oleh Louis.

"Pikirkan baik-baik, mau pilih siapa?"

Gavin tertegun. Cheryl yang berada di samping langsung meraih lengannya dan menangis terisak-isak.

"Gavin, dengarkan penjelasanku. Aku berbuat seperti ini karena terlalu menyukaimu ...."

Gavin dan Cheryl baru berpacaran, masih dilanda asmara. Melihat Cheryl menangis, hatinya pun luluh.

Lagi pula, ini bukan pertama kalinya dia bertengkar dengan Elsy. Besok, dia akan pergi membujuk Elsy.

Louis menyadari perubahan emosi Gavin. Tanpa basa-basi, dia langsung berbalik pergi.

...

Sesampai di luar restoran, Elsy mengembuskan napas lega.

Meskipun dia senang karena sudah mengungkap kebenaran, semua orang mendengar Cheryl mengatakan bahwa dia menyukai Gavin. Dia sangat malu.

Saat ini, dia tidak mungkin pulang dengan mobil Gavin, dia pun memanggil taksi. Ketika masuk ke dalam mobil, dia baru ingat bahwa dia belum mengucapkan terima kasih pada Louis.

Dia berencana untuk mengucapkan terima kasih pada Louis di lain hari.

Sesampai di rumah, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan. Orang tua Elsy sudah beristirahat, hanya lampu di kamar kakaknya yang masih menyala.

Elsy mengetuk pintu dan masuk. Kakaknya, Merlyn Dagon sedang duduk di kursi rotan sambil meminum anggur.

Wajahnya dibaluti dengan rona merah, begitu pula dengan matanya.

"Elsy, kamu pulang."

Elsy melirik beberapa botol anggur di atas meja, lalu berjongkok di samping Merlyn.

"Kak Merlyn, kenapa minum begitu banyak anggur?"

Merlyn tidak menanggapinya, dia lanjut menyesap anggur merah.

"Elsy, menurutmu, buat apa orang hidup?"

Elsy berpikir sejenak.

"Orang hidup buat lakukan hal yang disukai, bertemu dengan orang yang disukai."

Merlyn mengiyakan. Suaranya sangat lembut.

"Tapi, kalau aku menikah dengan Louis, aku nggak bakal bertemu dengan orang yang kusukai."

Elsy menatap Merlyn dengan kaget.

"Kak Merlyn, apa maksudmu? Kamu nggak suka Louis?"

"Nggak suka, sama sekali nggak suka."

Suara Merlyn dibaluti dengan isak tangis.

"Aku tahu, semua orang merasa Louis tampan, baik dan kompeten. Tapi, segala sesuatu ada urutannya. Jelas-jelas, dia yang duluan buka pintu hatiku ...."

"Dia?"

Bab terkait

  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 5

    Merlyn mengangguk."Dia sangat unggul. Jago menggambar dan main piano. Dia adalah pria paling romantis yang pernah kulihat."Merlyn tidak pernah menceritakan hal ini pada Elsy. Elsy tertegun sejenak."Lalu, kenapa kamu mau bertunangan dengan Louis?"Merlyn tertawa, lehernya rampingnya berguling dan air mata mengalir dari sudut matanya."Apa boleh buat? Salah satu di antara kita harus berkorban buat keluarga. Kamu masih muda dan tumbuh besar bersama Gavin. Aku nggak tega ...."Elsy seolah-olah disambar petir. Selama ini, dia mengira Merlyn tidak bahagia karena tidak ingin menikah dini.Dia tidak menyangka bahwa Merlyn berkorban demi dia....Malam ini, Elsy gelisah dan tidak bisa tidur. Menjelang fajar, dia terlelap sejenak.Tak lama setelah dia tidur, ibunya masuk dan langsung mengangkatnya dari selimutnya."Elsy, cepat bangun dan bersih-bersih. Hari ini, kakak iparmu mau datang."Elsy mengusap matanya dengan linglung."Buat apa Kak Louis datang?""Ini hari raya, dia harus datang meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 6

    Darwis melirik Elsy dengan tatapan menegur."Kenapa melamun? Tuangkan teh buat kakak iparmu."Elsy mengiyakan dengan wajah memerah. Dia berdiri dengan patuh, lalu menuangkan teh dan meletakkan cangkir teh di depan Louis."Kak Louis, silakan minum."Suara kantuknya sangat lembut. Seketika, Louis teringat pada kucing di rumahnya....Ketika makan, Merlyn tidak fokus. Dia mengunyah makanan sambil menatap ponsel di sampingnya.Nesya terus memberinya isyarat."Merlyn, ambilkan makanan buat Louis, jangan cuma makan sendiri."Merlyn mengiyakan. Ketika dia mengangkat sendok saji, ponselnya berdering.Dia menatap layar ponselnya dengan gugup dan langsung bangkit."Permisi, aku angkat telepon dulu.""Merlyn, apa nggak bisa dibicarakan setelah selesai makan!"Nesya mengerutkan kening sambil menegur Merlyn. Kemudian, dia menaruh sepotong iga asam manis di piring Louis."Anak ini memang ceroboh. Setelah menikah dengan Keluarga Harson, tolong maklumi dia."Louis tidak menunjukkan emosi apa pun."Sif

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 7

    Gavin yakin Elsy tidak akan membuang hadiah darinya. Bagaimanapun, terdapat satu lemari di kamar Elsy yang berisikan hadiah dari Gavin.Ketika melihat isi lemari itu, dia cukup kaget.Dia memasukkan tangannya ke dalam saku, lalu memiringkan kepala sambil menatap Elsy dengan percaya diri.Namun detik berikutnya, Elsy mengangkat lengannya untuk melempar kedua kotak hadiah itu ke tong sampah."Buk." Gavin merasa martabat dan harga dirinya ikut terlempar ke tong sampah.Suatu amarah memenuhi hatinya."Elsy, hebat kamu. Merajuk? Oke. Siapa yang duluan ngajak baikan, dia harus menggonggong!"Setelah berkata demikian, dia menendang tong sampah dan pergi dengan penuh amarah.Elsy memandang punggungnya sambil menggelengkan kepala. Bisa-bisanya melampiaskan amarah pada tong sampah, kenapa sebelumnya dia tidak menyadari bahwa Gavin begitu kekanak-kanakan?Ketika hendak melangkah maju, Elsy mencium aroma segar dari belakang dan sepasang tangan menutupi matanya."Elsy, tebak siapa aku?"Elsy tersen

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 8

    Elsy mengabaikan sindiran Cheryl. Dia mendelik Gavin, lalu lanjut menonton film.Tak lama kemudian, Gavin kembali menendang kursinya. Elsy kesal dan langsung berbalik."Gavin, kamu sengaja?"Saking marahnya, Elsy tidak mengendalikan suaranya. Orang-orang di sekitar menatapnya dengan kesal dan wajahnya pun memerah.Gavin mengangkat alis ke arahnya sambil berkata dengan penuh maksud, "Elsy, kamu yang ajak aku bicara. Jangan lupa menggonggong.""Menggonggong? Kenapa dia harus menggonggong?"Cheryl mendengus dingin sambil bertanya pada Gavin dengan centil.Gavin mencubit dagu Cheryl.Dia berkata dengan bangga, "Karena ada yang melanggar peraturan."Mendengar percakapan mereka, amarah Elsy membara. Saat ini, layar ponselnya menyala, ibunya mengirimkan pesan."Elsy, kalau sudah melihat pesan, segera telepon Ibu. Ada urusan penting."Elsy mengerutkan kening, suatu firasat buruk muncul di hatinya. Dia berpamitan dengan Jason, lalu keluar dari studio.Begitu Elsy menelepon, ibunya langsung menj

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 9

    Ucapan Elsy bagaikan sambaran petir.Nesya menentang."Elsy, jangan asal berbicara. Kamu belum cukup umur!"Elsy memandang semua orang dengan serius."Beberapa waktu yang lalu, aku genap dua puluh tahun dan sudah cukup umur buat menikah."Timo berpikir sejenak."Nggak boleh. Nona Merlyn yang bertunangan dengan Louis, kalau tiba-tiba digantikan oleh Nona Elsy, apa yang akan dipikirkan orang luar?"Setelah dipikir-pikir, Timo tidak menyetujui usulan ini."Menurutku, sebaiknya Pak Darwis segera temukan Nona Merlyn."Melihat semua orang menentang usulannya, Elsy agak panik. Dia menaruh semua harapannya pada Louis yang belum mengutarakan pendapat."Kak Louis, bagaimana menurutmu? Kalau kamu setuju, kita langsung pergi daftarkan pernikahan, nggak bakal ada kejadian berubah pikiran."Mata semua orang tertuju pada Louis. Louis menyesap seteguk teh, lalu perlahan-lahan meletakkan cangkir di meja. Saat ini, suatu emosi melintas di mata Louis."Bolehkah kita mengobrol berdua?"...Setengah jam ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 10

    Setelah menghibur Nesya sejenak, Elsy mengakhiri panggilan.Ketika makan siang bersama Helen, Gavin membawa nampan dan duduk di depan mereka.Helen mengerutkan kening."Hei, bukannya ini si berengsek Gavin? Kok hari ini punya waktu datang ke kantin? Nggak temani pacarmu?"Gavin melirik Elsy, nada bicaranya sangat santai."Sudah putus.""Pu ... putus?"Helen hampir menyemburkan sup di mulutnya. Mengingat taruhan semalam, dia menjadi sangat bersemangat.Dia diam-diam mengamati Elsy yang sedang makan dengan serius."Elsy, kamu dengar? Si berengsek Gavin bilang dia ...."Elsy mengangkat kepalanya dengan acuh tak acuh."Nggak perlu diulangi, aku punya telinga."Helen tersedak, dia menatap Gavin."Gavin, kalian pacaran nggak sampai dua bulan, 'kan? Kok cepat sekali putusnya?"Gavin menyilangkan kakinya sambil berkata dengan penuh maksud."Apa boleh buat? Elsy nggak suka mantanku."Helen diam-diam melirik Elsy."Kamu yang pacaran, apa hubungannya dengan Elsy?"Gavin mengerutkan bibirnya denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 11

    Elsy tercengang.Jantungnya berdebar kencang, dia pun terbata-bata."Bolehkah ditunda? Aku belum siap tinggal bersamamu."Seiring berbicara, suaranya menjadi makin pelan dan kepalanya pun tertunduk.Dari sudut pandang Louis, Louis melihat pipi dan ujung telinganya memerah serta bulu matanya yang lentik bergetar, seperti seekor kupu-kupu yang sedang mengepakkan sayap."Berapa lama?"Louis berbicara dengan suara berat.Elsy mengangkat kepalanya dengan heran. Dia tampak agak kebingungan.Louis menarik kerah bajunya, jakunnya berguling ke bawah."Mau tunda berapa lama?"Elsy menggigit bibirnya sehingga bibirnya pun memerah."Setidaknya sampai semester ini berakhir. Aku nggak mungkin tiba-tiba pindah dari asrama."Louis mengerti."Kamu berencana sembunyikan pernikahan kita?"Elsy segera menjelaskan."Nggak, aku cuma mau hindari masalah. Mahasiswa suka bergosip."Louis setuju."Kalau begitu, pindahlah dari asrama setelah semester ini berakhir. Tapi, setiap libur, aku berharap kamu pulang ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 12

    Mata Louis berubah gelap."Kamu panggil apa?"Elsy tersadar, wajahnya sontak memerah."Maaf, sudah terbiasa."Louis mengiakan, matanya tertuju pada pipi Elsy yang memerah."Jangan salah panggil lagi."Setelah Louis melepaskannya, Elsy pun lega dan langsung melarikan diri.Hari ini, dia mengenakan gaun berwarna putih dan berkucir kuda. Dipadukan dengan buket bunga di tangannya, dia tampak seperti peri yang tersesat ke dunia.Louis mengetukkan jarinya ke arah jendela dengan penuh maksud, lalu mengalihkan pandangannya."Bagaimana keadaan Apartemen Nuansa?"Jeff Galio, asisten Louis yang duduk di kursi penumpang sedikit memiringkan kepalanya."Sudah beres, bisa ditempati kapan saja."Louis mengangguk."Siapkan kebutuhan wanita, termasuk pakaian musiman dan lain sebagainya."Jeff berpikir sejenak."Buat Nyonya?"Louis melepas kacamatanya dan mengusap pangkal hidungnya."Apa ada wanita lain di sekitarku?"Jeff mengalihkan pandangannya. Benar, Apartemen Nuansa terletak di dekat Universitas Ar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24

Bab terbaru

  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 50

    Menghiburnya?Mata Elsy tertuju pada Louis."Bagaimana caranya?"Louis mencondongkan badannya, napasnya yang harum menyelimuti pipi Elsy. Nada bicaranya sangat lembut."Kamu masih ingat bagaimana kamu memanggilku semalam?Semalam?Semalam, dia memanggil Louis apa?Elsy mengingat dengan hati-hati. Tiba-tiba, sebuah kata melintas di benaknya. Pipinya terasa panas.Louis tahu bahwa dia sudah mengingat kata itu, nada bicaranya agak manja."Ayo, panggilah sekali lagi?"Elsy sangat malu.Dia memanggil Louis seperti itu karena pengaruh alkohol. Sekarang, dia sudah sadarkan diri. Dia tidak sanggup memanggil Louis seperti itu.Ketika dia sedang memikirkan cara untuk mengalihkan topik pembicaraan, terdengar suara mengeong dari samping kakinya.Mata Elsy bersinar, dia segera melepaskan diri dari genggaman Louis dan menggendong "si penyelamat kecil"."Hei! Tara, kapan kamu keluar?"Louis kecewa. Melihat Elsy bermain di atas karpet dengan Tara, dia sungguh tidak berdaya.Saat ini, Jeff menelepon da

  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 49

    Louis mengerutkan bibirnya."Setelah mandi, turunlah untuk sarapan."Elsy mengiakan dan berjalan menuju kamar mandi.Setelah mengunci pintu kamar mandi, Elsy memegang wajahnya sambil mengembuskan napas panjang.Gawat. Sekarang, setiap melihat Louis, dia akan teringat pada momen Louis menciumnya.Pipinya memerah, kakinya melemas, dia bahkan tidak berani bertatapan dengan Louis.Elsy curiga bahwa ini adalah gejala samping dari berciuman.Setelah menghabiskan banyak waktu di kamar mandi, dia mengambil sweter berwarna pink dan celana kain berwarna krem. Dia mengganti pakaian, lalu berkaca di depan cermin.Kemudian, dia keluar dari kamar mandi.Louis sudah menunggunya di meja makan.Elsy hendak berjalan ke kursi di seberang Louis, tetapi Louis mengisyaratkan Elsy untuk duduk di sampingnya. Nada bicaranya sangat lembut."Kemarilah, duduk di sampingku."Elsy mengiakan dan berjalan ke arah Louis.Keduanya makan dengan tenang.Louis tidak mempunyai selera makan. Setelah memakan sedikit, dia mel

  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 48

    Ketika melihat Louis, Elsy masih teringat pada ciuman itu. Dia diam-diam mencengkeram baju tidurnya."Butuh waktu buat mengeringkannya. Aku sudah ngantuk dan ingin tidur, nanti juga kering sendiri."Louis melangkah maju, lalu menariknya ke samping kasur."Tidur dengan rambut basah bisa membuatmu sakit kepala. Berbaringlah, biar kukeringkan."Elsy berbaring di kasur dan kepalanya bertumpu di kaki Louis. Begitu merasakan angin hangat yang berembus di kepalanya, dia pun tertidur....Keesokan paginya, Elsy dibangunkan oleh dering ponsel.Dia mengambil ponselnya dengan mata tertutup.Begitu panggilan tersambung, terdengar suara nyaring Helen."Ah! Elsy, gawat, gawat!"Rasa kantuk Elsy langsung menghilang, dia sedikit menjauhkan ponselnya dari telinganya."Helen, masih pagi, kenapa teriak-teriak?"Sepertinya Helen berada di jalan raya, suasana di sekitarnya agak berisik."Aku pun nggak percaya. Semalam, aku tidur dengan Jason. Tidur!"Tidur?Sekarang, Elsy sudah sepenuhnya bangun."Kalian?

  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 47

    "Maaf, aku nggak sengaja. Keningku agak keras. Dulu, waktu berlaga kepala dengan ayahku, ayahku selalu kalah."Louis tertawa pelan. Elsy yang mabuk lebih menawan dari biasanya."Kenapa tertawa? Sudah berdarah, masih tertawa."Elsy berlutut tegak agar tingginya seimbang dengan Louis yang sedang berdiri di samping kasur."Sini, kutiup."Setelah berkata demikian, dia memanyunkan bibirnya dan meniup dengan lembut. Aroma anggur pun menyebar.Jakun Louis berguling, tatapannya menjadi makin dalam.Elsy tidak menyadari perubahan Louis, dia masih meniup bibir Louis. Dia tiba-tiba diselimuti oleh suatu bayangan.Detik berikutnya, suatu hawa panas menyelimuti bibirnya. Elsy mengedipkan matanya dengan heran, dia tidak bereaksi. Tiba-tiba, sebuah tangan menarik kepalanya.Kemudian, Louis mengecup bibirnya. Suatu hawa panas mengalir di sepanjang garis bibirnya. Tubuh Elsy seolah-olah tersengat listrik, dia pusing dan melemas."Tarik napas."Louis mengingatkannya dengan suara serak. Kemudian, hawa pa

  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 46

    Mendengar ucapan ini, Elsy langsung menoleh ke arahnya. Karena terlalu kuat, Elsy makin pusing."Kenapa kamu marah?"Louis menatap Elsy dengan galak."Sebagai wanita yang sudah menikah, kamu menerima bunga dari pria lain dan minum-minum dengan pria yang ingin mengejarmu. Kalau nggak bertemu aku, mungkin dia sudah menggendongmu sampai rumah. Menurutmu, bukankah wajar kalau aku marah?"Louis berbicara dengan sangat jelas dan teratur, setiap perkataannya masuk akal.Mendengar ucapan Louis, Elsy menyingkirkan ekspresi marahnya dan nada bicaranya melembut."Kamu melihat Gavin memberiku bunga?"Melihat Louis menatapnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Elsy makin merasa bersalah. Dia memanyunkan bibirnya."Aku bisa jelaskan ...."Louis sudah mempersiapkan diri."Kalau begitu, jelaskan."Elsy mengusap pelipisnya. Karena mabuk, suaranya agak lembut."Tapi, sekarang aku sakit kepala, nggak ingin bicara. Bolehkah ditunda sampai besok?"Mendengar ucapan ini, Louis kecewa. Awalnya, dia ingin mem

  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 45

    Meskipun Elsy agak pusing, dia masih sadarkan diri. Dia pun tidak menyangka akan bertemu Louis di sini. Melihat ekspresi Louis, dia takut Louis akan menyalahkan Helen dan yang lainnya."Kami memainkan permainan, yang kalah minum. Mereka mengalah padaku dan aku minum paling sedikit, aku yang nggak kuat minum."Louis mengiakan, nada bicaranya menjadi lebih lembut."Sudah tahu nggak kuat minum, masih saja minum sebanyak itu.""Ayo, kuantar pulang."Setelah berkata demikian, dia mengulurkan tangan untuk mengambil Elsy dari Gavin dan Helen.Gavin menggenggam erat lengan Elsy, dia tidak ingin menyerahkan Elsy pada Louis."Kak Louis, nggak usah repot-repot. Lagian aku juga mau pulang, aku sekalian antar Elsy pulang."Louis mengangkat kelopak matanya dan menatap Gavin selama beberapa detik. Tatapannya sangat dingin dan mencekam."Kamu juga minum, harus cari sopir pengganti. Aku nggak tenang serahkan Elsy padamu."Gavin membuka mulutnya, dia merasa ucapan Louis sungguh kasar."Kak Louis, aku tu

  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 44

    Setelah beberapa saat, Helen mendengar Jason melontarkan satu kata."Ya."Helen mengangguk bahagia. Untungnya, Jason tidak menyia-nyiakan kesempatan yang dia ciptakan."Pertanyaan kedua, apakah orang yang kamu sukai berada di sini?'Ekspresi Gavin berubah muram, dia teringat Jason pernah menonton film bersama Elsy."Helen, kuperingatkan jangan macam-macam!"Helen mengabaikannya dan terus memberikan isyarat pada Jason."Abaikan dia, jawab pertanyaanku."Mereka saling bertatapan. Wajah Jason memerah, dia tampak sangat malu."Ya."Helen diam-diam berseru dalam hati, seolah-olah dirinya berhasil menjalankan misi."Kalau begitu, apa orang yang kamu sukai adalah Elsy?"Katakan ya! Cepat!Helen menatap Jason dengan penuh harapan. Kalau sekarang dia tidak menyatakan cinta, dia tidak memiliki kesempatan lagi!"Bukan."Bukan?Ekspresi Helen membeku, dia hampir terjatuh ke lantai. Dia berusaha keras menciptakan kesempatan buat Jason, alhasil, Jason takut? Menyerah?Sulit dipercaya!Melihat Jason

  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 43

    Meskipun Elsy terlihat tidak senang, Elsy tetap menerima bunga darinya. Dalam sekejap, Gavin tersenyum cerah. Sepertinya usahanya dalam beberapa hari ini tidak sia-sia.Setelah mereka memasuki restoran, sebuah Maybach yang terparkir tidak jauh menurunkan kaca jendela. Terlihat sebuah wajah dingin.Tak lama kemudian, Louis memalingkan wajah dan memasukkan sebatang rokok ke mulutnya. Dia memiringkan kepala sambil mengisap rokok itu.Jeff duduk di kursi penumpang dengan tenang, dia tidak berani mengeluarkan sedikit pun suara. Seketika, suhu di dalam mobil seolah-olah menurun drastis. Dia mengintip Louis melalui kaca spion sambil menelan air liur."Pak Louis, Pak Lonel sudah tiba sepuluh menit yang lalu. Kita mau masuk sekarang atau ...."Louis mengisap rokok, lalu mengembuskan asap rokok secara perlahan-lahan."Sepertinya belakangan ini Keluarga Lorenzo agak santai. Selidiki bisnis mereka, carikan kesibukan buat mereka."Jeff mengangguk, dia teringat akan adegan Gavin memberikan hadiah pa

  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 42

    Ketika Elsy dan Helen tiba di restoran, Jason sudah tiba.Dia berdiri di depan pintu restoran dengan mengenakan kaus berwarna krem dan celana jin berwarna biru. Didukung dengan parasnya yang tampan, keberadaannya sangat menarik perhatian.Saat Elsy dan Helen hendak menghampiri Jason, dua gadis berpakaian seksi sedang berbicara dengannya."Kak, kamu terlihat seperti calon pacarku. Bolehkah kita bertukar kontak?"Jason tidak menyangka kedua gadis itu akan begitu terus terang, dia mundur dua langkah."Maaf, aku sudah menyukai orang lain.""Apa hubungannya denganku? Kamu menyukai orang lain, bukan berarti aku nggak boleh menyukaimu. Aku nggak keberatan."Gadis itu sangat kukuh. Jason yang lugu pun tidak berdaya.Emosi Helen terpancing, dia bergegas maju untuk melindungi Jason."Dik, berapa umurmu? Sudah selesai kerjakan PR?"Gadis yang menggoda Jason itu memanyunkan bibir."Bibi, siapa kamu? Kok tiba-tiba muncul?"Helen hampir memuntahkan seteguk darah. Bibi?"Aku? Tentu saja, aku adalah .

DMCA.com Protection Status