Share

Bab 5

Penulis: Kiara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-24 10:57:55
Merlyn mengangguk.

"Dia sangat unggul. Jago menggambar dan main piano. Dia adalah pria paling romantis yang pernah kulihat."

Merlyn tidak pernah menceritakan hal ini pada Elsy. Elsy tertegun sejenak.

"Lalu, kenapa kamu mau bertunangan dengan Louis?"

Merlyn tertawa, lehernya rampingnya berguling dan air mata mengalir dari sudut matanya.

"Apa boleh buat? Salah satu di antara kita harus berkorban buat keluarga. Kamu masih muda dan tumbuh besar bersama Gavin. Aku nggak tega ...."

Elsy seolah-olah disambar petir. Selama ini, dia mengira Merlyn tidak bahagia karena tidak ingin menikah dini.

Dia tidak menyangka bahwa Merlyn berkorban demi dia.

...

Malam ini, Elsy gelisah dan tidak bisa tidur. Menjelang fajar, dia terlelap sejenak.

Tak lama setelah dia tidur, ibunya masuk dan langsung mengangkatnya dari selimutnya.

"Elsy, cepat bangun dan bersih-bersih. Hari ini, kakak iparmu mau datang."

Elsy mengusap matanya dengan linglung.

"Buat apa Kak Louis datang?"

"Ini hari raya, dia harus datang mengunjungi calon mertuanya."

Elsy mengiyakan, lalu bangun untuk mandi dan berganti pakaian.

Ketika melewati kamar Merlyn, Merlyn kebetulan keluar dari kamar dengan mengenakan gaun berwarna merah muda. Dia tampak sangat ceria dan semangat, berbeda jauh dengan Merlyn yang semalam.

Begitu melihat Elsy, dia langsung mencubit pipi tembem Elsy.

"Elsy, semalam, kamu datang ke kamarku?"

Elsy mengangguk. Setiap mabuk, Merlyn akan melupakan segalanya.

"Apa aku mengatakan sesuatu padamu?"

Elsy menggelengkan kepalanya.

"Nggak."

Merlyn mengembuskan napas lega.

"Kalau begitu, ayo turun buat sarapan."

Elsy menatap punggung Merlyn, suasana hatinya agak rumit.

Tak lama setelah mereka menyantap sarapan, bel rumah berbunyi. Mbak Santi melihat kamera bel pintu dan tersenyum pada Elsy.

"Gavin datang. Baru libur sehari, sudah nggak sabar mau ketemu kamu."

Sebelum Elsy menanggapi, Mbak Santi sudah membuka pintu.

Dia diam-diam menghela napas, tetapi dia tidak menyalahkan Mbak Santi. Sejak kecil, mereka sering saling mengunjungi dan akrab dengan keluarga satu sama lain.

"Mbak Santi."

Gavin belum masuk, tetapi suaranya sudah terdengar. Dia meletakkan setumpuk hadiah di lantai, lalu mengambil sandal rumah dengan lincah, seolah-olah ini adalah rumahnya.

Ibu Elsy, Nesya Anggara menatapnya sambil tersenyum.

"Gavin datang. Kenapa bawa begitu banyak barang?"

Gavin sangat sopan pada Nesya.

"Halo, Bibi. Ini hari raya, aku nggak mungkin datang dengan tangan kosong. Aku bawakan suplemen dan teh. Kalau Bibi rajin meminumnya, dijamin Bibi bakal awet muda."

Gavin pandai menyenangkan orang tua. Hanya dengan sepatah kata, Nesya tersenyum cerah.

"Kalian sudah dewasa, Bibi pun sudah nggak muda. Masuk, Elsy di ruang tamu."

Gavin mengiyakan. Ketika dia hendak memasuki ruang tamu, Elsy menghampirinya.

"Gavin, ikut aku."

Gavin menyentuh hidungnya dan mengikuti Elsy keluar.

Meskipun sekarang sudah bulan September, cuaca sangat panas. Matahari yang menyinari tubuh membuat orang merasa gerah.

Gavin menarik kerah kausnya.

"Elsy, kenapa nggak bicara di kamarmu? Di luar panas."

Elsy mengerutkan keningnya.

"Gavin, seingatku, aku sudah bilang ke kamu jangan mencariku lagi. Kenapa kamu datang ke rumahku?"

Gavin tahu bahwa dia harus bertanggung jawab atas kejadian kemarin. Hari ini, dia datang untuk menghibur Elsy.

Jadi, dia sangat bersabar.

"Elsy, kemarin aku sudah minta maaf. Hari ini, aku minta maaf sekali lagi. Maaf, aku nggak seharusnya salahkan kamu dan nggak percaya padamu."

Elsy mengembuskan napas.

"Kalau kamu datang buat minta maaf, aku terima."

Mata Gavin bersinar, dugaannya benar, Elsy mudah dibujuk. Ketika dia hendak mengatakan sesuatu, Elsy lanjut berbicara.

"Jadi, kelak, tolong jangan mencariku lagi."

Mendengar ucapan ini, Gavin mengerutkan kening dan menarik rambutnya dengan kesal.

"Elsy, apa maksudmu? Cuma karena masalah kecil, kamu mau putus pertemanan denganku?"

Masalah kecil?

Kalau bukan karena Louis muncul tepat waktu, dia akan dianggap bersalah dan perhitungan.

Namun, sekarang, bisa-bisanya Gavin mengatakan bahwa itu hanya "masalah kecil". Terlihat jelas betapa tidak tulusnya permintaan maaf Gavin.

Elsy memandang Gavin dengan saksama.

Gavin masih sama seperti sebelumnya, dia memiliki alis dan mata yang tegas, tampan serta fitur wajah yang sempurna. Dulu, setiap melihat wajahnya, hati Elsy berdebar kencang.

Namun saat ini, Elsy merasa asing.

Melihat Elsy mengerutkan bibir tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Gavin pun mengalah. Dia mengeluarkan dua kotak hadiah dari sakunya.

"Elsy, aku sudah menukar kalung berlambang hati itu. Kali ini, aku pilih sendiri. Lihatlah apa kamu menyukainya. Selain itu, aku juga beli sepasang anting mutiara, anggaplah sebagai permintaan maafku."

Dia menyodorkan kedua kotak hadiah itu ke tangan Elsy secara paksa. Karena takut Elsy akan mengembalikan hadiah itu, dia berlari pergi.

"Elsy, kamu sudah terima hadiah dariku. Kuanggap kamu sudah memaafkanku."

"Nggak, siapa terima hadiahmu!"

Elsy tersadar dan hendak mengejar Gavin. Namun, Gavin berlari secepat kilat. Dalam sekejap, dia menghilang dari pandangan Elsy. Elsy menatap kotak hadiah di tangannya dengan kesal.

Sebuah SUV berwarna hitam melaju melewatinya dan berhenti di depan rumahnya.

Louis datang.

Dari kejauhan, Elsy melihat Louis yang mengenakan setelan rapi keluar dari mobil. Tubuhnya sangat tegap, di bawah terik matahari, kacamata berbingkai emas di pangkal hidungnya bersinar. Dia tampak sangat anggun dan berwibawa.

Sopir sedang mengambil kotak hadiah di bagasi. Elsy menghampirinya dan menyapanya dengan sopan.

Louis mengiyakan sambil menatapnya dari sudut mata.

"Sudah baikan dengannya?"

Dia?

Beberapa detik kemudian, Elsy baru memahami bahwa orang yang dimaksud Louis adalah Gavin. Sepertinya Louis melihatnya berinteraksi dengan Gavin.

Dia agak malu. Bagaimanapun, Louis yang menyelamatkannya semalam.

"Nggak, dia fitnah aku, aku mana mungkin memaafkan dia begitu saja."

Elsy tidak menyadari bahwa nada bicaranya pada Louis tidak sesungkan sebelumnya lagi.

Mendengar jawaban ini, Louis tidak menunjukkan reaksi apa pun. Dia hanya mengangguk.

"Ayo masuk."

Elsy mengerutkan bibir dan berpikir dalam hati, 'Pria ini dingin sekali. Kak Merlyn begitu ceria dan ramah, dia pasti nggak ingin menikah dengan pria seperti ini.'

Setelah tersadar, dia berjalan melewati Louis. Dia membuka pintu dan berteriak dengan kuat.

"Ayah, Ibu, Kak Merlyn, Kak Louis datang."

Seluruh anggota keluarga keluar untuk menyambutnya.

Kemudian, Louis mengobrol dengan ayah Elsy, Darwis Dagon di ruang tamu dan Nesya pergi ke dapur. Merlyn hendak membantu, tetapi diusir oleh ibunya.

"Pergi, buat apa di sini? Temani Louis mengobrol sana."

Merlyn menolak.

"Dia sedang mengobrol dengan Ayah."

Nesya menatap kedua pria yang sedang duduk di sofa.

"Apa yang bisa mereka bicarakan? Mereka pasti bicarakan soal pekerjaan lagi."

Sembari berbicara, Nesya mendorong Merlyn.

"Kalian sudah mau nikah, harus lebih akrab."

Setelah diusir dari dapur, Merlyn menghentikan Elsy yang hendak naik ke atas.

"Elsy, ayo ikut aku ke ruang tamu."

Elsy ditarik secara paksa, dia sangat tidak berdaya.

Dia pernah mendengar obrolan ayahnya dengan Louis. Topik pembicaraan mereka sungguh membosankan dan sulit dimengerti ....

Memang benar, ketika Elsy dan Merlyn menghampiri mereka, Darwis sedang membahas salah satu perusahaan yang baru dinyatakan bangkrut.

Darwis mengerutkan kening sambil menganalisis faktor-faktor kebangkrutan perusahaan tersebut. Mulai dari persaingan internal hingga kelalaian petinggi perusahaan dan lain sebagainya ....

Louis sangat tenang. Sesekali, dia akan menimpali dan mengungkapkan detail-detail yang tidak diperhatikan oleh Darwis.

Darwis mengangguk setuju, dia makin mengagumi Louis.

Pantas Louis dapat mengambil alih bisnis keluarganya di usia yang begitu muda, dia memang luar biasa!

Semalam, Elsy kurang tidur. Saat mendengarkan pembicaraan mereka, dia terus menguap. Dia menatap jam tangan hitam di pergelangan tangan Louis. Perlahan-lahan, pandangannya pun kabur.

Melihat kepalanya terkulai, ayahnya pun berdeham.

Elsy terbangun. Dia menatap Louis dengan linglung sambil tersenyum.

Bab terkait

  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 6

    Darwis melirik Elsy dengan tatapan menegur."Kenapa melamun? Tuangkan teh buat kakak iparmu."Elsy mengiyakan dengan wajah memerah. Dia berdiri dengan patuh, lalu menuangkan teh dan meletakkan cangkir teh di depan Louis."Kak Louis, silakan minum."Suara kantuknya sangat lembut. Seketika, Louis teringat pada kucing di rumahnya....Ketika makan, Merlyn tidak fokus. Dia mengunyah makanan sambil menatap ponsel di sampingnya.Nesya terus memberinya isyarat."Merlyn, ambilkan makanan buat Louis, jangan cuma makan sendiri."Merlyn mengiyakan. Ketika dia mengangkat sendok saji, ponselnya berdering.Dia menatap layar ponselnya dengan gugup dan langsung bangkit."Permisi, aku angkat telepon dulu.""Merlyn, apa nggak bisa dibicarakan setelah selesai makan!"Nesya mengerutkan kening sambil menegur Merlyn. Kemudian, dia menaruh sepotong iga asam manis di piring Louis."Anak ini memang ceroboh. Setelah menikah dengan Keluarga Harson, tolong maklumi dia."Louis tidak menunjukkan emosi apa pun."Sif

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 7

    Gavin yakin Elsy tidak akan membuang hadiah darinya. Bagaimanapun, terdapat satu lemari di kamar Elsy yang berisikan hadiah dari Gavin.Ketika melihat isi lemari itu, dia cukup kaget.Dia memasukkan tangannya ke dalam saku, lalu memiringkan kepala sambil menatap Elsy dengan percaya diri.Namun detik berikutnya, Elsy mengangkat lengannya untuk melempar kedua kotak hadiah itu ke tong sampah."Buk." Gavin merasa martabat dan harga dirinya ikut terlempar ke tong sampah.Suatu amarah memenuhi hatinya."Elsy, hebat kamu. Merajuk? Oke. Siapa yang duluan ngajak baikan, dia harus menggonggong!"Setelah berkata demikian, dia menendang tong sampah dan pergi dengan penuh amarah.Elsy memandang punggungnya sambil menggelengkan kepala. Bisa-bisanya melampiaskan amarah pada tong sampah, kenapa sebelumnya dia tidak menyadari bahwa Gavin begitu kekanak-kanakan?Ketika hendak melangkah maju, Elsy mencium aroma segar dari belakang dan sepasang tangan menutupi matanya."Elsy, tebak siapa aku?"Elsy tersen

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 8

    Elsy mengabaikan sindiran Cheryl. Dia mendelik Gavin, lalu lanjut menonton film.Tak lama kemudian, Gavin kembali menendang kursinya. Elsy kesal dan langsung berbalik."Gavin, kamu sengaja?"Saking marahnya, Elsy tidak mengendalikan suaranya. Orang-orang di sekitar menatapnya dengan kesal dan wajahnya pun memerah.Gavin mengangkat alis ke arahnya sambil berkata dengan penuh maksud, "Elsy, kamu yang ajak aku bicara. Jangan lupa menggonggong.""Menggonggong? Kenapa dia harus menggonggong?"Cheryl mendengus dingin sambil bertanya pada Gavin dengan centil.Gavin mencubit dagu Cheryl.Dia berkata dengan bangga, "Karena ada yang melanggar peraturan."Mendengar percakapan mereka, amarah Elsy membara. Saat ini, layar ponselnya menyala, ibunya mengirimkan pesan."Elsy, kalau sudah melihat pesan, segera telepon Ibu. Ada urusan penting."Elsy mengerutkan kening, suatu firasat buruk muncul di hatinya. Dia berpamitan dengan Jason, lalu keluar dari studio.Begitu Elsy menelepon, ibunya langsung menj

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 9

    Ucapan Elsy bagaikan sambaran petir.Nesya menentang."Elsy, jangan asal berbicara. Kamu belum cukup umur!"Elsy memandang semua orang dengan serius."Beberapa waktu yang lalu, aku genap dua puluh tahun dan sudah cukup umur buat menikah."Timo berpikir sejenak."Nggak boleh. Nona Merlyn yang bertunangan dengan Louis, kalau tiba-tiba digantikan oleh Nona Elsy, apa yang akan dipikirkan orang luar?"Setelah dipikir-pikir, Timo tidak menyetujui usulan ini."Menurutku, sebaiknya Pak Darwis segera temukan Nona Merlyn."Melihat semua orang menentang usulannya, Elsy agak panik. Dia menaruh semua harapannya pada Louis yang belum mengutarakan pendapat."Kak Louis, bagaimana menurutmu? Kalau kamu setuju, kita langsung pergi daftarkan pernikahan, nggak bakal ada kejadian berubah pikiran."Mata semua orang tertuju pada Louis. Louis menyesap seteguk teh, lalu perlahan-lahan meletakkan cangkir di meja. Saat ini, suatu emosi melintas di mata Louis."Bolehkah kita mengobrol berdua?"...Setengah jam ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 10

    Setelah menghibur Nesya sejenak, Elsy mengakhiri panggilan.Ketika makan siang bersama Helen, Gavin membawa nampan dan duduk di depan mereka.Helen mengerutkan kening."Hei, bukannya ini si berengsek Gavin? Kok hari ini punya waktu datang ke kantin? Nggak temani pacarmu?"Gavin melirik Elsy, nada bicaranya sangat santai."Sudah putus.""Pu ... putus?"Helen hampir menyemburkan sup di mulutnya. Mengingat taruhan semalam, dia menjadi sangat bersemangat.Dia diam-diam mengamati Elsy yang sedang makan dengan serius."Elsy, kamu dengar? Si berengsek Gavin bilang dia ...."Elsy mengangkat kepalanya dengan acuh tak acuh."Nggak perlu diulangi, aku punya telinga."Helen tersedak, dia menatap Gavin."Gavin, kalian pacaran nggak sampai dua bulan, 'kan? Kok cepat sekali putusnya?"Gavin menyilangkan kakinya sambil berkata dengan penuh maksud."Apa boleh buat? Elsy nggak suka mantanku."Helen diam-diam melirik Elsy."Kamu yang pacaran, apa hubungannya dengan Elsy?"Gavin mengerutkan bibirnya denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 11

    Elsy tercengang.Jantungnya berdebar kencang, dia pun terbata-bata."Bolehkah ditunda? Aku belum siap tinggal bersamamu."Seiring berbicara, suaranya menjadi makin pelan dan kepalanya pun tertunduk.Dari sudut pandang Louis, Louis melihat pipi dan ujung telinganya memerah serta bulu matanya yang lentik bergetar, seperti seekor kupu-kupu yang sedang mengepakkan sayap."Berapa lama?"Louis berbicara dengan suara berat.Elsy mengangkat kepalanya dengan heran. Dia tampak agak kebingungan.Louis menarik kerah bajunya, jakunnya berguling ke bawah."Mau tunda berapa lama?"Elsy menggigit bibirnya sehingga bibirnya pun memerah."Setidaknya sampai semester ini berakhir. Aku nggak mungkin tiba-tiba pindah dari asrama."Louis mengerti."Kamu berencana sembunyikan pernikahan kita?"Elsy segera menjelaskan."Nggak, aku cuma mau hindari masalah. Mahasiswa suka bergosip."Louis setuju."Kalau begitu, pindahlah dari asrama setelah semester ini berakhir. Tapi, setiap libur, aku berharap kamu pulang ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 12

    Mata Louis berubah gelap."Kamu panggil apa?"Elsy tersadar, wajahnya sontak memerah."Maaf, sudah terbiasa."Louis mengiakan, matanya tertuju pada pipi Elsy yang memerah."Jangan salah panggil lagi."Setelah Louis melepaskannya, Elsy pun lega dan langsung melarikan diri.Hari ini, dia mengenakan gaun berwarna putih dan berkucir kuda. Dipadukan dengan buket bunga di tangannya, dia tampak seperti peri yang tersesat ke dunia.Louis mengetukkan jarinya ke arah jendela dengan penuh maksud, lalu mengalihkan pandangannya."Bagaimana keadaan Apartemen Nuansa?"Jeff Galio, asisten Louis yang duduk di kursi penumpang sedikit memiringkan kepalanya."Sudah beres, bisa ditempati kapan saja."Louis mengangguk."Siapkan kebutuhan wanita, termasuk pakaian musiman dan lain sebagainya."Jeff berpikir sejenak."Buat Nyonya?"Louis melepas kacamatanya dan mengusap pangkal hidungnya."Apa ada wanita lain di sekitarku?"Jeff mengalihkan pandangannya. Benar, Apartemen Nuansa terletak di dekat Universitas Ar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 13

    Saat ini, seseorang sedang marah-marah."Buk." Dia melemparkan ponselnya ke meja."Nggak mau main lagi, tim payah. Bukannya serang!"Javis Warsana mengejek Gavin."Gavin, hari ini kamu nggak fokus. Biasanya kamu nggak selemah ini."Gavin pun tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Sejak melihat Elsy kembali dengan membawa bunga, suasana hatinya sangat kacau.Wanita ini seperti tidak pernah mendapatkan bunga dari pria. Bisa-bisanya langsung memposting foto di Instagram."Javis, menurutmu, kenapa seorang pria kesal melihat seorang wanita menerima bunga dari pria lain?"Mendengar ucapan ini, Javis menarik kursi dan duduk di hadapan Gavin."Gavin, kamu diselingkuhi Cheryl?"Gavin menendang kursinya."Sialan, aku sudah lama putus dengan Cheryl, bagaimana mungkin diselingkuhi?"Javis kebingungan."Sudah putus? Kalau begitu, wanita cantik mana yang buat kamu cemburu?"Cemburu?Gavin agak tidak berdaya."Maksudmu, aku cemburu?""Ya. Kalau nggak cemburu, kenapa kamu marah melihat wanita itu m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24

Bab terbaru

  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 50

    Menghiburnya?Mata Elsy tertuju pada Louis."Bagaimana caranya?"Louis mencondongkan badannya, napasnya yang harum menyelimuti pipi Elsy. Nada bicaranya sangat lembut."Kamu masih ingat bagaimana kamu memanggilku semalam?Semalam?Semalam, dia memanggil Louis apa?Elsy mengingat dengan hati-hati. Tiba-tiba, sebuah kata melintas di benaknya. Pipinya terasa panas.Louis tahu bahwa dia sudah mengingat kata itu, nada bicaranya agak manja."Ayo, panggilah sekali lagi?"Elsy sangat malu.Dia memanggil Louis seperti itu karena pengaruh alkohol. Sekarang, dia sudah sadarkan diri. Dia tidak sanggup memanggil Louis seperti itu.Ketika dia sedang memikirkan cara untuk mengalihkan topik pembicaraan, terdengar suara mengeong dari samping kakinya.Mata Elsy bersinar, dia segera melepaskan diri dari genggaman Louis dan menggendong "si penyelamat kecil"."Hei! Tara, kapan kamu keluar?"Louis kecewa. Melihat Elsy bermain di atas karpet dengan Tara, dia sungguh tidak berdaya.Saat ini, Jeff menelepon da

  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 49

    Louis mengerutkan bibirnya."Setelah mandi, turunlah untuk sarapan."Elsy mengiakan dan berjalan menuju kamar mandi.Setelah mengunci pintu kamar mandi, Elsy memegang wajahnya sambil mengembuskan napas panjang.Gawat. Sekarang, setiap melihat Louis, dia akan teringat pada momen Louis menciumnya.Pipinya memerah, kakinya melemas, dia bahkan tidak berani bertatapan dengan Louis.Elsy curiga bahwa ini adalah gejala samping dari berciuman.Setelah menghabiskan banyak waktu di kamar mandi, dia mengambil sweter berwarna pink dan celana kain berwarna krem. Dia mengganti pakaian, lalu berkaca di depan cermin.Kemudian, dia keluar dari kamar mandi.Louis sudah menunggunya di meja makan.Elsy hendak berjalan ke kursi di seberang Louis, tetapi Louis mengisyaratkan Elsy untuk duduk di sampingnya. Nada bicaranya sangat lembut."Kemarilah, duduk di sampingku."Elsy mengiakan dan berjalan ke arah Louis.Keduanya makan dengan tenang.Louis tidak mempunyai selera makan. Setelah memakan sedikit, dia mel

  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 48

    Ketika melihat Louis, Elsy masih teringat pada ciuman itu. Dia diam-diam mencengkeram baju tidurnya."Butuh waktu buat mengeringkannya. Aku sudah ngantuk dan ingin tidur, nanti juga kering sendiri."Louis melangkah maju, lalu menariknya ke samping kasur."Tidur dengan rambut basah bisa membuatmu sakit kepala. Berbaringlah, biar kukeringkan."Elsy berbaring di kasur dan kepalanya bertumpu di kaki Louis. Begitu merasakan angin hangat yang berembus di kepalanya, dia pun tertidur....Keesokan paginya, Elsy dibangunkan oleh dering ponsel.Dia mengambil ponselnya dengan mata tertutup.Begitu panggilan tersambung, terdengar suara nyaring Helen."Ah! Elsy, gawat, gawat!"Rasa kantuk Elsy langsung menghilang, dia sedikit menjauhkan ponselnya dari telinganya."Helen, masih pagi, kenapa teriak-teriak?"Sepertinya Helen berada di jalan raya, suasana di sekitarnya agak berisik."Aku pun nggak percaya. Semalam, aku tidur dengan Jason. Tidur!"Tidur?Sekarang, Elsy sudah sepenuhnya bangun."Kalian?

  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 47

    "Maaf, aku nggak sengaja. Keningku agak keras. Dulu, waktu berlaga kepala dengan ayahku, ayahku selalu kalah."Louis tertawa pelan. Elsy yang mabuk lebih menawan dari biasanya."Kenapa tertawa? Sudah berdarah, masih tertawa."Elsy berlutut tegak agar tingginya seimbang dengan Louis yang sedang berdiri di samping kasur."Sini, kutiup."Setelah berkata demikian, dia memanyunkan bibirnya dan meniup dengan lembut. Aroma anggur pun menyebar.Jakun Louis berguling, tatapannya menjadi makin dalam.Elsy tidak menyadari perubahan Louis, dia masih meniup bibir Louis. Dia tiba-tiba diselimuti oleh suatu bayangan.Detik berikutnya, suatu hawa panas menyelimuti bibirnya. Elsy mengedipkan matanya dengan heran, dia tidak bereaksi. Tiba-tiba, sebuah tangan menarik kepalanya.Kemudian, Louis mengecup bibirnya. Suatu hawa panas mengalir di sepanjang garis bibirnya. Tubuh Elsy seolah-olah tersengat listrik, dia pusing dan melemas."Tarik napas."Louis mengingatkannya dengan suara serak. Kemudian, hawa pa

  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 46

    Mendengar ucapan ini, Elsy langsung menoleh ke arahnya. Karena terlalu kuat, Elsy makin pusing."Kenapa kamu marah?"Louis menatap Elsy dengan galak."Sebagai wanita yang sudah menikah, kamu menerima bunga dari pria lain dan minum-minum dengan pria yang ingin mengejarmu. Kalau nggak bertemu aku, mungkin dia sudah menggendongmu sampai rumah. Menurutmu, bukankah wajar kalau aku marah?"Louis berbicara dengan sangat jelas dan teratur, setiap perkataannya masuk akal.Mendengar ucapan Louis, Elsy menyingkirkan ekspresi marahnya dan nada bicaranya melembut."Kamu melihat Gavin memberiku bunga?"Melihat Louis menatapnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Elsy makin merasa bersalah. Dia memanyunkan bibirnya."Aku bisa jelaskan ...."Louis sudah mempersiapkan diri."Kalau begitu, jelaskan."Elsy mengusap pelipisnya. Karena mabuk, suaranya agak lembut."Tapi, sekarang aku sakit kepala, nggak ingin bicara. Bolehkah ditunda sampai besok?"Mendengar ucapan ini, Louis kecewa. Awalnya, dia ingin mem

  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 45

    Meskipun Elsy agak pusing, dia masih sadarkan diri. Dia pun tidak menyangka akan bertemu Louis di sini. Melihat ekspresi Louis, dia takut Louis akan menyalahkan Helen dan yang lainnya."Kami memainkan permainan, yang kalah minum. Mereka mengalah padaku dan aku minum paling sedikit, aku yang nggak kuat minum."Louis mengiakan, nada bicaranya menjadi lebih lembut."Sudah tahu nggak kuat minum, masih saja minum sebanyak itu.""Ayo, kuantar pulang."Setelah berkata demikian, dia mengulurkan tangan untuk mengambil Elsy dari Gavin dan Helen.Gavin menggenggam erat lengan Elsy, dia tidak ingin menyerahkan Elsy pada Louis."Kak Louis, nggak usah repot-repot. Lagian aku juga mau pulang, aku sekalian antar Elsy pulang."Louis mengangkat kelopak matanya dan menatap Gavin selama beberapa detik. Tatapannya sangat dingin dan mencekam."Kamu juga minum, harus cari sopir pengganti. Aku nggak tenang serahkan Elsy padamu."Gavin membuka mulutnya, dia merasa ucapan Louis sungguh kasar."Kak Louis, aku tu

  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 44

    Setelah beberapa saat, Helen mendengar Jason melontarkan satu kata."Ya."Helen mengangguk bahagia. Untungnya, Jason tidak menyia-nyiakan kesempatan yang dia ciptakan."Pertanyaan kedua, apakah orang yang kamu sukai berada di sini?'Ekspresi Gavin berubah muram, dia teringat Jason pernah menonton film bersama Elsy."Helen, kuperingatkan jangan macam-macam!"Helen mengabaikannya dan terus memberikan isyarat pada Jason."Abaikan dia, jawab pertanyaanku."Mereka saling bertatapan. Wajah Jason memerah, dia tampak sangat malu."Ya."Helen diam-diam berseru dalam hati, seolah-olah dirinya berhasil menjalankan misi."Kalau begitu, apa orang yang kamu sukai adalah Elsy?"Katakan ya! Cepat!Helen menatap Jason dengan penuh harapan. Kalau sekarang dia tidak menyatakan cinta, dia tidak memiliki kesempatan lagi!"Bukan."Bukan?Ekspresi Helen membeku, dia hampir terjatuh ke lantai. Dia berusaha keras menciptakan kesempatan buat Jason, alhasil, Jason takut? Menyerah?Sulit dipercaya!Melihat Jason

  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 43

    Meskipun Elsy terlihat tidak senang, Elsy tetap menerima bunga darinya. Dalam sekejap, Gavin tersenyum cerah. Sepertinya usahanya dalam beberapa hari ini tidak sia-sia.Setelah mereka memasuki restoran, sebuah Maybach yang terparkir tidak jauh menurunkan kaca jendela. Terlihat sebuah wajah dingin.Tak lama kemudian, Louis memalingkan wajah dan memasukkan sebatang rokok ke mulutnya. Dia memiringkan kepala sambil mengisap rokok itu.Jeff duduk di kursi penumpang dengan tenang, dia tidak berani mengeluarkan sedikit pun suara. Seketika, suhu di dalam mobil seolah-olah menurun drastis. Dia mengintip Louis melalui kaca spion sambil menelan air liur."Pak Louis, Pak Lonel sudah tiba sepuluh menit yang lalu. Kita mau masuk sekarang atau ...."Louis mengisap rokok, lalu mengembuskan asap rokok secara perlahan-lahan."Sepertinya belakangan ini Keluarga Lorenzo agak santai. Selidiki bisnis mereka, carikan kesibukan buat mereka."Jeff mengangguk, dia teringat akan adegan Gavin memberikan hadiah pa

  • Terjebak Asmara dengan Calon Kakak Ipar   Bab 42

    Ketika Elsy dan Helen tiba di restoran, Jason sudah tiba.Dia berdiri di depan pintu restoran dengan mengenakan kaus berwarna krem dan celana jin berwarna biru. Didukung dengan parasnya yang tampan, keberadaannya sangat menarik perhatian.Saat Elsy dan Helen hendak menghampiri Jason, dua gadis berpakaian seksi sedang berbicara dengannya."Kak, kamu terlihat seperti calon pacarku. Bolehkah kita bertukar kontak?"Jason tidak menyangka kedua gadis itu akan begitu terus terang, dia mundur dua langkah."Maaf, aku sudah menyukai orang lain.""Apa hubungannya denganku? Kamu menyukai orang lain, bukan berarti aku nggak boleh menyukaimu. Aku nggak keberatan."Gadis itu sangat kukuh. Jason yang lugu pun tidak berdaya.Emosi Helen terpancing, dia bergegas maju untuk melindungi Jason."Dik, berapa umurmu? Sudah selesai kerjakan PR?"Gadis yang menggoda Jason itu memanyunkan bibir."Bibi, siapa kamu? Kok tiba-tiba muncul?"Helen hampir memuntahkan seteguk darah. Bibi?"Aku? Tentu saja, aku adalah .

DMCA.com Protection Status