Share

Lelaki Penuntas Hasrat

Penulis: Nay Dinanti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Ayu nggak bisa dansa. Abang sama yang lain aja," tolaknya.

Dahi Bian sontak berkerut. "Apa? Dansa dengan yang lain? Apa maksudmu bicara begitu?"

"Eng ... Maksudnya Ayu nggak bisa—"

Lagi-lagi Ayu tak dapat berbuat banyak ketika tanpa aba-aba Bian langsung menarik tangannya menuju lantai dansa.

Dengan sigap Bian mengatur posisi. Satu jemari Masayu berada dalam genggamannya, sementara jemari yang lain diletakkan di atas dada. Hanya dengan satu sentakan di pinggang rampingnya, Bian berhasil membuat tubuh istrinya itu menempel ke tubuhnya.

Meski awalnya sulit, Masayu akhirnya bisa mengikuti gerakan Bian. Keduanya bergerak senada di bawah iringan musik yang mengalun pelan.

Keduanya saling menatap dalam suasana temaram.

'Kamu memang hebat, Bian!' bisik hati Masayu.

Pria itu lantas tertawa kecil. Seolah dapat membaca pikiran istrinya dia lalu berucap, "Apa yang kamu pikirkan, Masayu?"

Masayu membalas dengan senyuman samar. "Yang jelas tidak seperti yang Anda pikirkan!"

Wow! Entah keberanian dari mana dia dapat berkata seperti itu. Bian pun sontak terkejut. Namun, sedetik kemudian pria itu terbahak.

Keduanya masih terus berdansa. Bian lalu mendekatkan wajahnya. Namun, dengan cepat Masayu menghindar, mencoba menghalau aroma alkohol yang tercium dari mulut pria itu.

"Untuk apa? Apa ini bagian dari 'alur' juga?" sindir Masayu.

Bian sengaja tidak menjawab. Dirinya merasa kecewa karena gadis itu sudah menolaknya. Namun hanya sebentar. Seakan semesta pun mendukungnya, lampu tiba-tiba padam, dan Bian tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Disambarnya bibir Masayu kemudian melumatnya dengan lembut.

Bian mengunci ke belakang kedua tangan Masayu yang sibuk meronta. Sedang tangan yang satu ia gunakan untuk menahan kepala gadis itu. Bian tak ingin disebut jahat, tapi tindakannya seolah-olah hendak memerkosa.

Hingga kemudian dia teringat jika istrinya memiliki phobia dalam kegelapan. Bian segera melepaskan pagutannya, bersamaan dengan lampu yang kembali menyala.

Ia lalu memasukkan tubuh yang lemah itu ke dalam pelukannya, membiarkan tangisnya pecah untuk waktu yang lama.

Bian mempererat pelukannya, mengusap lembut rambut hitam yang tergerai sampai ke punggung. Saat tangis gadis itu mulai reda, Bian lantas menenggelamkan wajahnya pada bahu putih yang terbuka, serta menghirup aroma wangi menenangkan dari tubuh istrinya.

Masayu merasa geli, terlebih ketika Bian menggeser wajah hingga menyentuh lehernya. Ia sontak memejamkan mata dan menggigit bibir, menahan agar jangan sampai terlena.

"Ayu ngantuk, Bang," bisiknya dengan suara parau.

Serta-merta Bian melepaskan pelukannya. Mengusap lembut wajah istrinya dengan kedua tangannya.

"Tidurlah lebih dulu. Biar Erik yang mengantarmu ke kamar," ujarnya sembari memainkan anak rambut yang berbaris rapi di dahi Masayu.

Gadis itu mengangguk.

Jika biasanya Bian memperlakukannya layaknya jalan tol, maka malam ini Bian berhasil membuat hatinya bak roller coaster, terkadang berdesir, sesaat kemudian ia merasakan nyeri, dan sekarang berubah jadi kembang-kempis.

Masih ada beberapa pasangan yang berdansa, Bian lantas menuntun Masayu ke tepi. Dari tempatnya berdiri, Bian lalu memberi kode pada ajudan yang terus mengawasinya dari jauh.

Erik bergegas menemui bosnya.

Bian tampak berbisik di telinga Erik, ajudannya itu lalu menganggukkan kepala.

"Setelah itu tolong antarkan Masayu ke kamarnya," titahnya.

"Baik, Tuan!"

Bian menoleh pada Masayu yang terus memijit pelipisnya.

"Tunggu sebentar. Erik sedang mengambilkan obatnya."

Masayu hanya mengangguk.

Tak lama kemudian, Erik kembali dengan membawa pesanan Bian.

Bian lantas meminumkan beberapa pil ke dalam mulut Masayu hingga gadis itu menelannya.

"Nanti aku menyusul. Kamu duluan saja," ujarnya pada Masayu. "Rik, tolong antarkan, ya!" Sekali lagi dia berpesan pada ajudannya.

"Silakan ikuti saya, Nona!"

Masayu lalu berjalan di belakang Erik. Menyusuri lorong panjang berisi kamar-kamar. Hingga akhirnya langkah mereka berhenti pada satu kamar yang letaknya paling ujung.

"Silakan masuk, Nona!" Erik mempersilakan setelah membuka sedikit pintunya.

"Terima kasih, Erik! Oh, iya. Kira-kira jam berapa suami saya menyusul ke mari?" tanyanya sebelum ajudan suaminya itu pergi.

"Kalau itu saya kurang tau, Nona!"

Masayu manggut-manggut. Sekilas tubuhnya merasakan sesuatu yang tidak nyaman. Namun, ia segera menepisnya. Saat Erik pergi, Masayu pun masuk ke dalam kamar, tak sabar ingin segera membaringkan tubuhnya yang sudah lelah.

Akan tetapi, matanya tiba-tiba menangkap sesuatu yang terdapat di atas ranjang. Bergegas ia ke sana ingin melihat lebih jelas.

Masayu segera meraih lingerie berwarna merah yang kini tengah tergeletak. Seketika ia teringat sesuatu.

"Ini, kan, lingerie yang ada di kopernya Bang Bian waktu itu," gumamnya. Namun, sedetik kemudian ia berubah jadi tersipu.

"Astaga! Jadi, lingerie ini buat aku? Bang Bian udah menyiapkan semuanya untukku? Ya ampun, aku sampai berpikir yang nggak-nggak waktu itu. Ah, Bang Bian ternyata romantis juga orangnya." Masayu kembali bergumam sembari senyum-senyum sendiri.

Tak perlu menunggu lama, Masayu bergegas melepas gaunnya dan menggantinya dengan lingerie tersebut.

Bibirnya lagi-lagi tersenyum ketika melihat ke meja rias di mana sederet peralatan make'up sudah tersedia di sana. Sungguh di luar prediksi Masayu. Bian ternyata sudah menyiapkannya dengan sangat matang.

Masayu sengaja tidak menghapus make'up di wajahnya, melainkan ia memperbaiki seperlunya. Rambutnya yang tergerai ia gulung ke atas, sengaja memamerkan leher putih jenjangnya yang dihiasi anak-anak rambut. Tak lupa ia menyemprotkan parfum ke tubuhnya.

Masayu memutuskan berbaring saat perasaan tidak nyaman itu kembali datang. Tubuhnya mendadak panas. Ia lalu mengambil remot AC dan menaikkan suhunya.

Hanya sebentar suhu dari pendingin ruangan itu mampu meredakan hawa panas di tubuhnya. Tak berapa lama Masayu kembali merasa kegerahan, padahal ia kini hampir tidak mengenakan baju.

Suaminya yang ditunggu-tunggu belum juga datang. Saat ini Masayu merasa sangat gelisah sekali. Lebih-lebih ia merasakan kedutan di area kewanitaannya.

Ia kemudian teringat pernah merasakan hal yang sama seperti ini juga, tapi itu dulu ketika dirinya masih jadi pengantin baru. Hingga ia dikunci oleh suaminya di dalam kamar mandi. Entah kenapa bisa terulang lagi sekarang. Masayu sungguh tidak paham. Dan berpikir kalau dirinya tengah menderita penyakit aneh.

Masayu kini menggelinjang di atas ranjang. Menggigit bibir dan tangannya mulai menggerayangi tubuhnya sendiri. Pikirannya mulai menghayal yang tidak-tidak. Membayangkan seseorang bermain di atasnya. Membuatnya terlena, hingga berhasil menuntaskan hasratnya.

Dia ingin orang itu adalah suaminya sendiri.

Dan bukan orang ini ...

"Aaahhhh!!" Masayu seketika menjerit melihat seseorang di atas tubuhnya. Dengan sekuat tenaga Masayu meronta di bawah kungkungan lelaki itu.

"Kebetulan sekali kamu di sini, Sayangku Masayu ...!" ujar pria itu, semakin membuat Masayu takut.

Belum lagi, kini pria itu semakin mendekatkan wajahnya dan berusaha mencium dirinya. "Aahh, tidak! Lepaskan aku, Arjuna! Tidak! Jangan ... aku tidak mau!" 

Di sisa kesadarannya ia terus meronta dan meronta. Dirinya merasa heran karena seingatnya pintu sudah ia kunci, tapi kenapa Arjuna bisa masuk ke sini? Sungguh Masayu tak habis pikir.

Dan Bian ...

Masayu berharap agar suaminya itu segera datang untuk menolongnya.

"Bang ... tolong Ayu, Bang. Tolooongg ...!" 

rintihnya lemah hampir tak terdengar. Hingga akhirnya Masayu pasrah ketika dirasa perlawanannya sia-sia.

Setelahnya, Masayu pun kehilangan kesadarannya.

Bab terkait

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Misteri Semalam

    Dengan sekuat tenaga Masayu meronta di bawah kungkungan Arjuna. "Kebetulan sekali kamu di sini, Sayangku Masayu ...! "Aahh, tidak! Lepaskan aku, Arjuna! Tidak! Jangan ... aku tidak mau!" pekiknya parau ketika pria itu berusaha mencium wajahnya. Di sisa kesadarannya ia terus meronta dan meronta. Dirinya merasa heran karena seingatnya pintu sudah ia kunci, tapi kenapa Arjuna bisa masuk ke sini? Sungguh Masayu tak habis pikir.Dan Bian ...Masayu berharap agar suaminya itu segera datang untuk menolongnya."Bang ... tolong Ayu, Bang. Tolooongg ...!" rintihnya lemah hampir tak terdengar. Hingga akhirnya Masayu pasrah ketika dirasa perlawanannya sia-sia.Setelahnya, Masayu pun pingsan.***Ayu terjaga ketika sinar matahari yang masuk melalui celah jendela mengganggu tidurnya. Sepasang netranya sontak menyipit karena silau. Ia merasa sekujur badannya pegal dan tulang-tulangnya seolah patah.Hingga kemudian dia baru sadar jika sedang berbaring di kamarnya sendiri.Kamarnya sendiri?Bagaima

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Peringatan Hari Kematian

    "Bagus, kan, Masayu?" tanya Herlina tiba-tiba."I-iya, Ma. Bagus." Entah foto mana yang dimaksud ibu mertuanya bagus, fotonya dengan Bian, atau foto perempuan itu?Tidak ada satu pun yang menyinggung perihal semalam, tak ada pula yang bertanya apapun tentang dirinya. Harusnya Masayu merasa lega. Namun, rasa ingin tahu yang tinggi seolah tak dapat ditutupi lagi.Masayu akhirnya memberanikan diri bertanya, saat ibu mertuanya itu sibuk membolak-balik lembaran album."Ma, Ayu boleh nanya sesuatu gak?""Boleh, mau nanya apa, Sayang?" sahut Herlina tanpa menoleh. "Semalam, siapa yang bawa Masayu pulang?" Bukannya menjawab, Herlina malah saling melempar pandang dengan Helen. Masayu tak sabar menunggu jawabannya."Bukannya kamu pulang dengan Bian semalam?" Herlina malah balik bertanya. Apa?Alis Masayu sontak menyatu. Dirinya benar-benar bingung mendengar pernyataan ibu mertuanya. "Masayu? Kau kenapa?" Herlina menatap Masayu lekat-lekat."Ah, ng-gak pa-pa, Ma. Ayu ... mungkin karena cuac

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Bian Pulang

    "Masayu, kamu jaga diri baik-baik di rumah, ya? Titip anak-anak. Kemungkinan Bian besok baru pulang." Dari jendela kaca mobil, Herlina berpesan. Masayu yang berdiri di sebelahnya kemudian mengangguk."Baik, Ma. Masayu pasti akan jaga anak-anak. Mama hati-hati di sana, dan selalu jaga kesehatan." Herlina kemudian berbisik padanya, "Oh, iya, Masayu. Jangan lupa untuk memakai pakaian 'dinas' kalau Bian pulang nanti."Masayu menyambut perkataan sang mertua dengan senyum malu di bibirnya. "Yu, saya sama anak-anak pamit dulu. Kapan-kapan kita jumpa lagi, ya?" Helen yang duduk di sebelah ibunya turut berpamitan."Iya, Kak. Salam untuk keluarga Kak Helen di sana, ya. Hati-hati semuanya." Masayu melambaikan tangan melepas kepergian kakak-kakak iparnya itu pulang ke Amerika. Sementara sang ibu mertua sengaja meminta ikut sebab ingin liburan di sana. "Yu, Masayu!" Tiba-tiba Bi Ijah memanggil dari dalam rumah."Iya, Bi. Ada apa?" sahutnya sambil bergegas menghampiri asisten rumah tangganya i

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Tahi Lalat di Pinggul

    Hening. Sekujur tubuh Masayu sedikit gemetar mendapat tatapan tajam dari sang suami."Ini apa?!" Setengah membentak Bian bertanya lagi, menyebabkan gadis di depannya tersentak dan menjawab cepat,"Bukan apa-apa, Bang. Ini ... ini cuma luka bekas digaruk aja.""Luka digaruk sampai semuanya begini?" Masayu mengangguk, bola matanya tak lepas menatap sang suami, salah satu trik agar pria itu mau percaya. Sepertinya Masayu salah memahami jika Bian bukanlah pria yang mudah dibodohi."Sebanyak itu nyamuk di rumahku?Masayu menelan ludah meski sesuatu terasa mencekat lehernya. Dia ingin secepatnya keluar dari kamar ini, kembali ke kamarnya dan segera tidur. Bukan didakwa seperti ini. "Jawab!""Bukan karena nyamuk, Bang. Ayu ... Ayu hanya merasa gatal, nggak tau kenapa," jawabnya setelah mendapat jawaban yang menurutnya tepat."Lalu menangis?""Ha?" Ayu sontak mendongak. Tak paham dengan pertanyaan suaminya."Habis nangisin apa sampai matamu bengkak seperti ini?" Masayu seketika termangu k

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Dugaan Hamil

    Masayu seketika teringat, kemungkinan malam itu yang mengganti lingerienya dengan baju tidur adalah suaminya. Oleh sebab itu, Masayu memilih untuk tidak membahasnya.Ia pun kembali fokus pada aktifitasnya. "Kamu tidak marah aku sudah lihat semuanya?" Bian menggodanya. "Nggak," sahut Ayu singkat. Lalu balik bertanya, "Abang tumben ke kamar Ayu. Mau ngapain?" "Kata Bi Ijah, kamu seharian nggak keluar kamar. Kenapa?"Ayu cuma lagi pingin di kamar aja. Tapi, anak-anak udah Ayu titipin sama Desi, kok," sahut Masayu sedikit merasa aneh karena akhir-akhir ini Bian jadi perhatian padanya. "Anak-anak, sih, nggak masalah. Yang jadi masalah itu kamu, karena seharian nggak makan. Iya, kan?"Berdesir hati Masayu."Habis ini Ayu makan, kok. Tapi, Abang bisa keluar dulu, nggak? Ayu mau ganti baju.""Kalau aku bilang tidak bisa, gimana?" goda Bian lagi. Sengaja membuat jantung Masayu makin berdebar-debar.Akhirnya Masayu mengalah. Sambil berselimut dia berjalan ke lemari, membukanya, dan sontak m

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Bab 17

    Seluruh persendian di tubuhnya seakan lepas, Masayu kian lunglai. Apalagi setelah melihat wajah mantan istrinya di TV. Gita, putri kecil yang usianya baru lima tahun itu kini menangis usai dibentak papanya. Tubuh mungilnya meringkuk di samping sofa ruang keluarga. Bian lantas mengusap kasar wajahnya. Makan malam yang seharusnya jadi momen berkumpul bersama keluarga setelah lelah seharian bekerja, seketika jadi berantakan. Bi Ijah datang dan membawa Genta pergi dari ruang makan. Masayu kemudian bangkit dan menghampiri Gita, lalu membawanya masuk ke dalam kamar. Cukup lama Masayu mendiamkan tangis gadis kecil itu, hingga akhirnya Gita terlelap dalam pelukannya karena kelelahan menangis.Pintu kamar tiba-tiba terbuka, Masayu pura-pura memejamkan matanya ketika Bian masuk. Cukup lama pria itu berdiri di sebelahnya, hingga kemudian Masayu mendengar langkahnya meninggalkan kamar dan kembali menutup pintu.Hampir tengah malam, dan Genta pun sudah tidur sejak tadi di ranjangnya yang bersebe

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Udang di Balik Batu

    "Eh, ada Nona di sini. Selamat siang, Nona Masayu?" sapa Erik seraya mengangguk ramah.Masayu balas mengangguk walaupun dahinya masih berkerut, pertanda masih memikirkan maksud perkataan Erik barusan. Target apa yang dimaksud? Kenapa perkataannya seperti di film-film action yang sesekali ia tonton? Apakah suaminya itu sebenarnya seorang mafia berkedok pengusaha?"Sudah makan, Rik?" tanya Bian."Belum, Tuan.""Pantes. Makan dulu sana biar nggak ngelantur kalau ngomong.""Siap, Tuan. Saya permisi dulu. Maaf sudah mengganggu kesenangan Tuan dan Nona Masayu.""Hmm, ya, ya." Bian mengibaskan tangan menyuruh Erik pergi. Kemudian ia berkata pada Masayu, "Istirahatlah, jangan berpikir macam-macam dulu."Masayu mengangguk. "Ayu izin tidur di sini dulu, Bang. Nanti jam dua tolong bangunin, ya? Soalnya Genta ada les Mandarin jam 3 nanti."Bian hanya mengangguk.Masayu merebahkan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Bukan hanya tubuh, melainkan pikirannya jauh lebih lelah. Memikirkan masalah yang m

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Janji Temu

    "Rik, mampir ke restauran. Kita makan dulu." "Baik, Tuan."Masayu menoleh dan kedua matanya mengerjap pelan memandang sang suami."Kenapa?" tanya Bian."Ayu nggak pede dengan penampilan begini, Bang. Makan di rumah aja, ya?" ucapnya memelas sambil memandangi jas yang melingkar di pinggangnya."Sayangnya aku udah janji sama pemiliknya untuk makan malam di sana. Nggak enak kalau dibatalin. Kalau kamu merasa nggak nyaman, duduk di mobil saja."Masayu terdiam. Entah mengapa dia merasa ucapan Bian sangat datar dan dingin. Padahal beberapa menit yang lalu sikapnya tampak lunak dan sedikit manis. Apa karena mentang-mentang sudah menjelaskan bahwa dia tidak ada hubungan apapun dengan mantan istrinya sehingga sikapnya kembali ke setelan pabrik? Masayu kembali menyandarkan kepala dan menatap lalu-lalang kendaraan melalui kaca jendela di sebelahnya. Mobil berhenti di depan restauran yang terkenal mewah di kota itu. Bian melepas sabuk pengaman, membuka pintu dan turun dari mobilnya. Sedangkan

Bab terbaru

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Ayahmu

    Masayu menatap nanar wajah suaminya yang masih terlelap. Wajah tampan itu tidak lagi pucat. Hanya saja perkataan Nenek Rose masih terus terngiang di telinganya. Ia pun menarik napas dan mulai membatin. Sebenarnya peristiwa kelam apa yang pernah dialami pria ini? Saat pikirannya sedang berkecamuk, mendadak ponselnya berbunyi. Dia menatap layar dan melihat deretan nomor baru yang bergerak-gerak. Tanpa merasa ragu, Masayu pun mengangkatnya. "Halo ....""Ayu ... tolong Ayah, Yu. Ayah sekarang ada di sel." Suara sang Ayah terdengar meratap. Masayu tercengang. Namun, itu hanya sesaat. Sebab dia sendiri sudah memperkirakan hal ini bakal terjadi. Cepat atau lambat, polisi pasti akan menemukan Marwan kembali. "Pasti Bian si*lan itu yang udah mengadu ke polisi!" maki ayahnya. Hati Masayu sontak merasa panas. Dia segera menyingkir dari tempat itu dan berdiri di balkon. Kemudian membantah ucapan ayahnya, "Apa maksud Ayah? Jangan sembarangan menuduh. Bang Bian nggak mungkin seperti itu. Dia

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Kemarahan Nenek Rose

    Masayu sedang dalam kondisi banjir peluh ketika mobil yang ditumpangi ibu mertuanya memasuki halaman rumah. Dia bergegas meletakkan gagang pel dan berjalan untuk membukakan pintu. Saat ini, tenaganya bahkan telah terkuras habis untuk membuka pintu yang ukurannya bak raksasa tersebut."Masayu??!" Herlina tampak terkejut saat melihat Masayu yang baru saja melebarkan pintu dengan wajah tampak lemah, letih, dan lesu akibat kelelahan."Kamu mengerjakan ini semua?!" tanya Herlina lagi. Masayu mengangguk tak berdaya. "Di mana Nenek?" Herlina melangkah ke dalam. "Nenek lagi di lantai atas, Ma." "Kenapa nggak telepon jasa cleaning service aja? Bisa bengek kamu bersihin rumah ini sendirian, Masayu," tegur Herlina."Nenek melarang, Ma. Katanya ini memang tugas seorang wanita. Nggak apa-apa, Ma, Masayu masih sanggup, kok."Herlina geleng-geleng kepala dan berjalan menuju ke lantai atas. Masayu melanjutkan pekerjaannya. Tidak berapa lama, dari lantai atas terdengar suara perdebatan. Makin l

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Nenek Bule

    "Astaga, astaga, astaga ...! Anak muda jaman sekarang kalau bercinta memang tidak tau tempat, ya!" Keduanya sama-sama terperanjat. Bian buru-buru membetulkan resleting celananya yang terlanjur sesak. Sementara Masayu dengan gugup merapikan blusnya yang acak-acakan lalu segera turun dari meja.Di hadapannya kini berdiri seorang nenek-nenek berwajah bule sambil membawa tongkat, tetapi nampak berwibawa. Nenek tersebut terlihat menggelengkan kepalanya berulang kali. "Nenek ...!" Bian berseru. Kemudian dia berkata kepada Masayu yang masih harus memasangkan beberapa kancing blusnya, "Masayu, dia nenekku. Ayo, kenalan dulu ...!" Masayu tersenyum gugup, lalu berjalan mendekati sang nenek. "Bian ... ini siapa? Perempuan mana lagi yang kamu permainkan? Memanganya kamu belum puas nakalnya? Bian ... itu nggak baik, kamu jangan seperti itu, ya ...?" Nenek sangat ketus berbicara seraya melirik sekilas ke arah dada Masayu yang belum sepenuhnya tertutup. "Nek ... saya Masayu, istrinya Bang Bian

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Imbalan

    "Jangan lupa kalau aku sudah menolong ayahmu. Aku juga membuat jalannya menjadi mulus. Jadi, kalau kamu keberatan melakukannya, anggap saja ini sebagai sebuah imbalan atas apa yang sudah kulakukan," ucap Bian dengan suara hampir berbisik, tetapi terdengar tajam di telinga Masayu. Di tengah kesulitannya dalam bergerak, Masayu sontak menelan ludah. "T-tapi, Bang ... Ayu masih menstruasi ...." Masayu tergagap sembari menggigit bibir bawahnya. Matanya bergerak-gerak memerhatikan raut wajah Bian di atasnya. Dan benar saja, wajah yang tadinya bersemangat itu, sebentar saja telah berubah menjadi kecewa. "Kenapa nggak bilang dari tadi?!" tanya Bian dengan nada kecewa. Setelah itu dia bangkit dari tubuh Masayu. Wanita itu hanya diam saja sembari merapikan pakaiannya yang tampak awut-awutan. "Kira-kira kapan selesainya?" Bian bertanya lagi. "Mungkin dua hari lagi," jawab Masayu. Bian lantas beranjak dari ranjang dan akan keluar kamar. Namun, baru dua langkah, tiba-tiba saja dia kembali l

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Seorang Pencuri dan Penguping

    Sesampainya di halaman rumah, Bian langsung keluar dari mobil dan lagi-lagi menutup pintunya dengan kasar. Masayu yang sabar hanya menghela napas panjang, kemudian turun dengan anggun dari mobil. Namun anehnya, rumah dalam keadaan sepi saat dia masuk. Seolah-olah, kondisi rumah yang sepi memang khusus diciptakan untuk mereka berdua.Masayu lalu pergi ke dapur. Di sana hanya ada Bian yang terlihat sedang minum sembari menatap tajam ke arahnya. Karena takut, Masayu pun membalikkan badannya menuju ke lantai atas. Siapa sangka Bian justru mengejarnya. Masayu yang tersadar seketika itu juga mempercepat langkahnya. Sesaat kemudian, terjadi aksi kejar-kejaran antara keduanya di atas loteng. Masayu berhasil masuk ke kamarnya, tetapi tidak berhasil menutup pintunya lantaran Bian dengan cepat menahannya. Keduanya kini saling mendorong pintu."Abang mau ngapain?" Masayu bertanya dengan panik. Matanya mencari-cari sesuatu agar bisa menahan pintu tersebut. Namun dia tidak mendapatkannya. Ada pun

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Gagal Unboxing

    Bian dengan telaten merawat luka bakar Masayu. Kulitnya yang putih kini tampak memerah, mungkin sebentar lagi akan melepuh. Bian lalu membalut punggung tangan Masayu menggunakan perban. "Masih sakit?" tanyanya.Masayu mengangguk dan menatap wajah Bian. Berharap pria itu mau mengucapkan sepatah kata maaf untuknya. Namun, yang tejadi malah, "Kali ini aku memaafkanmu. Tapi lain kali tidak. Jangan mengerjaiku seperti itu. Aku nggak suka!" tegas Bian sambil sekilas melirik Masayu. Mendapati Masayu tengah menatapnya begitu lama, mau tak mau Bian pun membalas tatapan teduh itu. "Ada apa??" tanya Bian kemudian.Masayu sontak tergeragap dan spontan bertanya, "Abang nggak minta maaf sama Ayu?""Maaf untuk apa??" Masayu memasang raut wajah kecewa. Rupanya, saking terlenanya menikmati wajah tampan di depannya, dia sampai tidak menyimak perkataan Bian. Pada akhirnya, Masayu menilai Bian adalah pria kaku yang tidak mempunyai rasa empati. Perlakuan Bian kepadanya barusan merupakan hal yang wajar

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Amarah Bian

    Sebelum mereka sempat melakukan aksinya, Bian sudah lebih dulu menahan tangan mereka dan memelintirnya. Suasana tampak tegang karena terjadi adu otot. Membuat Masayu menjerit berulang kali. Dengan segala kemampuannya, Bian akhirnya mampu melumpuhkan orang itu satu per satu. "Abang, cukup, Bang. Tolong hentikan ...!" pekik Masayu ketika melihat para warga yang sudah jatuh terkapar."Kamu tahan tinggal di lingkungan primitif seperti ini?? Ayo, sebaiknya kita tinggalkan tempat ini. Dasar gil4 mereka semua!!" umpat Bian seraya mengatur napasnya yang tampak ngos-ngosan. Mengeluarkan tenaga dan emosi secara bersamaan memang bukan hal yang mudah. Masayu yang pergelangan tangannya telah ditarik oleh suaminya cepat-cepat menyahut dengan berbisik, " Nggak mungkin Ayu ninggalin Ayah sendirian di sini, Bang." Sorot mata Masayu menatap suaminya dalam-dalam, seolah minta untuk dimengerti."Tapi bagaimana kalau nanti mereka berbuat macam-macam padamu? Apa perlu aku lapor polisi?"Bergegas Masayu m

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Digerebek

    Masayu tidak memungkiri jika dia sangat membenci ayahnya. Namun, apabila ayahnya diperlakukan secara kasar di depan matanya, Masayu jelas tidak terima."Kenapa Abang pukul Ayah? Kenapa? Apa salah Ayah?" Masayu berteriak memukul-mukul dada suaminya. Bian dengan santai menangkap kedua pergelangan tangan Masayu dan berkata, "Ayahmu memang harus dilumpuhkan untuk sementara. Kebanyakan bicara membuat luka tembak ayahmu akan semakin parah, bisa-bisa dia kehilangan banyak darah." Mendengar penjelasan Bian, Masayu berangsur-angsur mulai tenang. "Lalu selanjutnya bagaimana?" tanya Masayu setelah dia melepaskan diri dari Bian. "Kembalikan saja ayahmu ke penjara!" sahut Bian cuek.Masayu membeliak marah. "Bukannya tadi kita udah sepakat?" Bian kemudian mengeluarkan ponselnya, lalu berkata setelah sejenak dia menarik napas, "Sebenarnya agak susah. Tapi biar kucoba."Masayu berjongkok mendekati ayahnya ketika Bian berjalan menjauh untuk menelepon seseorang. Ekspresi wajahnya datar tatkala dia

  • Terikat Pernikahan Semu dengan Anak Majikan   Sebuah Negosiasi

    Masayu bimbang, tidak mungkin dia meminta tolong pada Bian terkait ayahnya. Selain sedang berseteru, Bian juga tahu tentang skandal pembunuhan ayahnya. Bisa-bisa dia melapor ke polisi dan mengatakan kalau ayahnya ada di sini."Nggak ... nggak mungkin, Yah. Nggak mungkin Ayu minta tolong sama Bang Bian. Lebih baik Ayah urus diri sendiri saja. Ayu nggak berani bertindak lebih lanjut karena Ayah buronan. Bisa-bisa Ayu ikut terseret ke dalam penjara!" Masayu lalu berbalik badan dan akan pergi. Namun ayahnya berteriak memanggilnya. "Ayu, tunggu! Apa kamu bilang tadi? Bian? Bian anaknya Baswara itu? Jadi, kamu menikah sama dia?"Masayu kembali menghadap ayahnya. "Iya, Yah. Ayu menikah sama dia."Marwan tampak berpikir keras. Hal itu nampak dari keningnya yang berkerut dalam. "Kenapa bisa? Ayu, kenapa bisa kamu menikah sama dia??!" Masayu agak terkejut mendengar nada bicara ayahnya yang meninggi. Kali ini gantian Masayu yang mengerutkan dahinya, kemudian bertanya heran pada Marwan, "Kenapa

DMCA.com Protection Status