"Menurutmu? Memangnya kau ada melihat orang lain di sini?" Andara malah balik bertanya dengan sebelah alis terangkat. Dia bersedekap dada sembari menatap sang lawan bicara dengan sedikit tak suka.
"Tidak ada, sih. Tapi siapa tahu saja, ada anggota keluargamu yang sedang keluar untuk bekerja atau—"
"Tidak ada," sergah Andara bahkan sebelum Fabian menyelesaikan kalimatnya. "Sebaiknya kau kembali duduk dan jangan menyentuh barang apapun. Aku akan ke dapur untuk membuatkan minum!" Andara menujuk tepat di depan pangkal hidung Fabian sehingga mata lelaki itu nampak juling karena memperhatikan jemari mungil dan lentik milik Andara.
Andara buru-buru menarik lagi jemarinya. Raut wajah si mata sipit terlihat begitu menyebalkan.
Setelah itu, Andara buru-buru memutar tubuh dan melangkah menuju dapur.
"Huh, dasar bawel. Kalau sampai aku benar memiliki pacar secerewet dia, bisa-bisa kupingku terlepas dari tepatnya," oceh Fabian sembari berjalan menuju kursi.
"Dasar sipit! Aku masih bisa mendengar ocehanmu itu!" teriak Andara yang hampir mencapai pintu dapur.
***
Malam yang dinanti akhirnya tiba. Acara kali ini diselenggarakan di ruang khusus sebuah hotel bintang lima. Beberapa jam sebelum acara dimulai para wartawan dari berbagai stasiun televisi dan media massa lainnya sudah mulai berdatangan.
Konferensi pers yang diselenggarakan oleh dua selebritis papan atas—Akila Zianasta dan Fabian Wijayatama—beserta Zelian Ardanta si pengusaha muda sukses, begitu menarik untuk diliput. Terlebih di momen itu, ketiga orang tersohor itu akan menjelaskan skandal yang beberapa hari terakhir tak menemui titik terang. Bukan hanya itu, mereka juga penasaran dengan sosok wanita yang berhasil mengait hati seorang Fabian Wijayatama yang selama ini tidak pernah terdengar menjalin hubungan dengan siapa pun.
Bukan hanya dari awak media, para fans dari kedua selebriti muda itu pun sudah sangat ramai di luar hotel. Dan yang paling terlihat riuh adalah fans Fabian yang didominasi oleh kaum hawa.
Sementara di ruang lain, Andara bergerak gelisah. Dia deg-degan bukan main. Sebab ini kali pertama dia akan disorot oleh berbagai media dan ditonton oleh khalayak ramai.
Seorang pria tiba-tiba memijat pundak Andara dari belakang dengan begitu lembut. Andara menoleh dan mendapati sosok Argio Pratama pria yang akrab disapa Gio, tetapi Andara lebih senang menyapanya Tama. Pria itu adalah sekretaris Zelian, jadi Andara sangat dekat dengannya.
"Hey, tenang jangan panik," ujar pria bertubuh kekar yang dibalut kemeja hitam tersebut. Dia tersenyum untuk menyemangati mantan kekasih bosnya tersebut.
"Aku deg-degan tau gak, sih? Ini kan pengalaman pertama aku. Aku takut nanti malah bikin kesalahan," curhatnya yang kini sudah membalik badan dan saling berhadapan dengan si pria tinggi tersebut.
"Saya yakin kamu pasti bisa, oke? Asal kamu bisa tenang pikiran kamu, jangan berpikir macam-macam. Nanti di sana kamu juga harus fokus, santai jangan terlihat tegang. Oke?" Pria itu menepuk bahu Andara dua kali. Setelah itu, dia pamit undur diri kala Zelian dan Akila telah kembali dari toilet.
Melihat kedatangan Zelian dan Akila, Cinta—manajer Fabian dan Akila—yang sedari tadi mengobrol dengan Fabian kini langsung berdiri. "Semuanya siap?" tanyanya, memastikan keempat persona itu sudah siap untuk berhadapan dengan ratusan orang yang sedang menunggu mereka di ruang konferensi.
Zelian, Fabian, dan Akila mengangguk mantap, sedangkan Andara nampak ragu, tetapi dia tetap ikut mengangguk.
"Ya, sudah, kita keluar sekarang."
Akila langsung menggandeng mesra lengan sang suami, untuk membuktikan pada orang-orang di luar bahwa mereka pasangan yang harmonis dan romantis. Sementara di belakang mereka ada Andara yang berjalan bersisian dengan Fabian, tetapi tak terlihat romantis karena kedua orang itu malah saling melirik sinis.
Cinta yang berjalan di belakang Fabian dan Andara mengembuskan napas kesal melihat kedua orang itu. "Hey, berlakulah sebagai mana pasangan. Jangan membuat rencana kalian sendiri berantakan," tegurnya.
"Ya, ya, baiklah," balas Fabian setelah itu dengan ogah-ogahan dia menggenggam jemari lentik Andara.
"Senyum," tegur Cinta lagi.
Andara dan Fabian langsung mengukir senyum lebar.
Gio menatap gemas sendiri melihat tingkah Andara dan Fabian sembari menggeleng pelan. Kemudian, dia beralih menatap sosok wanita yang tingginya hanya sebatas bahunya itu. "Apakah kita harus saling menggenggam tangan seperti Tuan Fabian dan Nona Andara?" bisiknya pelan dengan nada menggoda.
Cinta reflek memukul lengan kekar Gio. "Hey, diamlah. Jangan menggodaku seperti itu."
Akila yang mengenakan dress panjang berwarna maroon tanpa lengan berjalan begitu anggun ke dalam ruang yang telah dipenuhi oleh wartawan dan beberapa fans. Zelian yang digandengnya tak kalah mempesona malam ini dengan balutan kemeja putih dan jas hitam, celana bahan dan sepatu mengkilap senada dengan jas, wajahnya yang tampan dan mengukir senyum sopan membuat beberapa orang terpanah. Pasangan sah tersebut berjalan menuju tempat duduk yang telah disediakan.Sementara, di belakang mereka menyusul Fabian yang merangkul mesra pinggang ramping Andara. Fabian tersenyum ramah seperti biasanya, sedangkan Andara tersenyum sedikit canggung karena dia tak terbiasa berada di situasi seperti sekarang.Lampu flash di mana-mana, semua orang berlomba-lomba mengambil gambar para pasangan tersebut untuk mengabadikannya.Konferensi pers malam itu dibuka. Tak ada kalimat sapaan formal karena orang-orang yang sedari tadi menunggu kini mengajukan berbagai pertanyaan terlebih dahulu.
"Maaf," lirih pria berahang tegas sembari menyodorkan undangan pernikahan ke atas meja. Kepala tertunduk, tak kuasa melihat respon sang lawan bicara.Senyum yang tadi tersunggih di wajah Andara perlahan pudar. Dia meraih benda pipih yang disodorkan oleh sang kekasih. Dibukanya benda tersebut lalu dibacanya dengan saksama.Hancur, hatinya benar-benar hancur. Melihat nama sang kekasih bersanding dengan nama wanita lain di undangan yang didesain begitu elok.Runtuh sudah harapannya untuk membina rumah tangga dengan sang pria pujaan. Mimpi-mimpi hidup dan mempunyai anak bersama lenyap sudah entah ke mana.Air mata perlahan mengalir dari netra indah itu hingga membasahi kedua pipi. Tak ada kata yang mampu menjelaskan betapa sakitnya hati yang digores sembilu hingga hanya air matalah yang terjatuh.Jemari lentik yang berwarna kuning langsat itu kembali menutup undangan pernikahan yang didominasi warna emas dan hitam lalu kembali meletaknya ke atas
Gemercik suara lonceng yang terpasang di bagian atas pintu Cafe membuat pandangan beberapa orang yang berada di dalam langsung menoleh untuk mencari tahu siapa yang baru saja masuk atau keluar dari tempat tersebut.Andara yang saat ini tengah menjaga kasir ikut menoleh. Dia menyipitkan mata, seolah tak asing dengan dengan satu persona yang baru saja masuk dan berjalan menuju ke arahnya.Ah, dia ingat dan sangat mengenali orang itu, meskipun wajah tertutup masker hitam dan kacamata dengan warna senada serta tubuh dibaluti sweter, tak lupa kepala tertutup topi dengan rambut hitam yang menjuntai sebahu. Orang itu adalah istri dari mantan kekasihnya sekaligus seorang aktris terkenal, yaitu Akila Zianasta."Kau Andara bukan, mantan pacar suamiku?" Wanita bermasker itu bertanya dengan suara cukup pelan saat berada di depan kasir."Ya. Ada perlu apa kau mencariku hingga ke tempat kerjaku? Apa kau tak takut ketahuan dan berujung dikerubungi oleh orang-orang untuk
"Ya, bekerja sama. Kau harus berpura-pura menjadi pacar Fabian untuk menutupi skandal yang tercipta antara aku dan dia. Kalau kau bersedia, maka aku akan biarkan kau dan Mas Zelian untuk kembali menjalin hubungan tanpa ketahuan oleh orang tuanya. Kita saling menutupi hubungan gelap kita bagaimana?"Andara terdiam, mencoba memikirkan perjanjian yang cukup mengiurkan yang ditawarkan oleh Akila. Namun, kalau dipikir-pikir lagi isi perjanjian itu tidaklah baik, isinya berupa pembohongan."Bukan hanya itu keuntungan yang akan kau dapatkan jika menyetujuinya. Aku akan memberikamu uang lima puluh juta setiap bulannya untuk biaya hidupnya, banyak orang yang akan mengenalmu nantinya, kalau sedang hoki mungkin akan ada beberapa media atau stasiun televisi yang menawarkan pekerjaan padamu nantinya." Akila kembali bersuara, menambahi apa saja keuntungan lain yang didapatkan oleh Andara."Sampai kapan perjanjian ini akan terjalin?" tanya Andara. Sepertinya hatinya suda
Andara berjalan bersisian dengan sang pemilik apartemen. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya karena sebentar lagi akan bertemu dengan sang mantan tercinta.Sesampainya di ruang tengah apartemen mewah itu, Andara tak mendapati sosok yang dirindukannya. Namun, Andara berhenti melangkah saat tatapannya bertemu dengan tatapan pria berwajah tampan dengan mata sipit khasnya. Andara mengenalnya, itu Fabian Wijayatama.Andara menelan ludah dengan susah payah. Pesona Fabian benar-benar gila, wajah pria itu jauh lebih tampan jika dilihat secara langsung seperti sekarang. Kulitnya juga jauh lebih putih dari yang biasa Andara lihat di layar kaca. Gila, Fabian idaman para wanita."Jadi, ini wanita yang kamu pilih jadi pacar pura-puraku?" tanya Fabian sembari menatap Andara dari atas sampai bawah.Hal itu mampu menarik kesadaran Andara dari lamunannya.Jujur Andara sedikit risih ditatap seperti itu, ditambah ada sedikit rasa grogi karena yang menatapny
Akila menjelaskan rencana awal mereka dengan suara pelan, tetapi begitu jelas. Ketiga orang lain menatap Akila dengan saksama dengan telinga yang fokus menangkap apa yang wanita itu katakan."Mengerti?" tanya Akila di akhir perjelasnya."Mengerti," jawab tiga persona itu sembari mengangguk."Bagus. Tadi hal pertama yang kita lakukan berfoto bersama. Aku akan mengambil foto berdua terlebih dahulu dengan Mas Zelian, kalian berdua juga." Akila mengulangi kembali perkataannya beberapa menit yang lalu sembari menunjuk dirinya sendiri dan sang suami lalu beralih menunjuk Fabian dan Andara. "Barulah setelah itu kita foto berempat. Setelah itu, foto-fotonya kita posting ke instagram dengan caption simple, tapi membuat penasaran para netizen."Setelah itu, Andara dan Akila bertukar tempat duduk. Akila berdampingan dengan Zelian, sedangkan Andara dengan Fabian.Akila dan Zelian, meskipun mereka dijodohkan, tapi mereka terlihar akur padahal tak saling mencint
"Jadi, bisa jelaskan apa yang terjadi sebenarnya?" Dua wanita paruh baya yang terlihat awet muda, meskipun ada beberapa kerutan yang menghinggapi wajah. Mereka menahan Zelian dan Akila di ruang tamu."Kalian sudah terlalu lama menghindar!" Melia---Ibunda Zelian---bersedekap dada sembari menatap anak dan menantunya itu secara bergantian.Baik Zelian maupun Akila, sama-sama menarik napas dalam lalu mengembuskannya perlahan. Sesering apapun mereka menghindari pertanyaan dari orang tua, tetap saja pada akhirnya mereka harus membuka suara juga, meskipun harus berbohong."Baiklah, aku akan jelaskan sekarang," ujar Akila. Setidaknya dia tidak perlu takut lagi menjawab pertanyaan ibu dan mertunya itu. Sebab semua skenario kebohongan sudah tersusun rapi di pikirannya.Kedua wanita paruh baya itu memilih duduk kembali dan disusul oleh pasangan pengantin baru tersebut."Jadi, apa hubunganmu dengan Fabian?" tanya Mariana---Ibunda Akila."Bunda lihat, An
"Andara, kau di mana? Aku sudah muak melihat puluhan wartawan yang sedari tadi berkeliaran di sekitar cafe untuk mencarimu?"Andara menjauhkan ponsel dari telinga, suara cempreng dan melengking milik Sofia membuat gendang telinga rasanya ingin pecah."Dia perempuan, tapi kenapa tidak punya sisi kalem sama sekali? Suaranya bahkan layaknya toa," dumel Andara sembari mengelus telinga.Namun, tak ingin membuang waktu dan membuat si penelepon semakin emosi, Andara kembali mendekatkan benda canggih tersebut ke samping telinga. Dia juga sudah bersiap menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan."Aku berada di rumah sekarang, tadi aku sempat dikejar para wartawan itu saat hampir sampai di cafe, untung saja aku bisa lolos dari mereka," jawab Andara dengan degup jantung yang masih tak sepenuhnya kembali normal. Adegan kejar-kejaran antara dia dan beberapa wartawan baru terjadi beberapa menit yang lalu. Untung saja nasib baik berpihak padanya, tuka
Akila yang mengenakan dress panjang berwarna maroon tanpa lengan berjalan begitu anggun ke dalam ruang yang telah dipenuhi oleh wartawan dan beberapa fans. Zelian yang digandengnya tak kalah mempesona malam ini dengan balutan kemeja putih dan jas hitam, celana bahan dan sepatu mengkilap senada dengan jas, wajahnya yang tampan dan mengukir senyum sopan membuat beberapa orang terpanah. Pasangan sah tersebut berjalan menuju tempat duduk yang telah disediakan.Sementara, di belakang mereka menyusul Fabian yang merangkul mesra pinggang ramping Andara. Fabian tersenyum ramah seperti biasanya, sedangkan Andara tersenyum sedikit canggung karena dia tak terbiasa berada di situasi seperti sekarang.Lampu flash di mana-mana, semua orang berlomba-lomba mengambil gambar para pasangan tersebut untuk mengabadikannya.Konferensi pers malam itu dibuka. Tak ada kalimat sapaan formal karena orang-orang yang sedari tadi menunggu kini mengajukan berbagai pertanyaan terlebih dahulu.
"Menurutmu? Memangnya kau ada melihat orang lain di sini?" Andara malah balik bertanya dengan sebelah alis terangkat. Dia bersedekap dada sembari menatap sang lawan bicara dengan sedikit tak suka. "Tidak ada, sih. Tapi siapa tahu saja, ada anggota keluargamu yang sedang keluar untuk bekerja atau—" "Tidak ada," sergah Andara bahkan sebelum Fabian menyelesaikan kalimatnya. "Sebaiknya kau kembali duduk dan jangan menyentuh barang apapun. Aku akan ke dapur untuk membuatkan minum!" Andara menujuk tepat di depan pangkal hidung Fabian sehingga mata lelaki itu nampak juling karena memperhatikan jemari mungil dan lentik milik Andara. Andara buru-buru menarik lagi jemarinya. Raut wajah si mata sipit terlihat begitu menyebalkan. Setelah itu, Andara buru-buru memutar tubuh dan melangkah menuju dapur. "Huh, dasar bawel. Kalau sampai aku benar memiliki pacar secerewet dia, bisa-bisa kupingku terlepas dari tepatnya," oceh Fabian sembari berjalan menuju kursi
"Andara, kau di mana? Aku sudah muak melihat puluhan wartawan yang sedari tadi berkeliaran di sekitar cafe untuk mencarimu?"Andara menjauhkan ponsel dari telinga, suara cempreng dan melengking milik Sofia membuat gendang telinga rasanya ingin pecah."Dia perempuan, tapi kenapa tidak punya sisi kalem sama sekali? Suaranya bahkan layaknya toa," dumel Andara sembari mengelus telinga.Namun, tak ingin membuang waktu dan membuat si penelepon semakin emosi, Andara kembali mendekatkan benda canggih tersebut ke samping telinga. Dia juga sudah bersiap menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan."Aku berada di rumah sekarang, tadi aku sempat dikejar para wartawan itu saat hampir sampai di cafe, untung saja aku bisa lolos dari mereka," jawab Andara dengan degup jantung yang masih tak sepenuhnya kembali normal. Adegan kejar-kejaran antara dia dan beberapa wartawan baru terjadi beberapa menit yang lalu. Untung saja nasib baik berpihak padanya, tuka
"Jadi, bisa jelaskan apa yang terjadi sebenarnya?" Dua wanita paruh baya yang terlihat awet muda, meskipun ada beberapa kerutan yang menghinggapi wajah. Mereka menahan Zelian dan Akila di ruang tamu."Kalian sudah terlalu lama menghindar!" Melia---Ibunda Zelian---bersedekap dada sembari menatap anak dan menantunya itu secara bergantian.Baik Zelian maupun Akila, sama-sama menarik napas dalam lalu mengembuskannya perlahan. Sesering apapun mereka menghindari pertanyaan dari orang tua, tetap saja pada akhirnya mereka harus membuka suara juga, meskipun harus berbohong."Baiklah, aku akan jelaskan sekarang," ujar Akila. Setidaknya dia tidak perlu takut lagi menjawab pertanyaan ibu dan mertunya itu. Sebab semua skenario kebohongan sudah tersusun rapi di pikirannya.Kedua wanita paruh baya itu memilih duduk kembali dan disusul oleh pasangan pengantin baru tersebut."Jadi, apa hubunganmu dengan Fabian?" tanya Mariana---Ibunda Akila."Bunda lihat, An
Akila menjelaskan rencana awal mereka dengan suara pelan, tetapi begitu jelas. Ketiga orang lain menatap Akila dengan saksama dengan telinga yang fokus menangkap apa yang wanita itu katakan."Mengerti?" tanya Akila di akhir perjelasnya."Mengerti," jawab tiga persona itu sembari mengangguk."Bagus. Tadi hal pertama yang kita lakukan berfoto bersama. Aku akan mengambil foto berdua terlebih dahulu dengan Mas Zelian, kalian berdua juga." Akila mengulangi kembali perkataannya beberapa menit yang lalu sembari menunjuk dirinya sendiri dan sang suami lalu beralih menunjuk Fabian dan Andara. "Barulah setelah itu kita foto berempat. Setelah itu, foto-fotonya kita posting ke instagram dengan caption simple, tapi membuat penasaran para netizen."Setelah itu, Andara dan Akila bertukar tempat duduk. Akila berdampingan dengan Zelian, sedangkan Andara dengan Fabian.Akila dan Zelian, meskipun mereka dijodohkan, tapi mereka terlihar akur padahal tak saling mencint
Andara berjalan bersisian dengan sang pemilik apartemen. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya karena sebentar lagi akan bertemu dengan sang mantan tercinta.Sesampainya di ruang tengah apartemen mewah itu, Andara tak mendapati sosok yang dirindukannya. Namun, Andara berhenti melangkah saat tatapannya bertemu dengan tatapan pria berwajah tampan dengan mata sipit khasnya. Andara mengenalnya, itu Fabian Wijayatama.Andara menelan ludah dengan susah payah. Pesona Fabian benar-benar gila, wajah pria itu jauh lebih tampan jika dilihat secara langsung seperti sekarang. Kulitnya juga jauh lebih putih dari yang biasa Andara lihat di layar kaca. Gila, Fabian idaman para wanita."Jadi, ini wanita yang kamu pilih jadi pacar pura-puraku?" tanya Fabian sembari menatap Andara dari atas sampai bawah.Hal itu mampu menarik kesadaran Andara dari lamunannya.Jujur Andara sedikit risih ditatap seperti itu, ditambah ada sedikit rasa grogi karena yang menatapny
"Ya, bekerja sama. Kau harus berpura-pura menjadi pacar Fabian untuk menutupi skandal yang tercipta antara aku dan dia. Kalau kau bersedia, maka aku akan biarkan kau dan Mas Zelian untuk kembali menjalin hubungan tanpa ketahuan oleh orang tuanya. Kita saling menutupi hubungan gelap kita bagaimana?"Andara terdiam, mencoba memikirkan perjanjian yang cukup mengiurkan yang ditawarkan oleh Akila. Namun, kalau dipikir-pikir lagi isi perjanjian itu tidaklah baik, isinya berupa pembohongan."Bukan hanya itu keuntungan yang akan kau dapatkan jika menyetujuinya. Aku akan memberikamu uang lima puluh juta setiap bulannya untuk biaya hidupnya, banyak orang yang akan mengenalmu nantinya, kalau sedang hoki mungkin akan ada beberapa media atau stasiun televisi yang menawarkan pekerjaan padamu nantinya." Akila kembali bersuara, menambahi apa saja keuntungan lain yang didapatkan oleh Andara."Sampai kapan perjanjian ini akan terjalin?" tanya Andara. Sepertinya hatinya suda
Gemercik suara lonceng yang terpasang di bagian atas pintu Cafe membuat pandangan beberapa orang yang berada di dalam langsung menoleh untuk mencari tahu siapa yang baru saja masuk atau keluar dari tempat tersebut.Andara yang saat ini tengah menjaga kasir ikut menoleh. Dia menyipitkan mata, seolah tak asing dengan dengan satu persona yang baru saja masuk dan berjalan menuju ke arahnya.Ah, dia ingat dan sangat mengenali orang itu, meskipun wajah tertutup masker hitam dan kacamata dengan warna senada serta tubuh dibaluti sweter, tak lupa kepala tertutup topi dengan rambut hitam yang menjuntai sebahu. Orang itu adalah istri dari mantan kekasihnya sekaligus seorang aktris terkenal, yaitu Akila Zianasta."Kau Andara bukan, mantan pacar suamiku?" Wanita bermasker itu bertanya dengan suara cukup pelan saat berada di depan kasir."Ya. Ada perlu apa kau mencariku hingga ke tempat kerjaku? Apa kau tak takut ketahuan dan berujung dikerubungi oleh orang-orang untuk
"Maaf," lirih pria berahang tegas sembari menyodorkan undangan pernikahan ke atas meja. Kepala tertunduk, tak kuasa melihat respon sang lawan bicara.Senyum yang tadi tersunggih di wajah Andara perlahan pudar. Dia meraih benda pipih yang disodorkan oleh sang kekasih. Dibukanya benda tersebut lalu dibacanya dengan saksama.Hancur, hatinya benar-benar hancur. Melihat nama sang kekasih bersanding dengan nama wanita lain di undangan yang didesain begitu elok.Runtuh sudah harapannya untuk membina rumah tangga dengan sang pria pujaan. Mimpi-mimpi hidup dan mempunyai anak bersama lenyap sudah entah ke mana.Air mata perlahan mengalir dari netra indah itu hingga membasahi kedua pipi. Tak ada kata yang mampu menjelaskan betapa sakitnya hati yang digores sembilu hingga hanya air matalah yang terjatuh.Jemari lentik yang berwarna kuning langsat itu kembali menutup undangan pernikahan yang didominasi warna emas dan hitam lalu kembali meletaknya ke atas