"Ya, bekerja sama. Kau harus berpura-pura menjadi pacar Fabian untuk menutupi skandal yang tercipta antara aku dan dia. Kalau kau bersedia, maka aku akan biarkan kau dan Mas Zelian untuk kembali menjalin hubungan tanpa ketahuan oleh orang tuanya. Kita saling menutupi hubungan gelap kita bagaimana?"
Andara terdiam, mencoba memikirkan perjanjian yang cukup mengiurkan yang ditawarkan oleh Akila. Namun, kalau dipikir-pikir lagi isi perjanjian itu tidaklah baik, isinya berupa pembohongan.
"Bukan hanya itu keuntungan yang akan kau dapatkan jika menyetujuinya. Aku akan memberikamu uang lima puluh juta setiap bulannya untuk biaya hidupnya, banyak orang yang akan mengenalmu nantinya, kalau sedang hoki mungkin akan ada beberapa media atau stasiun televisi yang menawarkan pekerjaan padamu nantinya." Akila kembali bersuara, menambahi apa saja keuntungan lain yang didapatkan oleh Andara.
"Sampai kapan perjanjian ini akan terjalin?" tanya Andara. Sepertinya hatinya sudah mulai goyah dan ingin menerima perjanjian tersebut.
Perjanjian itu terdengar begitu menguntungkan bagi Andara. Dia bisa kembali menjalin kasih dengan orang di masa lalu, tapi masih begitu dipuja. Ditambah, orang-orang nanti akan mengenalnya sebagai kekasih seorang aktor terpopuler yang dipuja oleh banyak wanita termasuk para teman kerjanya, sungguh keberuntungan yang tak sepatutnya disia-siakan. Belum lagi, biaya hidupnya terjamin, itu berarti dia tidak perlu lagi susah-susah bekerja dari pagi hingga malam.
"Sampai aku dan Mas Zelian menemukan cara untuk membujuk kedua orang tua kami agar mengizinkan kami berpisah," jawab Akila lalu menyeruput minumannya.
"Apa Mas Zelian dan Fabian tau soal perjanjian ini?"
"Belum. Aku akan memberi tahu mereka setelah kau setuju. Aku pastikan mereka pasti akan setuju juga nantinya."
"Hmm ... baiklah, aku setuju," putus Andara. Kesempatan emas tak boleh disia-siakan sebab belum tentu akan datang dua kali.
Andara memutuskan terlalu cepat karena tergiur oleh keuntungan yang disajikan oleh perjanjian tersebut tanpa memikirkan resiko seperti apa yang akan dihadapinya nanti.
"Ketik nomor di sini. Aku akan mengehubungimu nanti untuk menandatangi surat perjanjian sekaligus menjelaskan rencana selanjutnya." Akila tersenyum senang karena membujuk Andara ternyata tak sesulit yang dipikirkannya. Dia menyodorkan ponsel pada Andara.
Andara segera mengetik nomor ponselnya di ponsel Akila. Setelah selesai, dia segera mengembalikan benda itu pada pemiliknya.
Akila dengan senang hati menerima ponselnya kembali lalu memasukannya ke dalam tas. Dia kembali menyeruput minumannya hingga tersisa setengah.
"Aku harus pergi sekarang." Akila mulai memasang kembali wig, masker, kacamata dan topinya. Kemudian, meletakan dua lembar uang berwarna merah ke atas meja.
Akila berlalu pergi dengan segala penyamarannya. Sementara Andara membereskan gelas bekas minum mereka lalu segera membawanya keluar, tak lupa juga dia mengambil uang yang tadi diberikan oleh Akila.
***
"Itu tadi siapa?" tanya Sofia. Seorang pelayan yang tadi Andara minta untuk menggantikan pekerjaannya untuk sementara.
"Kau tau Akila Zianasta?" Andara kembali bertanya. Dia kembali berdiri di depan kasir.
"Tentu saja."
"Wanita tadi itu dia," jawab Andara begitu santai.
"What!" teriak Sofia yang kaget. Tak menyangka yang tadi dilihatnya itu seorang aktris terkenal.
"Hey, tutup mulutmu. Lihat kita sekarang menjadi pusat perhatian," tegur Andara.
Para pengunjung cafe memperhatikan mereka berdua dengan tatapan tak suka. Mungkin orang-orang itu merasa terganggu.
Sofia balas menatap satu persatu pengunjung lalu tersenyum canggung sembari meminta maaf.
"Kau serius? Itu tadi Akila?" tanya Sofia memastikan jika dia tak salah dengar.
"Iya, itu Akila." Andara memutar bola mata malas.
"Kenapa dia mendatangimu? Apa kau saling kenal dengannya?"
"Rahasia."
Sofia berdecak kesal mendengar jawaban Andara. "Eh, apa kau sudah mengetahui skandal perselingkuhannya dengan ayang Fabian?"
"Sudah, jangan terlalu percaya berita yang beredar bisa saja itu tak benar. Satu lagi, jangan terlalu berkhayal tinggi, Fabian itu kekasih orang." Andara memjitak pelan kepala Sofia.
"Kekasih orang? Itu berarti beritanya benar dong. Fabian pacaran sama Akila?"
"Tidak usah asal menyimpulkan seperti itu," balas Andara.
"Lagian kau tau dari mana sih, Fabian punya pacar dan itu bukan Akila?" Sofia terlihat benar-benar penasaran.
Andara tidak mungkin membongkar semua yang Akila katakan padanya tadi. Jadi, dia harus menutup mulut untuk sementara waktu.
"Rahasia. Sudahlah, kau kembali bekerja. Terima kasih sudah mau menggantikanku tadi." Andara mendorong pelan tubuh Sofia menjauhinya.
Sofia menekuk wajah, sebal sekali pada Andara yang tak mau menjawab pertanyaannya.
***
Satu hari sudah berlalu, tapi Akila tak kunjung menelepon. Andara jadi ragu, apa perjanjian itu dibatalkan. Namun, jika melihat berita skandal antara Akila dan Fabian masih berseliweran, dia ragu Akila membatalkan tawaran perjanjian itu.
Andara melepas sebentar pikiran soal perjanjian itu dari pikirannya. Lebih baik dia bersantai setelah seharian bekerja.
Gadis dengan rambut kelam yang terkuncir rapi itu duduk di teras rumah. Ditemani secangkir teh dan camilan yang tadi dibelinya di IndoApril sepulang bekerja.
Baru saja ingin menyeruput teh hangatnya, ponsel yang diletakan di saku celana kini berbunyi dan menimbulkan getaran. Andara meletakan kembali gelas teh ke atas meja lalu segera merogoh ponsel.
Nomor tak dikenallah yang tertera di layar ponselnya. Andara menduga itu adalah nomor Akila, makanya dia segara menjawab panggilan tersebut.
"Hallo," sapa Andara.
"Ini aku, Akila."
Rupanya tebakan Andara tepat sasaran. Pemilik nomor itu ternyata benar Akila.
"Kenapa?" tanya Andara.
"Aku sudah selesai berbicara dengan Mas Zelian dan Fabian. Mereka setuju dengan perjanjian itu."
"Baguslah. Terus apa lagi?"
"Besok kau datang ke apartemenku. Kita akan membahasa rencana selanjutnya di sana bersama Mas Zelian dan Fabian. Alamatnya akan kukirimkan ke w******p-mu."
"Baiklah."
Sambungan telepon itu berakhir. Tak menunggu lama, suara notifikasi kembali terdengar, satu pesan masuk dari Akila. Andara membaca dengan saksama alamat yang dikirim oleh aktris muda tersebut.
Andara menaruh kembali ponsel ke atas meja. Jemari lentiknya meraih telinga cangkir lalu mengangkat benda mungil itu hingga bersentuhan dengan bibir. Beberapa tegukan teh berhasil lolos membasahi tenggorokan.
"Alur sebuah kisah yang diciptkan Tuhan memang terkadang sulit untuk ditebak. Ada banyak kejutan dan hal tak terduga terjadi. Seperti Kita, yang beberapa saat lalu dipisahkan dan sebentar lagi akan bersatu kembali," monolog Andara sembari meletakan kembali cangkir ke atas meja.
"Aku merindukanmu dan kuharap jika kita kembali bertemu, kamu masih sama seperti dulu, tak banyak berubah dan yang paling penting kamu masih menyimpan rasa cinta itu untukku seperti aku yang masih menata indah namamu di hatiku."
Andara benar-benar tak bisa memungkiri, jika sosok Zelian masih menjadi sosok teristimewa yang bertahta di relung hati. Walaupun dia tahu, status Zelian adalah suami orang, tetapi tak membuatnya kunjung membuang rasa terlarang itu jauh-jauh.
Andara berjalan bersisian dengan sang pemilik apartemen. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya karena sebentar lagi akan bertemu dengan sang mantan tercinta.Sesampainya di ruang tengah apartemen mewah itu, Andara tak mendapati sosok yang dirindukannya. Namun, Andara berhenti melangkah saat tatapannya bertemu dengan tatapan pria berwajah tampan dengan mata sipit khasnya. Andara mengenalnya, itu Fabian Wijayatama.Andara menelan ludah dengan susah payah. Pesona Fabian benar-benar gila, wajah pria itu jauh lebih tampan jika dilihat secara langsung seperti sekarang. Kulitnya juga jauh lebih putih dari yang biasa Andara lihat di layar kaca. Gila, Fabian idaman para wanita."Jadi, ini wanita yang kamu pilih jadi pacar pura-puraku?" tanya Fabian sembari menatap Andara dari atas sampai bawah.Hal itu mampu menarik kesadaran Andara dari lamunannya.Jujur Andara sedikit risih ditatap seperti itu, ditambah ada sedikit rasa grogi karena yang menatapny
Akila menjelaskan rencana awal mereka dengan suara pelan, tetapi begitu jelas. Ketiga orang lain menatap Akila dengan saksama dengan telinga yang fokus menangkap apa yang wanita itu katakan."Mengerti?" tanya Akila di akhir perjelasnya."Mengerti," jawab tiga persona itu sembari mengangguk."Bagus. Tadi hal pertama yang kita lakukan berfoto bersama. Aku akan mengambil foto berdua terlebih dahulu dengan Mas Zelian, kalian berdua juga." Akila mengulangi kembali perkataannya beberapa menit yang lalu sembari menunjuk dirinya sendiri dan sang suami lalu beralih menunjuk Fabian dan Andara. "Barulah setelah itu kita foto berempat. Setelah itu, foto-fotonya kita posting ke instagram dengan caption simple, tapi membuat penasaran para netizen."Setelah itu, Andara dan Akila bertukar tempat duduk. Akila berdampingan dengan Zelian, sedangkan Andara dengan Fabian.Akila dan Zelian, meskipun mereka dijodohkan, tapi mereka terlihar akur padahal tak saling mencint
"Jadi, bisa jelaskan apa yang terjadi sebenarnya?" Dua wanita paruh baya yang terlihat awet muda, meskipun ada beberapa kerutan yang menghinggapi wajah. Mereka menahan Zelian dan Akila di ruang tamu."Kalian sudah terlalu lama menghindar!" Melia---Ibunda Zelian---bersedekap dada sembari menatap anak dan menantunya itu secara bergantian.Baik Zelian maupun Akila, sama-sama menarik napas dalam lalu mengembuskannya perlahan. Sesering apapun mereka menghindari pertanyaan dari orang tua, tetap saja pada akhirnya mereka harus membuka suara juga, meskipun harus berbohong."Baiklah, aku akan jelaskan sekarang," ujar Akila. Setidaknya dia tidak perlu takut lagi menjawab pertanyaan ibu dan mertunya itu. Sebab semua skenario kebohongan sudah tersusun rapi di pikirannya.Kedua wanita paruh baya itu memilih duduk kembali dan disusul oleh pasangan pengantin baru tersebut."Jadi, apa hubunganmu dengan Fabian?" tanya Mariana---Ibunda Akila."Bunda lihat, An
"Andara, kau di mana? Aku sudah muak melihat puluhan wartawan yang sedari tadi berkeliaran di sekitar cafe untuk mencarimu?"Andara menjauhkan ponsel dari telinga, suara cempreng dan melengking milik Sofia membuat gendang telinga rasanya ingin pecah."Dia perempuan, tapi kenapa tidak punya sisi kalem sama sekali? Suaranya bahkan layaknya toa," dumel Andara sembari mengelus telinga.Namun, tak ingin membuang waktu dan membuat si penelepon semakin emosi, Andara kembali mendekatkan benda canggih tersebut ke samping telinga. Dia juga sudah bersiap menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan."Aku berada di rumah sekarang, tadi aku sempat dikejar para wartawan itu saat hampir sampai di cafe, untung saja aku bisa lolos dari mereka," jawab Andara dengan degup jantung yang masih tak sepenuhnya kembali normal. Adegan kejar-kejaran antara dia dan beberapa wartawan baru terjadi beberapa menit yang lalu. Untung saja nasib baik berpihak padanya, tuka
"Menurutmu? Memangnya kau ada melihat orang lain di sini?" Andara malah balik bertanya dengan sebelah alis terangkat. Dia bersedekap dada sembari menatap sang lawan bicara dengan sedikit tak suka. "Tidak ada, sih. Tapi siapa tahu saja, ada anggota keluargamu yang sedang keluar untuk bekerja atau—" "Tidak ada," sergah Andara bahkan sebelum Fabian menyelesaikan kalimatnya. "Sebaiknya kau kembali duduk dan jangan menyentuh barang apapun. Aku akan ke dapur untuk membuatkan minum!" Andara menujuk tepat di depan pangkal hidung Fabian sehingga mata lelaki itu nampak juling karena memperhatikan jemari mungil dan lentik milik Andara. Andara buru-buru menarik lagi jemarinya. Raut wajah si mata sipit terlihat begitu menyebalkan. Setelah itu, Andara buru-buru memutar tubuh dan melangkah menuju dapur. "Huh, dasar bawel. Kalau sampai aku benar memiliki pacar secerewet dia, bisa-bisa kupingku terlepas dari tepatnya," oceh Fabian sembari berjalan menuju kursi
Akila yang mengenakan dress panjang berwarna maroon tanpa lengan berjalan begitu anggun ke dalam ruang yang telah dipenuhi oleh wartawan dan beberapa fans. Zelian yang digandengnya tak kalah mempesona malam ini dengan balutan kemeja putih dan jas hitam, celana bahan dan sepatu mengkilap senada dengan jas, wajahnya yang tampan dan mengukir senyum sopan membuat beberapa orang terpanah. Pasangan sah tersebut berjalan menuju tempat duduk yang telah disediakan.Sementara, di belakang mereka menyusul Fabian yang merangkul mesra pinggang ramping Andara. Fabian tersenyum ramah seperti biasanya, sedangkan Andara tersenyum sedikit canggung karena dia tak terbiasa berada di situasi seperti sekarang.Lampu flash di mana-mana, semua orang berlomba-lomba mengambil gambar para pasangan tersebut untuk mengabadikannya.Konferensi pers malam itu dibuka. Tak ada kalimat sapaan formal karena orang-orang yang sedari tadi menunggu kini mengajukan berbagai pertanyaan terlebih dahulu.
"Maaf," lirih pria berahang tegas sembari menyodorkan undangan pernikahan ke atas meja. Kepala tertunduk, tak kuasa melihat respon sang lawan bicara.Senyum yang tadi tersunggih di wajah Andara perlahan pudar. Dia meraih benda pipih yang disodorkan oleh sang kekasih. Dibukanya benda tersebut lalu dibacanya dengan saksama.Hancur, hatinya benar-benar hancur. Melihat nama sang kekasih bersanding dengan nama wanita lain di undangan yang didesain begitu elok.Runtuh sudah harapannya untuk membina rumah tangga dengan sang pria pujaan. Mimpi-mimpi hidup dan mempunyai anak bersama lenyap sudah entah ke mana.Air mata perlahan mengalir dari netra indah itu hingga membasahi kedua pipi. Tak ada kata yang mampu menjelaskan betapa sakitnya hati yang digores sembilu hingga hanya air matalah yang terjatuh.Jemari lentik yang berwarna kuning langsat itu kembali menutup undangan pernikahan yang didominasi warna emas dan hitam lalu kembali meletaknya ke atas
Gemercik suara lonceng yang terpasang di bagian atas pintu Cafe membuat pandangan beberapa orang yang berada di dalam langsung menoleh untuk mencari tahu siapa yang baru saja masuk atau keluar dari tempat tersebut.Andara yang saat ini tengah menjaga kasir ikut menoleh. Dia menyipitkan mata, seolah tak asing dengan dengan satu persona yang baru saja masuk dan berjalan menuju ke arahnya.Ah, dia ingat dan sangat mengenali orang itu, meskipun wajah tertutup masker hitam dan kacamata dengan warna senada serta tubuh dibaluti sweter, tak lupa kepala tertutup topi dengan rambut hitam yang menjuntai sebahu. Orang itu adalah istri dari mantan kekasihnya sekaligus seorang aktris terkenal, yaitu Akila Zianasta."Kau Andara bukan, mantan pacar suamiku?" Wanita bermasker itu bertanya dengan suara cukup pelan saat berada di depan kasir."Ya. Ada perlu apa kau mencariku hingga ke tempat kerjaku? Apa kau tak takut ketahuan dan berujung dikerubungi oleh orang-orang untuk
Akila yang mengenakan dress panjang berwarna maroon tanpa lengan berjalan begitu anggun ke dalam ruang yang telah dipenuhi oleh wartawan dan beberapa fans. Zelian yang digandengnya tak kalah mempesona malam ini dengan balutan kemeja putih dan jas hitam, celana bahan dan sepatu mengkilap senada dengan jas, wajahnya yang tampan dan mengukir senyum sopan membuat beberapa orang terpanah. Pasangan sah tersebut berjalan menuju tempat duduk yang telah disediakan.Sementara, di belakang mereka menyusul Fabian yang merangkul mesra pinggang ramping Andara. Fabian tersenyum ramah seperti biasanya, sedangkan Andara tersenyum sedikit canggung karena dia tak terbiasa berada di situasi seperti sekarang.Lampu flash di mana-mana, semua orang berlomba-lomba mengambil gambar para pasangan tersebut untuk mengabadikannya.Konferensi pers malam itu dibuka. Tak ada kalimat sapaan formal karena orang-orang yang sedari tadi menunggu kini mengajukan berbagai pertanyaan terlebih dahulu.
"Menurutmu? Memangnya kau ada melihat orang lain di sini?" Andara malah balik bertanya dengan sebelah alis terangkat. Dia bersedekap dada sembari menatap sang lawan bicara dengan sedikit tak suka. "Tidak ada, sih. Tapi siapa tahu saja, ada anggota keluargamu yang sedang keluar untuk bekerja atau—" "Tidak ada," sergah Andara bahkan sebelum Fabian menyelesaikan kalimatnya. "Sebaiknya kau kembali duduk dan jangan menyentuh barang apapun. Aku akan ke dapur untuk membuatkan minum!" Andara menujuk tepat di depan pangkal hidung Fabian sehingga mata lelaki itu nampak juling karena memperhatikan jemari mungil dan lentik milik Andara. Andara buru-buru menarik lagi jemarinya. Raut wajah si mata sipit terlihat begitu menyebalkan. Setelah itu, Andara buru-buru memutar tubuh dan melangkah menuju dapur. "Huh, dasar bawel. Kalau sampai aku benar memiliki pacar secerewet dia, bisa-bisa kupingku terlepas dari tepatnya," oceh Fabian sembari berjalan menuju kursi
"Andara, kau di mana? Aku sudah muak melihat puluhan wartawan yang sedari tadi berkeliaran di sekitar cafe untuk mencarimu?"Andara menjauhkan ponsel dari telinga, suara cempreng dan melengking milik Sofia membuat gendang telinga rasanya ingin pecah."Dia perempuan, tapi kenapa tidak punya sisi kalem sama sekali? Suaranya bahkan layaknya toa," dumel Andara sembari mengelus telinga.Namun, tak ingin membuang waktu dan membuat si penelepon semakin emosi, Andara kembali mendekatkan benda canggih tersebut ke samping telinga. Dia juga sudah bersiap menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan."Aku berada di rumah sekarang, tadi aku sempat dikejar para wartawan itu saat hampir sampai di cafe, untung saja aku bisa lolos dari mereka," jawab Andara dengan degup jantung yang masih tak sepenuhnya kembali normal. Adegan kejar-kejaran antara dia dan beberapa wartawan baru terjadi beberapa menit yang lalu. Untung saja nasib baik berpihak padanya, tuka
"Jadi, bisa jelaskan apa yang terjadi sebenarnya?" Dua wanita paruh baya yang terlihat awet muda, meskipun ada beberapa kerutan yang menghinggapi wajah. Mereka menahan Zelian dan Akila di ruang tamu."Kalian sudah terlalu lama menghindar!" Melia---Ibunda Zelian---bersedekap dada sembari menatap anak dan menantunya itu secara bergantian.Baik Zelian maupun Akila, sama-sama menarik napas dalam lalu mengembuskannya perlahan. Sesering apapun mereka menghindari pertanyaan dari orang tua, tetap saja pada akhirnya mereka harus membuka suara juga, meskipun harus berbohong."Baiklah, aku akan jelaskan sekarang," ujar Akila. Setidaknya dia tidak perlu takut lagi menjawab pertanyaan ibu dan mertunya itu. Sebab semua skenario kebohongan sudah tersusun rapi di pikirannya.Kedua wanita paruh baya itu memilih duduk kembali dan disusul oleh pasangan pengantin baru tersebut."Jadi, apa hubunganmu dengan Fabian?" tanya Mariana---Ibunda Akila."Bunda lihat, An
Akila menjelaskan rencana awal mereka dengan suara pelan, tetapi begitu jelas. Ketiga orang lain menatap Akila dengan saksama dengan telinga yang fokus menangkap apa yang wanita itu katakan."Mengerti?" tanya Akila di akhir perjelasnya."Mengerti," jawab tiga persona itu sembari mengangguk."Bagus. Tadi hal pertama yang kita lakukan berfoto bersama. Aku akan mengambil foto berdua terlebih dahulu dengan Mas Zelian, kalian berdua juga." Akila mengulangi kembali perkataannya beberapa menit yang lalu sembari menunjuk dirinya sendiri dan sang suami lalu beralih menunjuk Fabian dan Andara. "Barulah setelah itu kita foto berempat. Setelah itu, foto-fotonya kita posting ke instagram dengan caption simple, tapi membuat penasaran para netizen."Setelah itu, Andara dan Akila bertukar tempat duduk. Akila berdampingan dengan Zelian, sedangkan Andara dengan Fabian.Akila dan Zelian, meskipun mereka dijodohkan, tapi mereka terlihar akur padahal tak saling mencint
Andara berjalan bersisian dengan sang pemilik apartemen. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya karena sebentar lagi akan bertemu dengan sang mantan tercinta.Sesampainya di ruang tengah apartemen mewah itu, Andara tak mendapati sosok yang dirindukannya. Namun, Andara berhenti melangkah saat tatapannya bertemu dengan tatapan pria berwajah tampan dengan mata sipit khasnya. Andara mengenalnya, itu Fabian Wijayatama.Andara menelan ludah dengan susah payah. Pesona Fabian benar-benar gila, wajah pria itu jauh lebih tampan jika dilihat secara langsung seperti sekarang. Kulitnya juga jauh lebih putih dari yang biasa Andara lihat di layar kaca. Gila, Fabian idaman para wanita."Jadi, ini wanita yang kamu pilih jadi pacar pura-puraku?" tanya Fabian sembari menatap Andara dari atas sampai bawah.Hal itu mampu menarik kesadaran Andara dari lamunannya.Jujur Andara sedikit risih ditatap seperti itu, ditambah ada sedikit rasa grogi karena yang menatapny
"Ya, bekerja sama. Kau harus berpura-pura menjadi pacar Fabian untuk menutupi skandal yang tercipta antara aku dan dia. Kalau kau bersedia, maka aku akan biarkan kau dan Mas Zelian untuk kembali menjalin hubungan tanpa ketahuan oleh orang tuanya. Kita saling menutupi hubungan gelap kita bagaimana?"Andara terdiam, mencoba memikirkan perjanjian yang cukup mengiurkan yang ditawarkan oleh Akila. Namun, kalau dipikir-pikir lagi isi perjanjian itu tidaklah baik, isinya berupa pembohongan."Bukan hanya itu keuntungan yang akan kau dapatkan jika menyetujuinya. Aku akan memberikamu uang lima puluh juta setiap bulannya untuk biaya hidupnya, banyak orang yang akan mengenalmu nantinya, kalau sedang hoki mungkin akan ada beberapa media atau stasiun televisi yang menawarkan pekerjaan padamu nantinya." Akila kembali bersuara, menambahi apa saja keuntungan lain yang didapatkan oleh Andara."Sampai kapan perjanjian ini akan terjalin?" tanya Andara. Sepertinya hatinya suda
Gemercik suara lonceng yang terpasang di bagian atas pintu Cafe membuat pandangan beberapa orang yang berada di dalam langsung menoleh untuk mencari tahu siapa yang baru saja masuk atau keluar dari tempat tersebut.Andara yang saat ini tengah menjaga kasir ikut menoleh. Dia menyipitkan mata, seolah tak asing dengan dengan satu persona yang baru saja masuk dan berjalan menuju ke arahnya.Ah, dia ingat dan sangat mengenali orang itu, meskipun wajah tertutup masker hitam dan kacamata dengan warna senada serta tubuh dibaluti sweter, tak lupa kepala tertutup topi dengan rambut hitam yang menjuntai sebahu. Orang itu adalah istri dari mantan kekasihnya sekaligus seorang aktris terkenal, yaitu Akila Zianasta."Kau Andara bukan, mantan pacar suamiku?" Wanita bermasker itu bertanya dengan suara cukup pelan saat berada di depan kasir."Ya. Ada perlu apa kau mencariku hingga ke tempat kerjaku? Apa kau tak takut ketahuan dan berujung dikerubungi oleh orang-orang untuk
"Maaf," lirih pria berahang tegas sembari menyodorkan undangan pernikahan ke atas meja. Kepala tertunduk, tak kuasa melihat respon sang lawan bicara.Senyum yang tadi tersunggih di wajah Andara perlahan pudar. Dia meraih benda pipih yang disodorkan oleh sang kekasih. Dibukanya benda tersebut lalu dibacanya dengan saksama.Hancur, hatinya benar-benar hancur. Melihat nama sang kekasih bersanding dengan nama wanita lain di undangan yang didesain begitu elok.Runtuh sudah harapannya untuk membina rumah tangga dengan sang pria pujaan. Mimpi-mimpi hidup dan mempunyai anak bersama lenyap sudah entah ke mana.Air mata perlahan mengalir dari netra indah itu hingga membasahi kedua pipi. Tak ada kata yang mampu menjelaskan betapa sakitnya hati yang digores sembilu hingga hanya air matalah yang terjatuh.Jemari lentik yang berwarna kuning langsat itu kembali menutup undangan pernikahan yang didominasi warna emas dan hitam lalu kembali meletaknya ke atas