Gemercik suara lonceng yang terpasang di bagian atas pintu Cafe membuat pandangan beberapa orang yang berada di dalam langsung menoleh untuk mencari tahu siapa yang baru saja masuk atau keluar dari tempat tersebut.
Andara yang saat ini tengah menjaga kasir ikut menoleh. Dia menyipitkan mata, seolah tak asing dengan dengan satu persona yang baru saja masuk dan berjalan menuju ke arahnya.
Ah, dia ingat dan sangat mengenali orang itu, meskipun wajah tertutup masker hitam dan kacamata dengan warna senada serta tubuh dibaluti sweter, tak lupa kepala tertutup topi dengan rambut hitam yang menjuntai sebahu. Orang itu adalah istri dari mantan kekasihnya sekaligus seorang aktris terkenal, yaitu Akila Zianasta.
"Kau Andara bukan, mantan pacar suamiku?" Wanita bermasker itu bertanya dengan suara cukup pelan saat berada di depan kasir.
"Ya. Ada perlu apa kau mencariku hingga ke tempat kerjaku? Apa kau tak takut ketahuan dan berujung dikerubungi oleh orang-orang untuk sekadar meminta foto?" tanya Andara, si wanita berambut hitam legam yang sedikit bergelombang yang kini dikuncir menjadi satu.
"Aku ingin berbicara empat mata denganmu. Aku tidak akan ketahuan, jika kau bisa menjaga nada bicaramu agar terus pelan hingga tak ada yang curiga."
"Ya, ya, baiklah. Apa yang ingin kau bicarakan?" Nada bicara Andara terkesan tak ada sopan santunnya sama sekali. Walaupun dia hanya seorang pelayan cafe dan lawan bicaranya ini seorang aktris yang selalu disanjung banyak orang, itu tidak membuat Andara merasa begitu rendah hingga harus begitu menghormati wanita itu.
"Apa di cafe ini ada ruangan khusus, ruangan yang terpisah dari pelanggan yang lain?"
"Ada."
"Aku ingin kita bicara di sana. Jika, terlalu lama berdiri di sini, aku takut ada yang curiga denganku."
Andara mengangguk, setuju dengan perkataan wanita itu. "Tunggu sebentar tapi."
Andara berlalu sebentar dari bagian kasir menuju salah satu teman seprofesinya yang baru saja kembali dari mengantar pesanan pelanggan.
Akila menatap kedua wanita lain yang berdiri tak jauh darinya. Dia memperhatikan kedua orang yang sedang berbincang itu. Tak beberapa lama, keduanya berjalan menuju ke arahnya.
"Terima kasih karena mau menggantikanku sementara. Aku janji tak akan lama." Setelah mengatakan hal itu pada temannya, Andara langsung menarik pelan tangan si aktris menuju ruangan khusus.
Keduanya masuk ke dalam ruangan yang ukurannya tak terlalu luas. Ruangan itu diisi satu meja dan sofa panjang yang berbentuk L di sudut ruangan. Yang paling penting ruangan itu tertutup dan kedap suara.
Andara duduk lebih dulu, barulah disusul oleh Akila. Di saat itu juga, Andara baru ingat di sini tak ada minuman ataupun makanan untuk menemani percakapan empat mata mereka.
"Kau mau pesan apa? Biar kuambilkan dulu," tawar Andara.
Akila perlahan melepaskan kacamata dan masker yang sedari tadi begitu mengganggu, tak lupa melepas wig pula sehingga rambut aslinya terlihat jelas. Kemudian dia menoleh ke arah lawan bicaranya. "Aku ingin milkshake cokelat saja."
Andara mengangguk mengerti. Walaupun dia tak menyukai Akila, dia harus berlaku sedikit baik karena wanita itu merupakan pelanggan di sini.
Andara berlalu pergi. Cukup lama hingga akhirnya dia kembali sembari membawa nampan berisi dua gelas milkshake cokelat. Dia segera meletakan dua gelas itu ke atas meja, sedangkan nampan kosong diletakan di bawah meja.
Andara kembali duduk lalu memperhatikan wajah satu persona yang kini tak lagi tertutupi apapun. Dia mencoba menilai, wajah mulus yang hanya dibaluti make up tipis, tetapi terlihat begitu cantik, bulu mata lentik, mata bulat yang indah dengan iris sedikit kecokelatan, alis yang tak terlalu tebal dan begitu rapi, hidung yang ramping dan runcing, pipi yang cukup berisi dan kemerahan, bibir tipis yang berwarna merah muda, ditambah rambut sebahu yang berwarna golden brown, belum lagi tubuh yang ramping dan kaki jenjang, benar-benar cantik dan sempurna.
Akila benar-benar jauh berada di atasnya, Andara sadar itu. Bukan hanya kalah dari tampilan, tapi dari kasta dia pun kalah jauh. Pantas saja orang tua Zelian terus-terusan menjodohkan anak mereka dengan Akila.
"Jadi, ada perlu apa kau mencariku?" tanya Andara to the point.
"Apa kau sudah mendengar berita skandalku dengan Fabian?" Akila kembali bertanya.
"Skandal? Apa maksudmu?" Andara benar-benar tak paham. Terlebih dia sudah tak pernah lagi membuka sosial media atau menonton berita semenjak berlangsungnya pernikahan Zelian dan Akila dan itu sekitar dua bulan yang lalu.
"Hey, kau ini hidup di jaman apa? Berita skandal itu sudah berada di mana-mana, bisa-bisanya kau tak mengetahuinya. Apakah kau tidak tahu apa itu internet?" Akila benar-benar kaget mengetahui ada orang yang sama sekali tak mengetahui skandal yang tegah meyandungnya bersama seorang aktor muda terkenal, yang beritanya sudah beredar di berbagai media, bahkan banyak yang menjadikannya bahan gosip.
"Jika tujuanmu datang ke sini hanya ingin mengejekku, sebaiknya kau pulang saja. Aku masih punya banyak pekerjaan." Andara menatap sang lawan bicara dengan raut datar tanpa ekspresi.
"Maaf, maaf, aku sama sekali tidak berniat mengejekmu." Aktris muda tersebut terlihat sedikit merasa bersalah. "Baiklah, sebelum ke intinya aku akan menjelaskan terlebih dahulu berita skandal yang tadi kumaksud."
Andara mengangguk dan mulai fokus untuk mendengarkan apa yang akan dijelaskan Akila.
"Kau tau Fabian Wijayatama bukan?" tanya Akila sebelum memulai penjelasannya.
"Ya, tentu saja. Aktor muda tampan dengan bakat akting yang luar biasa serta ketenaran yang sedang berada di puncak, siapa yang tidak akan mengenalnya?"
"Bagus, kau mengenalnya rupanya. Apa kau termasuk salah satu fansnya?"
"Aku menyukai film-filmnya, tapi aku bukan salah satu dari jutaan fans fanatik yang lebaynya minta ampun itu."
Akila diam sebentar, entah apa yang dipikirkannya. Lima menit kemudian barulah dia kembali buka suara.
"Jadi, begini. Empat hari yang lalu foto-fotoku dan Fabian yang tengah dinner romantis berdua beredar ke media masa. Setelah diusut ternyata yang menyebarkannya merupakan salah satu pelayan restaurant yang merupakan haters-ku dan Fabian. Tujuannya menyebarkan foto-foto itu agar semua orang tau hubungan gelapku dan Fabian hingga image kami sebagai aktris dan aktor terbaik hancur. Ya, dia berhasil.
Banyak orang yang mencapku menjadi buruk, hate commen bertebaran di kolom komentar istagram pribadiku dan Fabian serta di setiap postingan yang memberitakan kami.
Bukan hanya itu, orang tuaku dan orang tua Zelian terus menuntut penjelasan. Aku sendiri bingung harus menjelaskan seperti apa ke mereka," jelas Akila panjang lebar.
"Jadi?"
"Aku ingin membersihkan kembali nama baikku, aku tak ingin karierku dan Fabian hancur. Aku tak ingin orang tua dan mertuaku marah besar karena tahu aku masih menjalin hubungan diam-diam dengan Fabian."
"Kau menyelingkuhi Mas Zelian? Hey, aku melepaskannya dengan harapan agar dia dan orang tuanya bisa bahagia, tapi kenapa kau malah berkhianat, sialan!" Amarah Andara mulai tersulut. Dia mengorbankan hubungan dan perasaannya, dia dan Zelian rela berpisah demi memenuhi keinginan orang tua Zelian untuk menikahkan Zelian dan Akila. Namun, saat pernikahan telah berlangsung Akila malah berkhianat.
"Tenanglah. Aku minta maaf. Jujur, aku sulit untuk melepas Fabian, meskipun sudah menikahi Mas Zelian."
"Intinya apa sekarang? Sebenarnya apa tujuanmu menemuiku? Tak mungkin kau hanya datang untuk menceritakan pengkhiantanmu itu?" Nada bicara Andara menyiratkan amarah yang belum mereda, tapi berusaha ditahan.
"Aku ingin mengajakmu berkerja sama, bagaimana?" tawar Akila.
"Bekerja sama? Apa maksudmu?"
"Ya, bekerja sama. Kau harus berpura-pura menjadi pacar Fabian untuk menutupi skandal yang tercipta antara aku dan dia. Kalau kau bersedia, maka aku akan biarkan kau dan Mas Zelian untuk kembali menjalin hubungan tanpa ketahuan oleh orang tuanya. Kita saling menutupi hubungan gelap kita bagaimana?"Andara terdiam, mencoba memikirkan perjanjian yang cukup mengiurkan yang ditawarkan oleh Akila. Namun, kalau dipikir-pikir lagi isi perjanjian itu tidaklah baik, isinya berupa pembohongan."Bukan hanya itu keuntungan yang akan kau dapatkan jika menyetujuinya. Aku akan memberikamu uang lima puluh juta setiap bulannya untuk biaya hidupnya, banyak orang yang akan mengenalmu nantinya, kalau sedang hoki mungkin akan ada beberapa media atau stasiun televisi yang menawarkan pekerjaan padamu nantinya." Akila kembali bersuara, menambahi apa saja keuntungan lain yang didapatkan oleh Andara."Sampai kapan perjanjian ini akan terjalin?" tanya Andara. Sepertinya hatinya suda
Andara berjalan bersisian dengan sang pemilik apartemen. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya karena sebentar lagi akan bertemu dengan sang mantan tercinta.Sesampainya di ruang tengah apartemen mewah itu, Andara tak mendapati sosok yang dirindukannya. Namun, Andara berhenti melangkah saat tatapannya bertemu dengan tatapan pria berwajah tampan dengan mata sipit khasnya. Andara mengenalnya, itu Fabian Wijayatama.Andara menelan ludah dengan susah payah. Pesona Fabian benar-benar gila, wajah pria itu jauh lebih tampan jika dilihat secara langsung seperti sekarang. Kulitnya juga jauh lebih putih dari yang biasa Andara lihat di layar kaca. Gila, Fabian idaman para wanita."Jadi, ini wanita yang kamu pilih jadi pacar pura-puraku?" tanya Fabian sembari menatap Andara dari atas sampai bawah.Hal itu mampu menarik kesadaran Andara dari lamunannya.Jujur Andara sedikit risih ditatap seperti itu, ditambah ada sedikit rasa grogi karena yang menatapny
Akila menjelaskan rencana awal mereka dengan suara pelan, tetapi begitu jelas. Ketiga orang lain menatap Akila dengan saksama dengan telinga yang fokus menangkap apa yang wanita itu katakan."Mengerti?" tanya Akila di akhir perjelasnya."Mengerti," jawab tiga persona itu sembari mengangguk."Bagus. Tadi hal pertama yang kita lakukan berfoto bersama. Aku akan mengambil foto berdua terlebih dahulu dengan Mas Zelian, kalian berdua juga." Akila mengulangi kembali perkataannya beberapa menit yang lalu sembari menunjuk dirinya sendiri dan sang suami lalu beralih menunjuk Fabian dan Andara. "Barulah setelah itu kita foto berempat. Setelah itu, foto-fotonya kita posting ke instagram dengan caption simple, tapi membuat penasaran para netizen."Setelah itu, Andara dan Akila bertukar tempat duduk. Akila berdampingan dengan Zelian, sedangkan Andara dengan Fabian.Akila dan Zelian, meskipun mereka dijodohkan, tapi mereka terlihar akur padahal tak saling mencint
"Jadi, bisa jelaskan apa yang terjadi sebenarnya?" Dua wanita paruh baya yang terlihat awet muda, meskipun ada beberapa kerutan yang menghinggapi wajah. Mereka menahan Zelian dan Akila di ruang tamu."Kalian sudah terlalu lama menghindar!" Melia---Ibunda Zelian---bersedekap dada sembari menatap anak dan menantunya itu secara bergantian.Baik Zelian maupun Akila, sama-sama menarik napas dalam lalu mengembuskannya perlahan. Sesering apapun mereka menghindari pertanyaan dari orang tua, tetap saja pada akhirnya mereka harus membuka suara juga, meskipun harus berbohong."Baiklah, aku akan jelaskan sekarang," ujar Akila. Setidaknya dia tidak perlu takut lagi menjawab pertanyaan ibu dan mertunya itu. Sebab semua skenario kebohongan sudah tersusun rapi di pikirannya.Kedua wanita paruh baya itu memilih duduk kembali dan disusul oleh pasangan pengantin baru tersebut."Jadi, apa hubunganmu dengan Fabian?" tanya Mariana---Ibunda Akila."Bunda lihat, An
"Andara, kau di mana? Aku sudah muak melihat puluhan wartawan yang sedari tadi berkeliaran di sekitar cafe untuk mencarimu?"Andara menjauhkan ponsel dari telinga, suara cempreng dan melengking milik Sofia membuat gendang telinga rasanya ingin pecah."Dia perempuan, tapi kenapa tidak punya sisi kalem sama sekali? Suaranya bahkan layaknya toa," dumel Andara sembari mengelus telinga.Namun, tak ingin membuang waktu dan membuat si penelepon semakin emosi, Andara kembali mendekatkan benda canggih tersebut ke samping telinga. Dia juga sudah bersiap menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan."Aku berada di rumah sekarang, tadi aku sempat dikejar para wartawan itu saat hampir sampai di cafe, untung saja aku bisa lolos dari mereka," jawab Andara dengan degup jantung yang masih tak sepenuhnya kembali normal. Adegan kejar-kejaran antara dia dan beberapa wartawan baru terjadi beberapa menit yang lalu. Untung saja nasib baik berpihak padanya, tuka
"Menurutmu? Memangnya kau ada melihat orang lain di sini?" Andara malah balik bertanya dengan sebelah alis terangkat. Dia bersedekap dada sembari menatap sang lawan bicara dengan sedikit tak suka. "Tidak ada, sih. Tapi siapa tahu saja, ada anggota keluargamu yang sedang keluar untuk bekerja atau—" "Tidak ada," sergah Andara bahkan sebelum Fabian menyelesaikan kalimatnya. "Sebaiknya kau kembali duduk dan jangan menyentuh barang apapun. Aku akan ke dapur untuk membuatkan minum!" Andara menujuk tepat di depan pangkal hidung Fabian sehingga mata lelaki itu nampak juling karena memperhatikan jemari mungil dan lentik milik Andara. Andara buru-buru menarik lagi jemarinya. Raut wajah si mata sipit terlihat begitu menyebalkan. Setelah itu, Andara buru-buru memutar tubuh dan melangkah menuju dapur. "Huh, dasar bawel. Kalau sampai aku benar memiliki pacar secerewet dia, bisa-bisa kupingku terlepas dari tepatnya," oceh Fabian sembari berjalan menuju kursi
Akila yang mengenakan dress panjang berwarna maroon tanpa lengan berjalan begitu anggun ke dalam ruang yang telah dipenuhi oleh wartawan dan beberapa fans. Zelian yang digandengnya tak kalah mempesona malam ini dengan balutan kemeja putih dan jas hitam, celana bahan dan sepatu mengkilap senada dengan jas, wajahnya yang tampan dan mengukir senyum sopan membuat beberapa orang terpanah. Pasangan sah tersebut berjalan menuju tempat duduk yang telah disediakan.Sementara, di belakang mereka menyusul Fabian yang merangkul mesra pinggang ramping Andara. Fabian tersenyum ramah seperti biasanya, sedangkan Andara tersenyum sedikit canggung karena dia tak terbiasa berada di situasi seperti sekarang.Lampu flash di mana-mana, semua orang berlomba-lomba mengambil gambar para pasangan tersebut untuk mengabadikannya.Konferensi pers malam itu dibuka. Tak ada kalimat sapaan formal karena orang-orang yang sedari tadi menunggu kini mengajukan berbagai pertanyaan terlebih dahulu.
"Maaf," lirih pria berahang tegas sembari menyodorkan undangan pernikahan ke atas meja. Kepala tertunduk, tak kuasa melihat respon sang lawan bicara.Senyum yang tadi tersunggih di wajah Andara perlahan pudar. Dia meraih benda pipih yang disodorkan oleh sang kekasih. Dibukanya benda tersebut lalu dibacanya dengan saksama.Hancur, hatinya benar-benar hancur. Melihat nama sang kekasih bersanding dengan nama wanita lain di undangan yang didesain begitu elok.Runtuh sudah harapannya untuk membina rumah tangga dengan sang pria pujaan. Mimpi-mimpi hidup dan mempunyai anak bersama lenyap sudah entah ke mana.Air mata perlahan mengalir dari netra indah itu hingga membasahi kedua pipi. Tak ada kata yang mampu menjelaskan betapa sakitnya hati yang digores sembilu hingga hanya air matalah yang terjatuh.Jemari lentik yang berwarna kuning langsat itu kembali menutup undangan pernikahan yang didominasi warna emas dan hitam lalu kembali meletaknya ke atas
Akila yang mengenakan dress panjang berwarna maroon tanpa lengan berjalan begitu anggun ke dalam ruang yang telah dipenuhi oleh wartawan dan beberapa fans. Zelian yang digandengnya tak kalah mempesona malam ini dengan balutan kemeja putih dan jas hitam, celana bahan dan sepatu mengkilap senada dengan jas, wajahnya yang tampan dan mengukir senyum sopan membuat beberapa orang terpanah. Pasangan sah tersebut berjalan menuju tempat duduk yang telah disediakan.Sementara, di belakang mereka menyusul Fabian yang merangkul mesra pinggang ramping Andara. Fabian tersenyum ramah seperti biasanya, sedangkan Andara tersenyum sedikit canggung karena dia tak terbiasa berada di situasi seperti sekarang.Lampu flash di mana-mana, semua orang berlomba-lomba mengambil gambar para pasangan tersebut untuk mengabadikannya.Konferensi pers malam itu dibuka. Tak ada kalimat sapaan formal karena orang-orang yang sedari tadi menunggu kini mengajukan berbagai pertanyaan terlebih dahulu.
"Menurutmu? Memangnya kau ada melihat orang lain di sini?" Andara malah balik bertanya dengan sebelah alis terangkat. Dia bersedekap dada sembari menatap sang lawan bicara dengan sedikit tak suka. "Tidak ada, sih. Tapi siapa tahu saja, ada anggota keluargamu yang sedang keluar untuk bekerja atau—" "Tidak ada," sergah Andara bahkan sebelum Fabian menyelesaikan kalimatnya. "Sebaiknya kau kembali duduk dan jangan menyentuh barang apapun. Aku akan ke dapur untuk membuatkan minum!" Andara menujuk tepat di depan pangkal hidung Fabian sehingga mata lelaki itu nampak juling karena memperhatikan jemari mungil dan lentik milik Andara. Andara buru-buru menarik lagi jemarinya. Raut wajah si mata sipit terlihat begitu menyebalkan. Setelah itu, Andara buru-buru memutar tubuh dan melangkah menuju dapur. "Huh, dasar bawel. Kalau sampai aku benar memiliki pacar secerewet dia, bisa-bisa kupingku terlepas dari tepatnya," oceh Fabian sembari berjalan menuju kursi
"Andara, kau di mana? Aku sudah muak melihat puluhan wartawan yang sedari tadi berkeliaran di sekitar cafe untuk mencarimu?"Andara menjauhkan ponsel dari telinga, suara cempreng dan melengking milik Sofia membuat gendang telinga rasanya ingin pecah."Dia perempuan, tapi kenapa tidak punya sisi kalem sama sekali? Suaranya bahkan layaknya toa," dumel Andara sembari mengelus telinga.Namun, tak ingin membuang waktu dan membuat si penelepon semakin emosi, Andara kembali mendekatkan benda canggih tersebut ke samping telinga. Dia juga sudah bersiap menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan."Aku berada di rumah sekarang, tadi aku sempat dikejar para wartawan itu saat hampir sampai di cafe, untung saja aku bisa lolos dari mereka," jawab Andara dengan degup jantung yang masih tak sepenuhnya kembali normal. Adegan kejar-kejaran antara dia dan beberapa wartawan baru terjadi beberapa menit yang lalu. Untung saja nasib baik berpihak padanya, tuka
"Jadi, bisa jelaskan apa yang terjadi sebenarnya?" Dua wanita paruh baya yang terlihat awet muda, meskipun ada beberapa kerutan yang menghinggapi wajah. Mereka menahan Zelian dan Akila di ruang tamu."Kalian sudah terlalu lama menghindar!" Melia---Ibunda Zelian---bersedekap dada sembari menatap anak dan menantunya itu secara bergantian.Baik Zelian maupun Akila, sama-sama menarik napas dalam lalu mengembuskannya perlahan. Sesering apapun mereka menghindari pertanyaan dari orang tua, tetap saja pada akhirnya mereka harus membuka suara juga, meskipun harus berbohong."Baiklah, aku akan jelaskan sekarang," ujar Akila. Setidaknya dia tidak perlu takut lagi menjawab pertanyaan ibu dan mertunya itu. Sebab semua skenario kebohongan sudah tersusun rapi di pikirannya.Kedua wanita paruh baya itu memilih duduk kembali dan disusul oleh pasangan pengantin baru tersebut."Jadi, apa hubunganmu dengan Fabian?" tanya Mariana---Ibunda Akila."Bunda lihat, An
Akila menjelaskan rencana awal mereka dengan suara pelan, tetapi begitu jelas. Ketiga orang lain menatap Akila dengan saksama dengan telinga yang fokus menangkap apa yang wanita itu katakan."Mengerti?" tanya Akila di akhir perjelasnya."Mengerti," jawab tiga persona itu sembari mengangguk."Bagus. Tadi hal pertama yang kita lakukan berfoto bersama. Aku akan mengambil foto berdua terlebih dahulu dengan Mas Zelian, kalian berdua juga." Akila mengulangi kembali perkataannya beberapa menit yang lalu sembari menunjuk dirinya sendiri dan sang suami lalu beralih menunjuk Fabian dan Andara. "Barulah setelah itu kita foto berempat. Setelah itu, foto-fotonya kita posting ke instagram dengan caption simple, tapi membuat penasaran para netizen."Setelah itu, Andara dan Akila bertukar tempat duduk. Akila berdampingan dengan Zelian, sedangkan Andara dengan Fabian.Akila dan Zelian, meskipun mereka dijodohkan, tapi mereka terlihar akur padahal tak saling mencint
Andara berjalan bersisian dengan sang pemilik apartemen. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya karena sebentar lagi akan bertemu dengan sang mantan tercinta.Sesampainya di ruang tengah apartemen mewah itu, Andara tak mendapati sosok yang dirindukannya. Namun, Andara berhenti melangkah saat tatapannya bertemu dengan tatapan pria berwajah tampan dengan mata sipit khasnya. Andara mengenalnya, itu Fabian Wijayatama.Andara menelan ludah dengan susah payah. Pesona Fabian benar-benar gila, wajah pria itu jauh lebih tampan jika dilihat secara langsung seperti sekarang. Kulitnya juga jauh lebih putih dari yang biasa Andara lihat di layar kaca. Gila, Fabian idaman para wanita."Jadi, ini wanita yang kamu pilih jadi pacar pura-puraku?" tanya Fabian sembari menatap Andara dari atas sampai bawah.Hal itu mampu menarik kesadaran Andara dari lamunannya.Jujur Andara sedikit risih ditatap seperti itu, ditambah ada sedikit rasa grogi karena yang menatapny
"Ya, bekerja sama. Kau harus berpura-pura menjadi pacar Fabian untuk menutupi skandal yang tercipta antara aku dan dia. Kalau kau bersedia, maka aku akan biarkan kau dan Mas Zelian untuk kembali menjalin hubungan tanpa ketahuan oleh orang tuanya. Kita saling menutupi hubungan gelap kita bagaimana?"Andara terdiam, mencoba memikirkan perjanjian yang cukup mengiurkan yang ditawarkan oleh Akila. Namun, kalau dipikir-pikir lagi isi perjanjian itu tidaklah baik, isinya berupa pembohongan."Bukan hanya itu keuntungan yang akan kau dapatkan jika menyetujuinya. Aku akan memberikamu uang lima puluh juta setiap bulannya untuk biaya hidupnya, banyak orang yang akan mengenalmu nantinya, kalau sedang hoki mungkin akan ada beberapa media atau stasiun televisi yang menawarkan pekerjaan padamu nantinya." Akila kembali bersuara, menambahi apa saja keuntungan lain yang didapatkan oleh Andara."Sampai kapan perjanjian ini akan terjalin?" tanya Andara. Sepertinya hatinya suda
Gemercik suara lonceng yang terpasang di bagian atas pintu Cafe membuat pandangan beberapa orang yang berada di dalam langsung menoleh untuk mencari tahu siapa yang baru saja masuk atau keluar dari tempat tersebut.Andara yang saat ini tengah menjaga kasir ikut menoleh. Dia menyipitkan mata, seolah tak asing dengan dengan satu persona yang baru saja masuk dan berjalan menuju ke arahnya.Ah, dia ingat dan sangat mengenali orang itu, meskipun wajah tertutup masker hitam dan kacamata dengan warna senada serta tubuh dibaluti sweter, tak lupa kepala tertutup topi dengan rambut hitam yang menjuntai sebahu. Orang itu adalah istri dari mantan kekasihnya sekaligus seorang aktris terkenal, yaitu Akila Zianasta."Kau Andara bukan, mantan pacar suamiku?" Wanita bermasker itu bertanya dengan suara cukup pelan saat berada di depan kasir."Ya. Ada perlu apa kau mencariku hingga ke tempat kerjaku? Apa kau tak takut ketahuan dan berujung dikerubungi oleh orang-orang untuk
"Maaf," lirih pria berahang tegas sembari menyodorkan undangan pernikahan ke atas meja. Kepala tertunduk, tak kuasa melihat respon sang lawan bicara.Senyum yang tadi tersunggih di wajah Andara perlahan pudar. Dia meraih benda pipih yang disodorkan oleh sang kekasih. Dibukanya benda tersebut lalu dibacanya dengan saksama.Hancur, hatinya benar-benar hancur. Melihat nama sang kekasih bersanding dengan nama wanita lain di undangan yang didesain begitu elok.Runtuh sudah harapannya untuk membina rumah tangga dengan sang pria pujaan. Mimpi-mimpi hidup dan mempunyai anak bersama lenyap sudah entah ke mana.Air mata perlahan mengalir dari netra indah itu hingga membasahi kedua pipi. Tak ada kata yang mampu menjelaskan betapa sakitnya hati yang digores sembilu hingga hanya air matalah yang terjatuh.Jemari lentik yang berwarna kuning langsat itu kembali menutup undangan pernikahan yang didominasi warna emas dan hitam lalu kembali meletaknya ke atas