Bab 19Baru saja Nevan akan menimpal, ia langsung mendapatkan pelototan dari ibu tirinya, membuat nyali Nevan ciut dan mengurungkan niatnya mengeluarkan suara. Bocah kecil itu menunduk, rasa laparnya sudah tidak bisa ditahan lagi.Bilang pada ibu dan kakak tirinya pun percuma, yang peduli pada Nevan hanyalah kakaknya sendiri. Pun Sergio, dia tidak tahu sikap asli Bu Listia dan Carissa di belakangnya. Mereka kejam tak berperasaan.“Wajahmu pucat, kamu baik-baik saja?” tanya Sergio, meski Nevan menunduk, ia memperhatikan wajah adik iparnya yang terlihat pucat. Seperti sedang sakit.Ia melepaskan tangan Carissa yang melingkar, Sergio berjalan ke hadapan Nevan, lalu berjongkok di depannya. “Apa yang terjadi?” Karena pertanyaan pertama tidak mendapatkan jawaban, Sergio pun bertanya lagi. Diamnya Nevan seperti ada yang janggal, apalagi melihat wajahnya yang pucat.Nevan membalas tatapan Sergio dengan segan, dia takut salah bicara yang berujung dimarahi oleh Bu Listia dan juga Carissa. Shan
Bab 20 Sampai di salah satu restoran bintang lima di kota Jakarta, Sergio turun dari mobil terlebih dahulu. Ia berjalan mengitari mobil dan membukakan pintu untuk istrinya. Sikap manis dan perhatian Sergio ini membuat Carissa mengulum senyum. Dia yang tadinya cemberut langsung berubah ceria karena Sergio selalu ada cara untuk mengembalikan moodnya. “Thank you,” ucap Carissa menerima jabatan tangan Sergio untuk keluar. “You are welcome, Dear,” balas Sergio sambil tersenyum tipis. Tangan kekarnya melingkar di pinggang ramping sang istri, ia merengkuh pinggang Carissa dengan mesra dan berjalan beriringan menuju dalam. “Akhirnya, setelah sekian lama kita bisa jalan berdua lagi, Mas. Aku senang sekali dan berharap bisa berduaan terus kayak gini.” “Bisa kalau kamu mengurangi kesibukan, aku selalu bisa mengatur waktu untukmu.” Jawaban Sergio terkesan menohok, Cariss
Bab 21 Amarah Sergio memuncak, ia jadi kalap dan tak bisa mengontrol emosinya. Ia yakin, siapa pun yang ada di posisinya tadi akan bersikap sama, marah dan cemburu ketika melihat pasangan malah asik dengan yang lain. Percuma juga bicara dengan Carissa, wanita itu selalu ingin dimengerti tanpa mau mengerti. Lebih baik menghindar, daripada terjadi pertengkaran. “Memangnya hanya dia saja yang bisa marah? Aku juga bisa, bahkan jika aku mampu, aku akan menghajar pria itu di depannya,” gumam Sergio sembari menghentakkan kakinya menaiki tangga menuju kamarnya. Karena Sergio tidak fokus pada jalan, sampai di lantai atas ia menabrak seorang wanita yang hampir terjatuh. Sergio langsung menahannya. Shanika. Gadis yang ditabraknya. “Shanika? Kau kenapa?” Tatkala netra keduanya bersitatap, Sergio sedikit kaget ketika melihat wajah pucat Shanika dan juga keringat yang mengalir di keningnya. Amarah yang tadinya meluap pun mulai meredam, dia heran dengan keadaan Shanika yang berbeda da
Bab 22Shanika menghentikan kunyahan di mulutnya, sisa makanan yang masih tersisa pun mendadak sulit ditelan. Baru saja Shanika bisa tenang karena sudah makan, sekarang dibuat jantungan dengan permintaan Sergio.Sergio menatap Shanika dengan lalat lewat mata elangnya, dia menyeringai sembari melepaskan satu persatu kemeja putih yang dipakai. Shanika mematung di tempat, dia kehilangan fokus karena bingung mau melakukan apa.“Ayolah, Kak … ini di rumah, Kakak jangan gila mengajakku bercinta!” Shanika berdecak pelan, dia keberatan harus menuruti keinginan Sergio malam ini, terlebih lagi di rumahnya sendiri.“Sebentar saja, jika kau suka, kita lanjutkan saja sepuasnya,” celetuk Sergio, di ujung kalimatnya diiringi dengan seringai nakal yang terlukis di ujung bibirnya.Suasana malam yang sepi dan sunyi seperti ini memang terasa merinding, lebih merinding lagi jika bertemu dengan manusia modelan kakak iparnya. Yang selalu mencari perkara.“Ck, aku tak pernah suka dengan apa yang Kakak lakuk
Bab 23“Aku belum mandi dari pulang kerja, aku nggak bisa tidur karena gerah,” alibi Sergio menjawab dengan santai tanpa ada ketegangan, meski sikapnya ini bisa saja menimbulkan kecurigaan. Di balik sikap tenang Sergio, lelaki ini memang pintar mengatur eskpresi datar sehingga istrinya percaya dan tidak lanjut bertanya.“Oh, iya … aku lupa. Aku lebih suka kamu nggak pakai baju, Sayang, buka aja kalau gerah,” pinta Carissa sembari menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami, mengendus serta menciuminya.Sergio pun mengiyakan saja, dia tidak nyaman jika memakai baju kotor. Alhasil Sergio membuka baju dan menyimpannya di keranjang kotor, setelahnya itu bergabung bersama Carissa di pembaringan mereka.“Sayang.” Sergio memanggil, pandangannya menatap langit-langit kamar.“Kenapa, Mas?” balas Carissa semakin merapatkan tubuh, tak berjarak sedikit pun.“Kamu selalu ingat 'kan perkataanku? Aku nggak mengizinkan kamu seandainya ada adegan bermesraan dengan lawan main, kalau ada scene itu
Bab 24Carissa membenarkan rambutnya, dia memutus kontak mata dengan Sergio yang menatapnya dengan tatapan penuh intimidasi. Sergio tidak akan melupakan begitu saja tanpa mendengar penjelasan darinya. Mendadak tangan Carissa gemetar, ia sampai menatap lurus ke depan.“Kamu kenapa sih, Mas, natap aku sampai segitunya? Aku gak menyembunyikan hal apa pun dari kamu, aku udah jujur loh.”Sergio yang tadinya dekat dengan sang istri lekas menegakkan duduknya, memangkas jarak antara mereka. Sergio curiga kalau Carissa menyembunyikan sesuatu darinya. Apalagi dia sudah tahu ada sebuah pesan janggal yang menurutnya tak wajar.Jawaban Carissa ternyata tak membuat Sergio puas dan percaya. Sergio masih belum yakin, dia sempat melihat username kontak tersebut berawalan J. Itu artinya bukan Lyodra, tapi orang lain.“Gimana aku percaya, jawaban kamu tidak membuatku puas. Aku sudah melihat username kontaknya berawal huruf J, sementara kamu bilang itu Lyodra,” pungkas Sergio.“Itu nama panjangnya dia, a
Bab 25Wanita yang dipanggil namanya itu lekas membalikkan badan, alangkah terkejutnya Shanika kala melihat orang itu adalah Mbok Cahyani. Pembantu di rumahnya yang sudah bekerja belasan tahun lamanya.Kehadiran Mbok Cahyani membuat Shanika senang, dia mendekat dan berhambur ke pelukannya kayaknya keluarga sendiri.“Mbok, ya ampun … aku pikir nggak bakalan ketemu Mbok lagi. Gimana kabar Mbok?” tanya Shanika usai melerai pelukan.Sepasang mata mereka nampak berkaca-kaca baru bertemu setelah sekian lama. Shanika senang bertemu dengan Mbok Cahyani, mengingatkan dia pada mendiang ayahnya. Shanika tidak tahu di mana rumah Mbok Cahyani, sehingga itulah dia tidak menyusul.Mbok Cahyani mengusap pipi Shanika. “Simbok baik, Non. Mbok udah dengar berita soal kecelakaan Bapak, yang sabar ya, Non. Semoga Bapak segera ditemukan,” katanya dengan suara parau menahan tangisan.Kepergian Pak Grahardi bukan hanya membuat Shanika dan dua adiknya sedih, tetapi juga kesedihan dirasakan Mbok Cahyani. Pak G
Bab 26 Shanika diam dalam beberapa waktu yang lama. Sangat kentara jika dia tidak menuruti keinginan Sergio yang selalu saja merendahkan harga dirinya, ditambah lagi Sergio mulai menginginkan hal aneh. Tidak melihat waktu dan tempat. Diamnya Shanika, tak ayal Sergio gemas dan geram bersamaan. Gadis di sampingnya menatap kosong ke depan, Sergio bisa saja melakukannya dengan tangannya sendiri, tetapi kali ini dia akan mengasihani Shanika yang masih kepikiran ayahnya. “Sudahlah, aku sudah tidak bernafsu sekarang,” ujar Sergio, menepis tangan Shanika yang hendak membuka kancing blouse yang dipakainya. Rasa lega dirasakan Shanika jika Sergio berubah pikiran, baguslah, Shanika tidak terlalu bersedih hari ini. Tanpa berucap sepatah kata, Sergio mulai menancap pedal gas mobilnya meninggalkan lokasi kejadian. Shanika hanya bisa bergeming dan termenung di tempat duduknya, bingung pada Sergio yang akan membawanya entah ke mana. Shanika juga tidak ingin membuka suara, dia sedang malas bert