Home / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 65. Tatapan Claire dan makan malam romantis

Share

Bab 65. Tatapan Claire dan makan malam romantis

last update Huling Na-update: 2025-04-28 19:07:07

Setiap hari di kantor terasa seperti lari maraton. Meja-meja penuh dokumen, dan ruang meeting sudah digunakan untuk proyek iklan dengan klien dari Paris. Aku duduk di samping Claire, laptop terbuka, menjelaskan revisi terbaru pada konsep visual. Claire mendengarkan dengan serius, sesekali mencatat, tapi matanya sering kali menatapku lebih lama dari yang diperlukan. Aku tidak tahu, apakah benar Claire menyukaiku seperti kata Alicia. Aku mengusir pikiran itu, fokus pada slide di layar.

“Raka, I love how you balance modern and traditional elements here,” kata Claire, menunjuk salah satu desain. “It’s fresh but still authentic. How did you come up with it?”

Aku tersenyum, menjelaskan inspirasi dari pasar tradisional dan iklan global yang pernah kurelakan. “Aku suka ngeliat hal-hal kecil di sekitar, Claire. Kadang ide terbaik datang dari warung kopi atau obrolan sama tukang sayur,” kataku, setengah bercanda.

Claire tertawa, suaranya renyah. “You’re so grounded, Raka. It’s refreshing.” Dia
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 66. Dinner singkat, tertidur di apartemen

    "Kamu sudah siap?" kataku di sebelum pergi. "Sudah Raka," katanya ketika sudah duduk di jok belakang.Motor melaju pelan di jalan malam, angin sejuk membelai wajahku. Mama Siska memeluk pinggangku erat, tubuhnya hangat di belakangku. Restoran yang kutuju adalah tempat kecil di pinggir kota, dengan pemandangan lampu-lampu gedung yang berkilau seperti bintang. Aku memarkir motor, membantu Mama Siska turun, dan dia tersenyum malu-malu, rambutnya sedikit berantakan karena angin. “Raka, ini beneran nggak apa-apa, kan? Kalau Nayla pulang duluan gimana?” katanya, nadanya cemas.“Tenang, sayang. Kita cek dulu,” jawabku, mengeluarkan ponsel.Aku menghubungi Nayla, dan suaranya yang ceria langsung terdengar. “Bang, aku masih di kampus, ada acara. Pulang mungkin jam sepuluh atau lebih. Kenapa memangnya?”“Nggak apa-apa, Nay. Hati-hati, ya,” kataku, mengakhiri panggilan. Aku menatap Mama Siska, tersenyum. “Aman, Ma. Kita punya waktu sampe jam sembilan.”Dia menghela napas lega, pipinya memerah.

    Huling Na-update : 2025-04-28
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 67. Luka aneh di lengan dan Tiara di Bali

    Kepalaku pening saat aku tersadar, tubuhku terasa berat seperti baru bangun dari mimpi panjang. Aku membuka mata perlahan, menyadari aku masih di sofa apartemen Claire, sendirian. Cahaya senja menyelinap melalui jendela besar, menerangi ruangan yang tiba-tiba terasa asing. Lenganku terasa nyeri, seperti ditusuk jarum, dan saat kuperiksa, ada titik merah kecil di dekat siku, seolah bekas suntikan. Aku mengerutkan dahi, jantungku berdetak cepat. *Apa ini?* batinku, mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum aku tertidur.Pintu terbuka, dan Claire masuk bersama Laurent dan Pierre, wajah mereka santai tapi ada sedikit keterkejutan saat melihatku sudah bangun. “Raka, you’re awake! Are you okay?” tanya Claire, buru-buru mendekat, matanya penuh perhatian. “Aku… kenapa bisa ketiduran? Apa yang terjadi?” tanyaku, suaraku serak, mencoba menahan kecurigaan. Claire tersenyum, mengelus lenganku pelan—tepat di dekat titik merah itu, membuatku menahan wince. “You must be exhausted. We were talkin

    Huling Na-update : 2025-04-28
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 68. Pijat plus-plus berujung basah

    Tengah malam, aku terbangun karena merasa gelisah. Dari tadi benda pusakaku tidak mau tidur, kalau seperti ini harus segera di jinakkan. Aku turun dari ranjang, berjalan pelan keluar kamar, berharap udara malam bisa menenangkan dan setidaknya membuatnya tertidur. Tapi kaki ini malah membawaku ke pintu kamar Mama Siska. Aku memutar gagang pintu perlahan—tidak terkunci. Jantungku berdegup lebih kencang saat aku masuk, menutup pintu tanpa suara.Mama Siska tidur pulas, cahaya bulan dari celah jendela menerangi wajahnya yang lembut. Gaun tidurnya tersingkap sedikit di pahanya, menonjolkan pesonanya yang sederhana tapi memikat. Aku mendekat, duduk di sisi ranjang, memandangnya dengan campuran sayang dan hasrat menggebu.“Sayang,” bisikku, tanganku menyentuh pipinya pelan.Dia menggeliat, matanya membuka perlahan, terkejut tapi tidak marah.“Raka? Kenapa kamu di sini?” bisiknya, suaranya lembut tapi cemas.“Aku nggak bisa tidur, sayang. Cuma… pengen deket sama kamu,” kataku, suaraku parau.

    Huling Na-update : 2025-04-29
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 69. Masih lanjut, masa laluku

    "Kamu capek sayang? Aku kencengin lagi ya?" Tanyaku.Mama Siska mengatur nafasnya, dia tidak menjawab. Aku angkat tubuhnya dan aku gendong dari depan, posisi ini rasanya semakin nikmat. Aku cengkram erat tubuhnya, aku gerakkan pinggulku dengan kecepatan penuh.Gerakanku mulai mengendor, aku mengatur nafasku dulu keringat sudah membasahi seluruh tubuhku. Kita saling berciuman, wajah Mama Siska sampai basah oleh keringat tapi dia terlihat semakin seksi. Setelah tenagaku kembali, aku kembali menggerakkan pinggulku.Entah sudah berapa lama permainan kita, rasanya tak ada sedikitpun rasa capek. Kini aku baringkan tubuhnya di tepi ranjang, aku rapatkan tubuhku dan kembali mencium bibirnya. Gerakanku semakin kencang, rasanya aku sudah berada di titik puncak. Gerakanku semakin tidak menentu, tanpa sadar sampai berteriak tapi masih aku tahan dan akhirnya kenikmatan datang dan semuanya berakhir.Aku menjatuhkan tubuhku di atas tubuhnya, nafsuku masih tersengal-sengal dan Mama Siska memelukku er

    Huling Na-update : 2025-04-29
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 70. Cemburu

    Aku memarkir motor di depan rumah, tapi mataku langsung tertuju pada motor asing yang terparkir di halaman. 'Milik siapa ini?' batinku, merasa ada yang aneh. Aku masuk, dan suara tawa lembut Mama Siska dari ruang tamu membuatku berhenti. Di sofa, dia duduk berhadapan dengan seorang pria berusia 40-an, berpakaian rapi, wajahnya ramah tapi terlalu akrab untuk seleraku. Mereka terlihat asyik mengobrol, tertawa seperti punya rahasia sendiri.“Raka, kamu pulang!” seru Mama Siska, berdiri saat melihatku. “Ini Pak Budi, temen sekolah Mama dulu. Budi, ini Raka, menantuku” katanya, tersenyum hangat.Aku menjabat tangan pria itu, mencoba tersenyum. Cara mereka berbicara, tatapan akrab Budi, dan tawa kecil Mama Siska membuatku cemburu. Aku pamit ke kamar, tapi dari pintu, aku melirik mereka lagi. Budi menyentuh lengan Mama Siska saat bercerita, dan aku mengepalkan tangan, berjalan cepat ke kamar.Di kasur, aku merebahkan diri, mencoba menenangkan diri. 'Dia cuma temen, Raka. Jangan lebay,' ba

    Huling Na-update : 2025-04-29
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 71. Strategi menghadapi perselingkuhan

    "Kalau misalnya tadi Nayla memergokiku, aku tidak tahu apa yang terjadi.." gumamku dalam hati.Aku menarik selimut, berharap besok mendapat kabar baik dan hidupku akan berubah.Pagi hari tiba, cahaya pagi menyelinap melalui celah jendela, tapi pikiranku penuh dengan rencana: Tiara harus membayar kebohongannya, dan aku akan memastikan itu terjadi dengan cara yang tidak akan dia lupakan. Foto dan video dari Alicia adalah senjata utamaku, tapi aku perlu strategi matang untuk membongkar perselingkuhannya di depan orang banyak—momen yang akan membuatnya merasakan malu yang sama seperti yang kurasakan.Aku mandi, lalu setelah itu mengenakan kemeja biru tua dan celana jeans, lalu bergabung dengan Mama Siska dan Nayla di meja makan. Mama Siska tersenyum lembut, tapi ada kekhawatiran di matanya karena aku belum bisa mengatakan masalahku padanya.“Raka, semangat, semoga kerjanya lancar hari ini, ya?” katanya, menyodorkan sepiring nasi goreng.“Iya, Ma. Makasih,” jawabku, berusaha tersenyum. Na

    Huling Na-update : 2025-04-29
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 1. Godaan Mertuaku

    Aku tidak percaya, ternyata apem mertuaku jauh lebih nikmat daripada istriku sendiri. Malam ini, akhirnya aku bisa melepaskan hasratku dengan Mama Siska, ibu mertuaku sendiri. "Enak banget Ma, semakin lama rasanya semakin nikmat." Aku tidak berhenti menggoyang mertuaku di atas kasur. "Kamu juga sangat perkasa Raka, Mama sampai kewalahan. Kamu memang luar biasa, ayo Raka bikin Mama puas!" Desahnya, badannya bergetar. "Siap Ma, akan kubuat Mama puas. Kita main sampai pagi Ma, Mama mau kan aku goyang sampai pagi?" "Mau banget Raka, Mama pasrah apapun yang kamu lakukan." Istriku berselingkuh dengan pria lain, maka dari itu aku membalasnya, berhubungan dengan Ibunya. Hujan deras mengguyur malam itu, menciptakan simfoni yang seharusnya menenangkan. Tapi tidak untukku. Aku terjaga di atas ranjang, menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang berantakan, seperti hujan yang mengguyur tanpa henti. Seharusnya di sebelahku ada istriku yang menemaniku, di saat cuaca dingin begini aku hanya

    Huling Na-update : 2025-03-17
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 2. Ujian Semakin Berat

    Setelah selesai mandi, aku langsung duduk dan mengacak rambutku yang masih setengah basah. Napasku masih sedikit berat, pikiranku juga masih terjebak di dalam sisa mimpi semalam.Mimpi yang tidak seharusnya terjadi.Desahan Mama Siska yang menggoda, tatapannya, suaranya yang nyaris seperti bisikan, benar-benar membuatku gila. Dia mengajakku untuk bercinta, tapi ternyata semua itu hanya mimpi!Aku menelan ludah. Dadaku terasa sesak oleh perasaan yang sulit dijelaskan.Sial. Aku harus berhenti memikirkan ini.Tok tok!"Abaaaang!!"Suaranya yang lembut dan khas itu membuatku tersentak. Aku menoleh ke arah pintu kamar yang masih tertutup."Bukain dong, Nayla mau masuk!"Nayla. gadis itu ternyata masih di rumah.Aku menghela napas, mencoba mengumpulkan tenaga sebelum berjalan ke pintu dan membukanya. Begitu pintu terbuka, gadis cantik itu langsung melongok ke dalam kamar dengan ekspresi penasaran.Nayla adalah adik dari istriku, dia baru saja masuk kuliah tahun ini, tubuhnya ramping dan cu

    Huling Na-update : 2025-03-17

Pinakabagong kabanata

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 71. Strategi menghadapi perselingkuhan

    "Kalau misalnya tadi Nayla memergokiku, aku tidak tahu apa yang terjadi.." gumamku dalam hati.Aku menarik selimut, berharap besok mendapat kabar baik dan hidupku akan berubah.Pagi hari tiba, cahaya pagi menyelinap melalui celah jendela, tapi pikiranku penuh dengan rencana: Tiara harus membayar kebohongannya, dan aku akan memastikan itu terjadi dengan cara yang tidak akan dia lupakan. Foto dan video dari Alicia adalah senjata utamaku, tapi aku perlu strategi matang untuk membongkar perselingkuhannya di depan orang banyak—momen yang akan membuatnya merasakan malu yang sama seperti yang kurasakan.Aku mandi, lalu setelah itu mengenakan kemeja biru tua dan celana jeans, lalu bergabung dengan Mama Siska dan Nayla di meja makan. Mama Siska tersenyum lembut, tapi ada kekhawatiran di matanya karena aku belum bisa mengatakan masalahku padanya.“Raka, semangat, semoga kerjanya lancar hari ini, ya?” katanya, menyodorkan sepiring nasi goreng.“Iya, Ma. Makasih,” jawabku, berusaha tersenyum. Na

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 70. Cemburu

    Aku memarkir motor di depan rumah, tapi mataku langsung tertuju pada motor asing yang terparkir di halaman. 'Milik siapa ini?' batinku, merasa ada yang aneh. Aku masuk, dan suara tawa lembut Mama Siska dari ruang tamu membuatku berhenti. Di sofa, dia duduk berhadapan dengan seorang pria berusia 40-an, berpakaian rapi, wajahnya ramah tapi terlalu akrab untuk seleraku. Mereka terlihat asyik mengobrol, tertawa seperti punya rahasia sendiri.“Raka, kamu pulang!” seru Mama Siska, berdiri saat melihatku. “Ini Pak Budi, temen sekolah Mama dulu. Budi, ini Raka, menantuku” katanya, tersenyum hangat.Aku menjabat tangan pria itu, mencoba tersenyum. Cara mereka berbicara, tatapan akrab Budi, dan tawa kecil Mama Siska membuatku cemburu. Aku pamit ke kamar, tapi dari pintu, aku melirik mereka lagi. Budi menyentuh lengan Mama Siska saat bercerita, dan aku mengepalkan tangan, berjalan cepat ke kamar.Di kasur, aku merebahkan diri, mencoba menenangkan diri. 'Dia cuma temen, Raka. Jangan lebay,' ba

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 69. Masih lanjut, masa laluku

    "Kamu capek sayang? Aku kencengin lagi ya?" Tanyaku.Mama Siska mengatur nafasnya, dia tidak menjawab. Aku angkat tubuhnya dan aku gendong dari depan, posisi ini rasanya semakin nikmat. Aku cengkram erat tubuhnya, aku gerakkan pinggulku dengan kecepatan penuh.Gerakanku mulai mengendor, aku mengatur nafasku dulu keringat sudah membasahi seluruh tubuhku. Kita saling berciuman, wajah Mama Siska sampai basah oleh keringat tapi dia terlihat semakin seksi. Setelah tenagaku kembali, aku kembali menggerakkan pinggulku.Entah sudah berapa lama permainan kita, rasanya tak ada sedikitpun rasa capek. Kini aku baringkan tubuhnya di tepi ranjang, aku rapatkan tubuhku dan kembali mencium bibirnya. Gerakanku semakin kencang, rasanya aku sudah berada di titik puncak. Gerakanku semakin tidak menentu, tanpa sadar sampai berteriak tapi masih aku tahan dan akhirnya kenikmatan datang dan semuanya berakhir.Aku menjatuhkan tubuhku di atas tubuhnya, nafsuku masih tersengal-sengal dan Mama Siska memelukku er

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 68. Pijat plus-plus berujung basah

    Tengah malam, aku terbangun karena merasa gelisah. Dari tadi benda pusakaku tidak mau tidur, kalau seperti ini harus segera di jinakkan. Aku turun dari ranjang, berjalan pelan keluar kamar, berharap udara malam bisa menenangkan dan setidaknya membuatnya tertidur. Tapi kaki ini malah membawaku ke pintu kamar Mama Siska. Aku memutar gagang pintu perlahan—tidak terkunci. Jantungku berdegup lebih kencang saat aku masuk, menutup pintu tanpa suara.Mama Siska tidur pulas, cahaya bulan dari celah jendela menerangi wajahnya yang lembut. Gaun tidurnya tersingkap sedikit di pahanya, menonjolkan pesonanya yang sederhana tapi memikat. Aku mendekat, duduk di sisi ranjang, memandangnya dengan campuran sayang dan hasrat menggebu.“Sayang,” bisikku, tanganku menyentuh pipinya pelan.Dia menggeliat, matanya membuka perlahan, terkejut tapi tidak marah.“Raka? Kenapa kamu di sini?” bisiknya, suaranya lembut tapi cemas.“Aku nggak bisa tidur, sayang. Cuma… pengen deket sama kamu,” kataku, suaraku parau.

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 67. Luka aneh di lengan dan Tiara di Bali

    Kepalaku pening saat aku tersadar, tubuhku terasa berat seperti baru bangun dari mimpi panjang. Aku membuka mata perlahan, menyadari aku masih di sofa apartemen Claire, sendirian. Cahaya senja menyelinap melalui jendela besar, menerangi ruangan yang tiba-tiba terasa asing. Lenganku terasa nyeri, seperti ditusuk jarum, dan saat kuperiksa, ada titik merah kecil di dekat siku, seolah bekas suntikan. Aku mengerutkan dahi, jantungku berdetak cepat. *Apa ini?* batinku, mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum aku tertidur.Pintu terbuka, dan Claire masuk bersama Laurent dan Pierre, wajah mereka santai tapi ada sedikit keterkejutan saat melihatku sudah bangun. “Raka, you’re awake! Are you okay?” tanya Claire, buru-buru mendekat, matanya penuh perhatian. “Aku… kenapa bisa ketiduran? Apa yang terjadi?” tanyaku, suaraku serak, mencoba menahan kecurigaan. Claire tersenyum, mengelus lenganku pelan—tepat di dekat titik merah itu, membuatku menahan wince. “You must be exhausted. We were talkin

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 66. Dinner singkat, tertidur di apartemen

    "Kamu sudah siap?" kataku di sebelum pergi. "Sudah Raka," katanya ketika sudah duduk di jok belakang.Motor melaju pelan di jalan malam, angin sejuk membelai wajahku. Mama Siska memeluk pinggangku erat, tubuhnya hangat di belakangku. Restoran yang kutuju adalah tempat kecil di pinggir kota, dengan pemandangan lampu-lampu gedung yang berkilau seperti bintang. Aku memarkir motor, membantu Mama Siska turun, dan dia tersenyum malu-malu, rambutnya sedikit berantakan karena angin. “Raka, ini beneran nggak apa-apa, kan? Kalau Nayla pulang duluan gimana?” katanya, nadanya cemas.“Tenang, sayang. Kita cek dulu,” jawabku, mengeluarkan ponsel.Aku menghubungi Nayla, dan suaranya yang ceria langsung terdengar. “Bang, aku masih di kampus, ada acara. Pulang mungkin jam sepuluh atau lebih. Kenapa memangnya?”“Nggak apa-apa, Nay. Hati-hati, ya,” kataku, mengakhiri panggilan. Aku menatap Mama Siska, tersenyum. “Aman, Ma. Kita punya waktu sampe jam sembilan.”Dia menghela napas lega, pipinya memerah.

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 65. Tatapan Claire dan makan malam romantis

    Setiap hari di kantor terasa seperti lari maraton. Meja-meja penuh dokumen, dan ruang meeting sudah digunakan untuk proyek iklan dengan klien dari Paris. Aku duduk di samping Claire, laptop terbuka, menjelaskan revisi terbaru pada konsep visual. Claire mendengarkan dengan serius, sesekali mencatat, tapi matanya sering kali menatapku lebih lama dari yang diperlukan. Aku tidak tahu, apakah benar Claire menyukaiku seperti kata Alicia. Aku mengusir pikiran itu, fokus pada slide di layar.“Raka, I love how you balance modern and traditional elements here,” kata Claire, menunjuk salah satu desain. “It’s fresh but still authentic. How did you come up with it?”Aku tersenyum, menjelaskan inspirasi dari pasar tradisional dan iklan global yang pernah kurelakan. “Aku suka ngeliat hal-hal kecil di sekitar, Claire. Kadang ide terbaik datang dari warung kopi atau obrolan sama tukang sayur,” kataku, setengah bercanda.Claire tertawa, suaranya renyah. “You’re so grounded, Raka. It’s refreshing.” Dia

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 64. Strategi untuk menjatuhkan

    Aku berdiri di kamar mandi, air dingin membasahi tubuhku, mencoba mendinginkan kepala yang penuh pikiran. Persahabatan dengan Reza akhirnya pulih, dan itu seperti beban besar yang terangkat dari pundakku. Tapi kekhawatiran baru muncul—tatapan Reza ke Mama Siska tadi terlalu jelas, terlalu penuh kagum. Aku harus memastikan dia tidak mendekatinya. Aku menghela napas, menggosok luka kecil di tanganku yang masih perih, lalu keluar dari kamar mandi dengan handuk di bahu.Di ruang tengah, Mama Siska sedang duduk di sofa, memotong sayuran untuk makan malam. Dia menoleh saat aku lewat, dan matanya langsung tertuju pada perban di tanganku.“Raka, kamu kenapa? kenapa tanganmu terluka?!” serunya, buru-buru berdiri, wajahnya penuh kekhawatiran.Dia menarik tanganku, memeriksanya angat perhatian dan terlihat cemas.“Ma, tenang. Ini cuma memar kecil ko, udah diobatin di kantor,” kataku, tersenyum untuk menenangkannya.“Tapi ini berdarah lagi! Ayo, biar Mama bersihin,” tegasnya, menarikku duduk di s

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 63. Persahabatan kembali bersatu

    Sore itu, kantor mulai lengang. Claire, Monsieur Laurent, dan Pierre sudah pamit pulang setelah meeting tambahan untuk proyek iklan.Saat berpamitan, Claire mendekatiku, matanya penuh perhatian. “Raka, get well soon, okay? Don’t push yourself too hard,” katanya, suaranya lembut.Sapu tangannya masih tergenggam di tanganku, wangi parfumnya samar-samar tercium.“Makasih, Claire. Aku baik-baik aja,” jawabku, tersenyum kecil.Aku bisa merasakan tatapan tajam Liana dari mejanya, wajahnya kaku, jelas tidak suka melihat kedekatan kami. Aku mengabaikannya, sudah terlalu lelah dengan kecemburuannya yang tidak beralasan.Saat jam pulang tiba, Liana mendekati mejaku, tasnya sudah di pundak.“Raka, pulang bareng, yuk? Aku khawatir kamu kenapa-kenapa di jalan, apalagi tanganmu luka,” katanya, nadanya penuh perhatian tapi ada nada genit yang tidak bisa disembunyikan.Aku menahan napas, kesal tapi berusaha santai. “Nggak usah, Li. Aku bisa sendiri. Lagian, motor nggak susah dikendarain cuma pake sat

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status