Chapter: Bab 33. PengakuanAku duduk di mejaku, mengetik laporan, tetapi pikiranku tidak fokus. Beberapa kali aku menatap ke arah Reza tapi dia tetap menunduk, matanya tetap fokus ke layar laptopnya, seperti orang kehilangan semangat. Biasanya dia suka tersenyum kepadaku, mengeluh pusing soal pekerjaan sambil bercanda, tetapi hari ini? Dingin, seperti orang lain. Aku tidak nyaman, Reza sahabatku, dan aku tidak ingin ada masalah di antara kami. Aku harus bertanya, agar tidak ada salah paham. Saat jam istirahat tiba, aku berencana mengajak Reza mengobrol berdua. Aku berdiri, hendak mendekatinya, tetapi Liana mengajakku untuk makan siang bersama.“Raka, makan siang bareng, yuk!” katanya, tersenyum lebar.Aku menoleh ke Reza—dia sudah bangkit, berjalan cepat ke pintu.“Li, aku ada urusan dengan Reza dulu,” kataku buru-buru, menyusulnya. “Za! Reza!” panggilku saat dia sudah di lorong. Dia tidak menoleh, seolah tidak mendengar, padahal aku yakin dia tahu aku memanggilnya. Aku mengejar ke parkiran, tetapi dia sudah
Last Updated: 2025-04-14
Chapter: Bab 32. Hubungan dengan Liana dan Reza yang aneh Tak lama setelah aku duduk di meja, Liana masuk kantor dengan langkah cepat, hampir berlari kecil. Bukan Liana namanya kalau tidak heboh, dia menyapa semua orang dengan suara riang, membuat suasana kantor yang tadinya sepi menjadi ramai. Namun, matanya langsung mencariku, dan seperti biasa, dia segera menghampiri mejaku sambil membawa kantong plastik.“Raka, ini untukmu!” katanya, menyerahkan kantong berisi kue tapi ada apel dan jeruk juga kali ini.“Kemarin saudaraku memberinya banyak, jadi aku bawa untukmu.” Aku menoleh ke kantong itu, tersenyum. “Wah, terima kasih, Li. Tapi banyak sekali, kalau sebanyak ini nggak mungkin aku makan habis. Bagi ke yang lain saja, ya,” kataku.Aku merasa tidak enak kalau hanya aku yang mendapatkannya lagipula, aku tidak ingin membuat orang lain berfikir tidak baik. Liana mengangguk, lalu mulai membagikan buah ke Sarah, beberapa rekan lain, sampai ke meja Reza. Namun, Reza, seperti biasa, menolak mentah-mentah. “Tidak usah, Li. Aku tidak suka,” katan
Last Updated: 2025-04-13
Chapter: Bab 31. Sandiwara di Meja makan Malam sudah larut, tetapi Tiara masih belum pulang. Bukannya aku peduli ataupun khawatir, tapi aku tidak habis pikir dengan sikapnya. Demi untuk kesenangan pribadi, dia sampai berbohong entah itu padaku, Mama Siska dan Nayla. Dia benar-benar keterlaluan, sudah saatnya kebohongannya aku bongkar. Alicia mengatakan jika Alex sudah satu tahun lamanya berselingkuh dengan sekretarisnya. Kata-kata itu seperti jarum yang menusuk hatiku, berarti selama ini Tiara tidak pernah benar-benar mencintaiku dia hanya memanfaatkan ku saja. Mungkin karna selama ini aku sudah banyak membantunya, setiap Tiara butuh bantuan aku selalu siap membantunya. Aku kira dia benar-benar mencintaiku, ternyata itu hanya sandiwaranya saja. Entah apa tujuannya yang jelasnya, dia benar-benar tega. Sampai kemudian rasa kantuk datang, akupun tertidur pulas. Tengah malam, aku mendengar pintu kamar dibuka pelan, aku yakin pasti Tiara. Aku berpura-pura tidur, tidak mau membuka mata. Dia duduk di ranjang, di belakang punggungk
Last Updated: 2025-04-13
Chapter: Bab 30. Tawa dan Aroma di DapurSore menjelang ketika kami sampai di rumah. Aku membantu Mama Siska membawa belanjaan ke dapur, merasa lelah tetapi senang. Hari ini aku tidak hanya ingin membantu berbelanja atau membersihkan rumah, aku juga ingin ikut memasak. Aku ingin menghabiskan waktu bersama Mama Siska, sekaligus melupakan masalahku yang membuat kepalaku terasa pusing. Dia mengatakan akan ganti baju dulu, lalu berjalan ke kamarnya. Aku juga pergi ke kamarku, menyimpan jaket, dan saat melewati kamar Nayla, aku mendengar tawa mereka. Nayla dan teman-temannya masih berada di sana dan terdengar bising. Selesai menyimpan jaket, aku kembali ke dapur. Mama Siska belum ada, mungkin masih berada di kamarnya. Aku duduk di kursi, menunggu, sampai akhirnya dia datang. Dia mengenakan daster favoritnya yang sederhana, tapi entah mengapa membuatnya tampak anggun, bahkan begitu memikat. Aku buru-buru menoleh ke arah lain, takut dia menangkapku sedang memandanginya.“Ma, aku bantu memasak, ya,” kataku cepat, berdiri. Dia meno
Last Updated: 2025-04-12
Chapter: Bab 29. Detak Jantung di Pasar dan MalObrolan ramai bersama Nayla dan teman-temannya masih berlanjut, tetapi Mama Siska tiba-tiba berdiri.“Mama ke pasar dulu, ya. Mau belanja untuk makan malam,” katanya berlalu keluar dari kamar.Aku langsung menawarkan, “Ma, aku antar, ya.” Dia menggelengkan kepala, “Tidak usah, Raka. Kamu pasti capek, lebih baik istirahat saja.”Tapi aku tetap memaksa. “Mama, aku bosan di rumah. Aku sama sekali tidak merasa capek, mumpung lagi libur juga. Lagipula aku bisa mengantar Mama pakai motor, lebih hemat daripada naik ojek atau naik angkutan umum. Lebih aman juga kan,” kataku, berdiri.Teman-teman Nayla serentak berkata, “Iya, Tante, biar Abang Raka antar aja!”Nayla ikut berkomentar, “Benar, Ma. Pulangnya juga jadi lebih cepat kan kalau Bang Raka antar.”Mama Siska menoleh padaku, lalu tersenyum kecil. “Ya sudah, kalau begitu ayo,” katanya akhirnya.Aku buru-buru ke kamar, mengambil jaket, dan menyiapkan motor di depan rumah. Aku memanaskan mesin dulu, entah kenapa perasaanku aneh. Aku sangat
Last Updated: 2025-04-12
Chapter: Bab 28. Tawa di Tengah RumahAku hanya mengangguk, berpura-pura percaya, padahal aku tahu itu pasti bohong. Pasti dia bertemu Alex lagi.Dia pergi sekitar pukul sembilan pagi, dan aku malah merasa lega tidak perlu mencari alasan untuk keluar dari rumah.Kini di rumah tinggal bertiga—aku, Mama Siska, dan Nayla. Setelah kami selesai sarapan, Nayla tiba-tiba berbicara.“Ma, teman-teman kampusku boleh datang ke sini, nggak? Kami mau kerja kelompok,” pintanya, matanya cerah penuh harap.Mama Siska tersenyum, “Boleh, Nay. Ajak saja.” Nayla sangat senang, langsung tersenyum lebar.Aku menoleh kepadanya, iseng. “Anak muda gak main ke luar saja? Kenapa malah main di rumah?” tanyaku, sengaja menggoda. Dia cemberut, “Ya, agar sekalian kerja kelompok, Bang! Lebih enak di rumah,” jawabnya cepat.Aku tertawa kecil, melanjutkan menggodanya. “Oh ya, Nay, si cowok yang suka mengganggu kamu itu bagaimana kabarnya? Masih mengejar-ngejar kamu?” Matanya langsung membulat, pipinya memerah.“Bang! Jangan bahas dia, aku malas!” katany
Last Updated: 2025-04-11
Chapter: Suasana semakin tegang Malam itu, aku duduk di dalam mobil Om Martin, jari-jariku bermain di ujung gaun yang kukenakan. Hawa dingin dari AC menyelimuti tubuhku, tapi pikiranku justru terasa panas, berputar-putar memikirkan semua yang telah terjadi hari ini."Kamu capek?" suara Om Martin terdengar lembut, membuyarkan lamunanku. Aku menoleh dan melihatnya tersenyum, tatapan matanya yang teduh membuat dadaku berdesir.Aku menggeleng pelan. "Nggak, aku cuma... banyak mikir aja."Dia mengangguk seakan mengerti. "Kalau ada yang ingin diceritakan, aku siap mendengar."Aku menghela napas, mencoba menyusun kata-kata. "Aku cuma merasa aneh. Rasanya... terlalu nyaman berada di dekat Om. Seperti ada sesuatu yang mengisi ruang kosong di hatiku. Tapi di sisi lain, aku takut kalau ini hanya perasaan sesaat."Om Martin terdiam sejenak sebelum menjawab, "Aku juga merasakannya, Laura. Aku tahu aku bukan ayahmu, dan aku tidak akan pernah bisa menggantikannya. Tapi kalau keberadaanku bisa membuatmu merasa lebih baik, aku berse
Last Updated: 2025-04-05
Chapter: Semakin rumit Laura menatap sosok di hadapannya dengan napas tertahan. Jantungnya berdebar kencang saat dia mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Orang itu berdiri di ambang pintu, matanya menatap Laura dengan campuran perasaan yang sulit dijelaskan."Kamu... kenapa bisa ada di sini?" suara Laura bergetar.Pria itu tersenyum kecil, langkahnya mendekat. "Aku selalu ada di sekitarmu, hanya saja kau tidak pernah menyadarinya."Reno yang berdiri di samping Laura menatap pria itu dengan sorot tajam. "Siapa dia, Laura?"Laura menggeleng, seakan mencoba mengusir kebingungan di kepalanya. "Aku... aku tidak tahu. Aku pernah mengenalnya, tapi aku tidak mengerti kenapa dia muncul sekarang."Pria itu tertawa kecil, suara rendahnya penuh misteri. "Laura, aku tidak muncul tiba-tiba. Aku datang karena waktunya sudah tepat. Ada sesuatu yang harus kamu ketahui."Ketegangan semakin meningkat. Reno maju selangkah, posisinya protektif di depan Laura. "Aku tidak peduli siapa kamu. Kalau niatmu buruk, sebaiknya p
Last Updated: 2025-04-04
Chapter: Malam yang menegangkan Malam itu, hujan turun deras, menciptakan suasana tegang di dalam ruangan yang dipenuhi oleh ketegangan yang menggantung. Laura menatap pria di depannya, napasnya tercekat saat kata-kata yang baru saja diucapkan pria itu menggema di kepalanya."Aku sudah tahu semuanya, Laura," kata pria itu dengan suara berat dan tajam.Jantung Laura berdebar kencang. "Maksudmu apa?" tanyanya, mencoba tetap tenang.Pria itu mengeluarkan sebuah amplop coklat dan meletakkannya di atas meja. Dengan tangan gemetar, Laura mengambilnya dan membuka isinya. Matanya melebar saat melihat foto-foto di dalamnya. Itu adalah foto dirinya bersama seseorang dari masa lalunya—seseorang yang seharusnya sudah tidak ada dalam hidupnya."Bagaimana kau mendapatkan ini?" suaranya bergetar, campuran antara marah dan ketakutan.Pria itu tersenyum tipis. "Aku punya sumberku sendiri. Dan aku yakin, kau tahu bahwa seseorang sedang mengincarmu."Laura menelan ludah. Dia tahu persis siapa yang dimaksud pria itu. Sosok yang seharus
Last Updated: 2025-04-03
Chapter: Konflik Memuncak dan Kejutan yang Tak TerdugaLaura merasa jantungnya berdetak kencang saat melihat seseorang dari masa lalunya muncul tiba-tiba di depan pintu apartemennya. Pria itu berdiri dengan wajah serius, seolah membawa kabar buruk yang akan mengubah segalanya. "Kita perlu bicara," katanya dengan nada mendesak.Sementara itu, di tempat lain, Arya dan Reza sedang mencoba menghubungi Laura setelah menyadari ada sesuatu yang aneh dengan pesan yang dikirimkannya sebelumnya. Liam yang biasanya ceria juga terlihat lebih serius. "Aku nggak suka firasat ini," gumamnya sambil menggenggam ponselnya erat.Di dalam apartemen, Laura menatap pria itu dengan perasaan campur aduk. "Kenapa kamu di sini? Aku pikir kita sudah selesai bertahun-tahun lalu," katanya dengan suara bergetar.Pria itu, yang ternyata adalah mantan kekasih Laura yang menghilang tanpa jejak, menghela napas panjang. "Aku tahu aku banyak salah, tapi aku kembali karena ada sesuatu yang harus kau tahu. Ini tentang keluargamu… tentang ayahmu."Kata-katanya langsung membuat
Last Updated: 2025-04-02
Chapter: BAYANGAN MASA LALUMalam semakin larut, tetapi suasana justru semakin tegang. Napasku memburu, pikiranku berputar cepat. Aku tidak pernah menyangka akan bertemu dengannya lagi—seseorang yang seharusnya sudah lama menghilang dari kehidupanku.Dia berdiri di sana, bersandar santai di pintu belakang ruangan ini, seakan kedatangannya adalah hal yang wajar. Senyumnya tipis, nyaris seperti ejekan.“Lama tidak bertemu, Laura,” suaranya tenang, tapi dingin.Aku menelan ludah. “Kenapa kau di sini?”Dia tidak langsung menjawab. Malah, dia melangkah maju dengan perlahan, membuat jantungku berdebar lebih kencang. Reno dan Arya sudah bersiap siaga di sampingku, siap melakukan apa pun jika keadaan memburuk.“Kau tahu, aku selalu tertarik melihat bagaimana kau berkembang setelah semua yang terjadi,” katanya sambil menatapku tajam. “Aku hanya ingin melihat sendiri apakah kau masih sekuat dulu… atau justru lebih lemah.”Aku mengepalkan tangan. “Aku tidak punya waktu untuk permainanmu.”Dia tertawa kecil. “Permainan? Ah,
Last Updated: 2025-04-01
Chapter: Konflik baru Malam itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Langit hitam pekat tanpa bintang, seakan menyembunyikan sesuatu yang tak ingin terlihat. Di dalam ruangan yang remang, suasana penuh ketegangan.Laura menatap seseorang di depannya dengan napas memburu. Sosok itu tersenyum samar, tatapannya sulit ditebak."Kau pasti tak menyangka akan bertemu denganku di sini, bukan?" suara baritonnya terdengar begitu akrab, tapi ada sesuatu yang janggal di baliknya.Laura menelan ludah. "Kenapa kau ada di sini? Apa maumu?"Sosok itu hanya menghela napas, lalu berjalan mendekat dengan langkah perlahan. Setiap langkahnya bergema di ruangan yang sepi.Di saat bersamaan, di tempat lain, Reno berlari menerobos lorong sempit, mencoba mencari Laura. Ada firasat buruk yang mengusiknya sejak tadi. Jantungnya berdebar kencang, dan tanpa sadar, tangannya mengepal erat.Sementara itu, di dalam ruangan, Laura berusaha tetap tenang meskipun pikirannya berkecamuk. Sosok itu kini berdiri di hadapannya, menyodorkan
Last Updated: 2025-03-31