Keesokan harinya.
Mila menangis tersedu-sedu di ujung ranjangnya, ia teringat Rendi yang menggagahi habis dirinya. Sprei abu-abu polos ini menjadi saksi, bercak darah yang menempel akibat perbuatan bajingan yang Rendi lakukan. Bagaimana brutalnya Rendi merenggut kesuciannya yang selama ini ia jaga. Hancur sudah harapan hidup Mila untuk bisa menikah dengan laki-laki yang dicintainya. Ia sedih, ia menyesal harus berakhir seperti ini.
Rendi tertidur pulas di ruang tamu nya. Setelah berhasil merenggut mahkota Mila, ia tertawa puas dan segera berlalu keluar dari kamar Mila, meninggalkan Mila yang terbaring lemas dan menangis. Rendi dalam kondisi mabuk berat, pagi ini kepalanya sangat berat dan terasa pusing. Firly membangunkan Rendi yang tertidur sangat pulas.
"Ya ampun, Mas. Kamu kok tidur disini sih, pantesan tadi pagi aku lihat kamu gak ada. Ya ampun, bau banget lagi. Pasti Mas Rendi abis minum lagi. Mas, bangun! Ayo, ini udah siang! Bangun kamu!" tegas Firly.
Rendi menguap dan membuka matanya, ia melihat Firly yang sudah rali dengan pakaian kerjanya dan make up yang menempel di wajahnya.
"Mas, kok kamu tidur disini sih!" keluh Firly.
"Aku gak bisa tidur di kamar." jawab Rendi malas.
"Mas, jadi kan cari supir buat aku hari ini? Nanti dia mulai kerja hari senin. Aku jadi camping hari ini. Aku udah siap, cepetan kamu bangun, terus mandi. Anterin aku ke butik. Ayo, gak pake lama, Mas!" Firly sangat cerewet.
"Ah, dasar kamu! Baiklah, aku akan segera mandi sekarang. Sarapan duluan aja sama Calief." ucap Rendi.
Mila mencoba melupakan kejadian pahit yang menimpanya. Ia tetap menyiapkan sarapan untuk keluarga Rendi. Ia tak mau membuat masalah besar. Ia tak tega jika Firly dan Rendi harus bertengkar karena dirinya. Mila mencoba menguatkan dirinya sampai selesai membuat surat pengunduran dirinya.
Ya, Mila akan berhenti bekerja dari rumah Rendi. Mila tak kuat, jika terus- menerus menyimpan luka karena perbuatan Rendi padanya. Ia harus pergi, ia tak boleh merusak kebahagiaan orang lain. Mila sudah memutuskan untuk segera pergi dari rumah Rendi secepat mungkin.
🌸🌸🌸
Rendi telah mengantarkan Firly ke butik. Firly juga pamit pada Rendi dan Calief, karena hari ini Firly tak akan pulang ke rumah. Firly akan camping bersama karyawannya. Rendi dan Calief pun menyalami Firly, perpisahan selama dua hari tanpa sang Mama.
"Hati-hati ya Ma, Alief bakalan rindu sama Mama," Calief memeluk Firly.
"Iya sayang, Mama juga pasti kangen Alief. Baik-baik ya sama Papa dan Mbak Mila juga." pesan Firly.
"Ya sudah, kita pamit ya, sayang." Rendi mengecup kening Firly.
"Ya, Mas. Hati-hati dijalan."
Rendi dan Calief masuk ke mobil. Mereka akan segera pulang. Calief libur sekolah, karena ini hari sabtu. Tiba-tuba, Calief merengek pada Rendi.
"Papa, Alief mau ke rumah Eyang!" ucap Calief,
"Loh, kamu kan gak bawa baju ganti. Nanti kamu suka main kotor-kotoran kalo di rumah Eyang."
"Gak apa-apa. Nanti Papa pulang aja, terus ke rumah Eyang lagi, anterin baju Alief. Ya? Please, Papa? Alief pengen main sama Diana." ucap Calief.
"Baiklah, ayo!"
Rendi mengantar Calief pergi ke rumah Ibunya. Setelah selesai, Rendi segera pulang ke rumahnya, untuk membawa pakaian ganti untuk Calief. Sepertinya, Calief ingin menginap di rumah Eyangnya, untuk itu Rendi akan mempersiapkan segalanya, jika benar anak itu akan menginap.
Sesampainya di rumah.
"Mil, tolong siapkan baju main dan baju tidur Calief. Aku harus mengantarkannya ke rumah Neneknya." ucap Rendi.
Mila tak menjawab. Ia segera naik ke lantai atas melangkahkan kakinya menuju kamar Calief. Rendi bingung, dengan apa yang terjadi pada Mila. Rendi tak ingat perlakuannya semalam, karena ia sangat mabuk. Ia merasa tak melakukan apa-apa pada Mila, karena memorinya belum sepenuhnya teringat kembali.
Kurasa, dia memang mabuk. Dia tak menyadari perbuatannya padaku. Semoga saja, aku tak hamil, jadi aku tak perlu menangisi nasibku yang malang. Aku harus segera pergi dari rumah ini. Batin Mila.
Mila menyerahkan baju Calief pada Rendi. Selain menyerahkan bajunya, Mila juga menyerahkan sebuah kertas pada Rendi. Rendi heran, ia segera membukanya. Rendi membaca dengan seksama. Betapa kagetnya ia, ketika membaca pengunduran diri Mila mulai hari minggu esok.
"Mil, apa maksudmu?" tanya Rendi.
"Maaf, Pak. Saya harus segera berhenti. Saudara Ibu saya ada di kampung, saya harus segera pulang." ucap Mila.
"Enggak. Kamu gak boleh berhenti. Saya gak izinin kamu berhenti dari sini." tegas Rendi.
"Maaf, Pak!" Mila berlalu kembali menuju dapur. Ia tak ingin mendengar penolakan dari Rendi.
"MIL, MILA! ADA APA DENGANMU?" Rendi berteriak pada Mila.
Mila tak mengindahkan ucapan Rendi. Tiba-tiba, kepala Rendi pusing dan serasa berputar, karena ia berteriak-teriak pada Mila. Seketika, muncul bayangan kejadian semalam yang menimpa Mila. Rendi teringat jika dirinya membekap Mila dan mencumbu Mila dengan ganas. Seketika itu juga Rendi kaget, dan tak menyangka dirinya melakukan hal itu pada Mila saat mabuk.
Astaga, Mila. Aku baru ingat bahwa semalam aku menyetubuhi mu. Aku baru ingat, aku mendapatkan darah perawan mu. Aku baru sadar, inilah penyebab kamu mengundurkan diri. Mila? Aku tak bisa membiarkan ini terjadi. Aku telah keliru. Kamu telah bercinta denganku, aku tak mungkin membuangmu. Maafkan aku yang tak sadar sejak awal Mila. Batin Rendi.
Rendi segera menuju dapur menghampiri Mila yang sedang mengelap meja makan. Rendi merasa bersalah karena telah merenggut kesucian Mila. Ia tahu, itu diluar batasnya, namun tetap saja dirinya yang telah melakukan hal itu pada Mila.
"Mila ... Maafkan aku," Rendi menghampiri MIila yang terlihat menangis.
*Bersambung*
SUBSCRIBE YA GUYSSS 💗💗💗Mila menangis, air matanya jatuh tak tertahankan, setelah ia memberikan surat pengunduran diri pada Rendi. Ia meratapi bagaimana nasib kehidupannya nanti. Hidupnya sudah hancur, mana ada laki-laki yang mau pada wanita yang sudah tak perawan lagi seperti dirinya. Ia sempat ragu menuliskan surat pengunduran diri, tapi mau bagaimana lagi? Semua sudah terjadi, jika diteruskan bekerja disini pun akan sangat menyakitkan sekali.Tiba-tiba, ketika Mila sedang membersihkan dapur, datanglah Rendi, lalu Rendi menghampiri dirinya. Rendi melihat Mila yang sedang menangis tersedu-sedu."Mila ... Maafkan aku," Rendi menghampiri Mila yang terlihat menangis.Mila berbalik, ia tak bergeming. Mila segera mengusap air matanya dengan cepat. Ia tak menjawab ucapan Rendi, ia segera berjalan pergi dan meninggalkan Rendi. Mila sudah tak mau lagi berurusan dengan maj
Mila dan Rendi segera menuju rumah kedua orang tua Rendi untuk membawa perlengkapan Calief. Mila gugup dan takut, apalagi jika ia harus bertemu dengan keluarga besar Rendi. Ia takut disangka yang tidak-tidak jika ia terus bersama majikannya itu."Pak, saya takut sama keluarga besar Bapak," ucap Rendi."Kenapa harus takut? Bilang aja kamu mau jemput Calief sekalian ke pasar. Gak apa-apa kan?" Rendi menenangkan."Tapi Pak, saya takut disangka yang aneh-aneh sama keluarga Bapak, apalagi dandanan saya sekarang seperti ini." ujar Mila."Udah, tenang aja Mil." ucap Rendi.Kediaman keluarga Rendi tak terlalu jauh dari rumahnya, hanya butuh waktu setengah jam untuk sampai di rumah Ibunya. Ibu Rendi tinggal bersama Kakaknya dan kedua adik Rendi yang masih kuliah serta yang satu yang telah menikah. Kakak Rendi adalah seorang duda, karena istrinya telah meninggal. Oleh karena itu, Kakak Rendi tinggal
Part Of View Firly.Firly Syafieka, adalah nama panjangku. Aku biasa dipanggil Firly oleh kerabat dekatku. Aku senang menggambar dan melukis. Hingga suatu hari, aku menemukan jati diriku sebagai seorang fashion designer. Aku mencintai profesiku, dan aku bersungguh-sungguh menekuni karir ini, hingga aku bisa lulus kuliah dengan nilai IP tertinggi, dan berhasil membuka butik serta wedding organizer sendiri.Pernikahanku dengan Mas Rendi tak menjadi halangan untuk aku berkarir. Ketika aku memilih fokus pada karirku, Mas Rendi selalu mendukungku, dan ia tak keberatan dengan profesiku saat ini. Dengan berkarir, otomatis ada keluarga yang harus aku korbankan. Aku harus membagi waktu antara keluargaku dan pekerjaanku.Jujur, aku merasa bersalah pada anakku, Calief Adinata. Dia memang kurang kasih sayang dariku, karena aku yang terlalu sibuk. Semua ini kulakukan untuknya juga, walau ada kasih sayang yang tak bisa a
Malam ini, Rendi pulang ke rumahnya dengan perasaan senang dan bahagia. Bagaimana tidak, Mila sudah mulai mau menerimanya dan tak canggung padanya. Rendi awalnya takut karena Mila akan pergi meninggalkannya, ternyata hanya dengan diajak jalan-jalan seperti itu saja Mila sudah mulai menurut pada Rendi.Rendi masuk kedalam rumahnya, dan mendengar suara Mila yang sedang sibuk di dapur. Rendi segera menuju dapurnya dan melihat Mila sedang menyiapkan makan malam untuknya. Rendi perlahan mendekati Mila, dan memeluk Mila dari belakang, seperti yang ia lakukan waktu itu."Selamat malam, Mil." pelukan hangat Rendi membuat Mila kaget."Eh, Bapak. Pak, lepas. Saya malu," Mila keberatan."Malu sama siapa, Mil? Di rumah ini hanya ada kita berdua." ucap Rendi."Pak, tapi," Mila sangat tak nyaman.Rendi melepaskan pelukannya. Dan ia segera duduk di meja makan. Rendi ingin m
Rendi dan Mila melakukan perbuatan itu lagi. Ketika Mila masuk ke kamar Rendi, seketika itu pula Rendi melahapnya seperti singa yang akan menerkam mangsanya. Rendi begitu bergairah ketika bersama Mila. Hingga mereka melakukannya berkali-kali. Rendi sangat puas, dengan apa yang Mila lakukan padanya, hingga mereka melepaskannya bersama-sama."Pak, saya capek." Mila menutup tubuhnya dengan selimut."Saya puas Mila, terima kasih." ucap Rendi."Pak, saya takut. Kenapa Bapak melakukan hal ini lagi pada saya?" Mila menggigit bibirnya."Mila, malam ini aku sudah menggunakan pengaman. Kamu tenang saja ya," Rendi mengelus-elus rambut Mila."Pak, tapi, yang pertama kan?" Mila bertanya-tanya."Jangan dipikirkan, Mila. Semoga saja itu tak terjadi." ucap Rendi.Mila menghela nafas lega, "Ah, baiklah, Pak. Semoga saja.""Mil, kamu memang hebat dalam urus
Rendi memang telah gelap mata, ia berani dengan gamblangnya mengatakan pada Calief, untuk menjadikan Mila ibu baru untuknya. Calief tahu apa, anak yang masih polos dan belum bisa berpikir. Mendengar Rendi mengatakan hal seperti itu padanya, membuat Mila merasa bahagia. Ia memang merasa bersalah pada Firly, tapi ia tak bisa memungkiri dengan perasaannya yang juga mulai tertarik pada Rendi."Papa, Calief mau main motor aki yang di sana!" Pinta Calief."Mana sayang? Oh, yang di sana itu. Baiklah, ayo .. Papa antar ke sana," jawab Rendi."Yeay, yeay, Alief mau naik motor aki, yeay!" Seru Calief senang.Calief pun berlari menuju tempat permainan yang menyediakan motor aki tersebut. Padahal, di rumahnya ada dua mobil dan motor aki untuk dirinya. Tapi, ketika di tempat ramai seperti ini, Calief malah sangat antusias dan gembira, seperti belum pernah menaiki motor tersebut."Kasihan dia, padahal di rumah banyak sekali motor aki seperti ini," tukas Rendi."Tapi kenapa Calief sangat antusias se
Malam hari di kediaman Rendi & Firly ....Malam ini, Firly sudah kembali ke rumahnya. Keadaan nampak normal seperti biasanya. Rendi dan Firly tengah makan malam bersama. Hal yang sudah jarang mereka lakukan, karena baik Firly maupun Rendi, mereka sama-sama sibuk dengan karirnya."Mas, bagaimana dengan restoran kita?" tanya Firly di sela-sela mereka selesai makan malam.Rendi mengangguk, "Baik-baik saja sayang, managerku mengelolanya dengan baik, jadi Mas tak perlu terlalu sibuk mengurus restoran.""Syukurlah, aku percaya pada Pak Broto, dia pasti melakukan yang terbaik untuk restoran." Jawab Firly dengan senyum manisnya."Iya, bagaimana butik mu? Kamu harus mengembangkannya lebih besar lagi, Fir. Saranku, buka cabang dan tambah lagi karyawan, karena kurasa kamu berpotensi sekali, sayang. Butik mu akan tambah besar dan banyak dikenal orang-orang." Rendi jadi mendukung kesibukan Firly.Mas Rendi kok jadi mendukung aku untuk melebarkan sayap? Bukannya dia kesal kalau aku terlalu sibuk de
Firly Syafieka, seorang wanita karir yang berusia 30 tahun. Profesinya adalah seorang fashion designer ternama di Jakarta. Ia telah menikah dan mempunyai seorang anak yang berusia 5 tahun. Firly menikah dengan Rendi Abizar, seorang pengusaha restoran ternama di Jakarta. Saat Firly lulus kuliah, ia menikah dengan Rendi. Awalnya, Firly keberatan menikah dengan Rendi, karena ia ingin mengejar cita-citanya dulu. Namun, Rendi berniat akan meninggalkan Firly, jika ia lebih memilih karir daripada cintanya. Karena itulah, Firly menikah dengan Rendi. Rendi meyakinkan Firly, bahwa setelah menikah pun karir dan cita-cita masih bisa dikejar. Satu tahun pertama, hubungan Firly dan Rendi masih terbilang manis. Tahun ke empat dan kelima, hubungannya mulai renggang, tak seromantis biasanya. Rendi dan Firly sama-sama menyadari kesibukannya masing-masing. Oleh karena itu, mereka berdua memahami kerenggangan yang terjadi dan tak menganggap itu masalah besar. "Mas, besok aku
Malam hari di kediaman Rendi & Firly ....Malam ini, Firly sudah kembali ke rumahnya. Keadaan nampak normal seperti biasanya. Rendi dan Firly tengah makan malam bersama. Hal yang sudah jarang mereka lakukan, karena baik Firly maupun Rendi, mereka sama-sama sibuk dengan karirnya."Mas, bagaimana dengan restoran kita?" tanya Firly di sela-sela mereka selesai makan malam.Rendi mengangguk, "Baik-baik saja sayang, managerku mengelolanya dengan baik, jadi Mas tak perlu terlalu sibuk mengurus restoran.""Syukurlah, aku percaya pada Pak Broto, dia pasti melakukan yang terbaik untuk restoran." Jawab Firly dengan senyum manisnya."Iya, bagaimana butik mu? Kamu harus mengembangkannya lebih besar lagi, Fir. Saranku, buka cabang dan tambah lagi karyawan, karena kurasa kamu berpotensi sekali, sayang. Butik mu akan tambah besar dan banyak dikenal orang-orang." Rendi jadi mendukung kesibukan Firly.Mas Rendi kok jadi mendukung aku untuk melebarkan sayap? Bukannya dia kesal kalau aku terlalu sibuk de
Rendi memang telah gelap mata, ia berani dengan gamblangnya mengatakan pada Calief, untuk menjadikan Mila ibu baru untuknya. Calief tahu apa, anak yang masih polos dan belum bisa berpikir. Mendengar Rendi mengatakan hal seperti itu padanya, membuat Mila merasa bahagia. Ia memang merasa bersalah pada Firly, tapi ia tak bisa memungkiri dengan perasaannya yang juga mulai tertarik pada Rendi."Papa, Calief mau main motor aki yang di sana!" Pinta Calief."Mana sayang? Oh, yang di sana itu. Baiklah, ayo .. Papa antar ke sana," jawab Rendi."Yeay, yeay, Alief mau naik motor aki, yeay!" Seru Calief senang.Calief pun berlari menuju tempat permainan yang menyediakan motor aki tersebut. Padahal, di rumahnya ada dua mobil dan motor aki untuk dirinya. Tapi, ketika di tempat ramai seperti ini, Calief malah sangat antusias dan gembira, seperti belum pernah menaiki motor tersebut."Kasihan dia, padahal di rumah banyak sekali motor aki seperti ini," tukas Rendi."Tapi kenapa Calief sangat antusias se
Rendi dan Mila melakukan perbuatan itu lagi. Ketika Mila masuk ke kamar Rendi, seketika itu pula Rendi melahapnya seperti singa yang akan menerkam mangsanya. Rendi begitu bergairah ketika bersama Mila. Hingga mereka melakukannya berkali-kali. Rendi sangat puas, dengan apa yang Mila lakukan padanya, hingga mereka melepaskannya bersama-sama."Pak, saya capek." Mila menutup tubuhnya dengan selimut."Saya puas Mila, terima kasih." ucap Rendi."Pak, saya takut. Kenapa Bapak melakukan hal ini lagi pada saya?" Mila menggigit bibirnya."Mila, malam ini aku sudah menggunakan pengaman. Kamu tenang saja ya," Rendi mengelus-elus rambut Mila."Pak, tapi, yang pertama kan?" Mila bertanya-tanya."Jangan dipikirkan, Mila. Semoga saja itu tak terjadi." ucap Rendi.Mila menghela nafas lega, "Ah, baiklah, Pak. Semoga saja.""Mil, kamu memang hebat dalam urus
Malam ini, Rendi pulang ke rumahnya dengan perasaan senang dan bahagia. Bagaimana tidak, Mila sudah mulai mau menerimanya dan tak canggung padanya. Rendi awalnya takut karena Mila akan pergi meninggalkannya, ternyata hanya dengan diajak jalan-jalan seperti itu saja Mila sudah mulai menurut pada Rendi.Rendi masuk kedalam rumahnya, dan mendengar suara Mila yang sedang sibuk di dapur. Rendi segera menuju dapurnya dan melihat Mila sedang menyiapkan makan malam untuknya. Rendi perlahan mendekati Mila, dan memeluk Mila dari belakang, seperti yang ia lakukan waktu itu."Selamat malam, Mil." pelukan hangat Rendi membuat Mila kaget."Eh, Bapak. Pak, lepas. Saya malu," Mila keberatan."Malu sama siapa, Mil? Di rumah ini hanya ada kita berdua." ucap Rendi."Pak, tapi," Mila sangat tak nyaman.Rendi melepaskan pelukannya. Dan ia segera duduk di meja makan. Rendi ingin m
Part Of View Firly.Firly Syafieka, adalah nama panjangku. Aku biasa dipanggil Firly oleh kerabat dekatku. Aku senang menggambar dan melukis. Hingga suatu hari, aku menemukan jati diriku sebagai seorang fashion designer. Aku mencintai profesiku, dan aku bersungguh-sungguh menekuni karir ini, hingga aku bisa lulus kuliah dengan nilai IP tertinggi, dan berhasil membuka butik serta wedding organizer sendiri.Pernikahanku dengan Mas Rendi tak menjadi halangan untuk aku berkarir. Ketika aku memilih fokus pada karirku, Mas Rendi selalu mendukungku, dan ia tak keberatan dengan profesiku saat ini. Dengan berkarir, otomatis ada keluarga yang harus aku korbankan. Aku harus membagi waktu antara keluargaku dan pekerjaanku.Jujur, aku merasa bersalah pada anakku, Calief Adinata. Dia memang kurang kasih sayang dariku, karena aku yang terlalu sibuk. Semua ini kulakukan untuknya juga, walau ada kasih sayang yang tak bisa a
Mila dan Rendi segera menuju rumah kedua orang tua Rendi untuk membawa perlengkapan Calief. Mila gugup dan takut, apalagi jika ia harus bertemu dengan keluarga besar Rendi. Ia takut disangka yang tidak-tidak jika ia terus bersama majikannya itu."Pak, saya takut sama keluarga besar Bapak," ucap Rendi."Kenapa harus takut? Bilang aja kamu mau jemput Calief sekalian ke pasar. Gak apa-apa kan?" Rendi menenangkan."Tapi Pak, saya takut disangka yang aneh-aneh sama keluarga Bapak, apalagi dandanan saya sekarang seperti ini." ujar Mila."Udah, tenang aja Mil." ucap Rendi.Kediaman keluarga Rendi tak terlalu jauh dari rumahnya, hanya butuh waktu setengah jam untuk sampai di rumah Ibunya. Ibu Rendi tinggal bersama Kakaknya dan kedua adik Rendi yang masih kuliah serta yang satu yang telah menikah. Kakak Rendi adalah seorang duda, karena istrinya telah meninggal. Oleh karena itu, Kakak Rendi tinggal
SUBSCRIBE YA GUYSSS 💗💗💗Mila menangis, air matanya jatuh tak tertahankan, setelah ia memberikan surat pengunduran diri pada Rendi. Ia meratapi bagaimana nasib kehidupannya nanti. Hidupnya sudah hancur, mana ada laki-laki yang mau pada wanita yang sudah tak perawan lagi seperti dirinya. Ia sempat ragu menuliskan surat pengunduran diri, tapi mau bagaimana lagi? Semua sudah terjadi, jika diteruskan bekerja disini pun akan sangat menyakitkan sekali.Tiba-tiba, ketika Mila sedang membersihkan dapur, datanglah Rendi, lalu Rendi menghampiri dirinya. Rendi melihat Mila yang sedang menangis tersedu-sedu."Mila ... Maafkan aku," Rendi menghampiri Mila yang terlihat menangis.Mila berbalik, ia tak bergeming. Mila segera mengusap air matanya dengan cepat. Ia tak menjawab ucapan Rendi, ia segera berjalan pergi dan meninggalkan Rendi. Mila sudah tak mau lagi berurusan dengan maj
Keesokan harinya.Mila menangis tersedu-sedu di ujung ranjangnya, ia teringat Rendi yang menggagahi habis dirinya. Sprei abu-abu polos ini menjadi saksi, bercak darah yang menempel akibat perbuatan bajingan yang Rendi lakukan. Bagaimana brutalnya Rendi merenggut kesuciannya yang selama ini ia jaga. Hancur sudah harapan hidup Mila untuk bisa menikah dengan laki-laki yang dicintainya. Ia sedih, ia menyesal harus berakhir seperti ini.Rendi tertidur pulas di ruang tamu nya. Setelah berhasil merenggut mahkota Mila, ia tertawa puas dan segera berlalu keluar dari kamar Mila, meninggalkan Mila yang terbaring lemas dan menangis. Rendi dalam kondisi mabuk berat, pagi ini kepalanya sangat berat dan terasa pusing. Firly membangunkan Rendi yang tertidur sangat pulas."Ya ampun, Mas. Kamu kok tidur disini sih, pantesan tadi pagi aku lihat kamu gak ada. Ya ampun, bau banget lagi. Pasti Mas Rendi abis minum lagi. Mas, bangun! Ayo, ini udah
Malam ini, keluarga Rendi makan malam bersama. Firly terlihat sangat lelah sekali, karena seharian ini butiknya benar-benar ramai pengunjung, belum lagi banyak orang yang ingin menggunakan jasa wedding organizer di butiknya Firly."Sayang, padahal kalau kamu banyak kerjaan, lebih baik kamu gak usah ikut camping. Masa banyak kerjaan malah camping sih," protes Rendi."Camping itu kan bagian dari workshop juga. Ibarat kita melepas penat, sayang. Gak apa-apa kok, aku enjoy menjalaninya, Mas." ucap Firly."Kamu selalu aja bantah suami. Aku gak ngerti, kapan kamu mau nurut sama apa yang aku ucapkan." timpal Rendi."Loh, Mas kok jadi pemarah gitu sih?" Firly cemberut.Rendi menghela nafas, "Maaf sayang. Enggak kok, aku cuma khawatir aja sama kesehatan kamu. Kalau kamu sakit, Mas yang sedih Fir." Rendi mengusap rambut Firly.Selesai makan malam, Firly dan Calief menonton televisi bersama. Rendi terlihat sibuk dengan handphonenya, ia sedang menanyaka