"Pak, lepaskan! Kenapa Bapak kurang ajar sekali pada saya? Aarrgghh, lepas!" Mila meronta.
Astaga, apa yang telah kulakukan? Mila, maafkan aku. Aku heran, kenapa aku tak bisa menahan hasratku pada Mila? Kenapa dia begitu menggairahkan hasratku? Batin Rendi.
Rendi segera melepaskan pelukannya pada tubuh Mila. Mila menghindar dari Rendi, karena takut Rendi berbuat macam-macam padanya. Rendi menyesal telah memeluk Mila. Namun, disisi lain Rendi sangat bahagia bisa memeluk tubuh indah itu.
"Mila, maafkan aku. Aku lupa diri. Aku tak bermaksud melecehkan mu, sekali lagi maafkan aku. Kuharap, kamu melupakan apa yang barusan terjadi. Anggap saja hal itu tak pernah terjadi." Rendi berlalu meninggalkan Mila seorang diri.
Mila kaget. Ia tak menyangka, Rendi sang majikan bisa berbuat seperti itu padanya. Mila mencoba melupakan hal yang telah Rendi lakukan padanya. Karena, jika ia berontak dan marah pada Rendi, ia pasti dipecat dari rumah ini. Ia tak ingin hal itu menimpanya.
Pak Rendi, kenapa Bapak malah memelukku? Apa yang terjadi denganmu? Aku takut, tapi ... kenapa pelukannya sangat nyaman sekali? Ya Tuhan, Mila! Sadar Mil, sadar! Dia majikanmu, dia suami dari majikanmu. Jangan sampai merusak rumah tangga orang lain hanya karena hal sepele seperti itu. Batin Mila.
Mila mencoba melupakan kejadian barusan dan ia memutuskan untuk fokus kembali mencuci piring. Ia tetap berpikir positif, mungkin Rendi hanya merindukan istrinya jadi ia melampiaskannya pada Mila, dengan memeluk Mila.
Beberapa jam kemudian, Mila akan menjemput Calief, namun kali ini Rendi tak mengantarkannya, karena Rendi pun akan berangkat ke restoran.
"Mil, saya ke restoran sekarang. Kamu gak apa-apa kan jemput Calief sendiri?" tanya Rendi.
"Gak apa-apa kok, Pak. Saya kan udah biasa jemput Cal sendiri." jawab Mila.
"Ya sudah, aku berangkat ya," Rendi berlalu.
"Ya, Pak. Hati-hati dijalan." ucap Mila sopan.
Mila menatap punggung tegak itu dari belakang. Tubuh Rendi yang gagah dan berotot itu memang membuat siapa saja pasti terpesona padanya. Mila tak munafik, ia mengakui bahwa Rendi memiliki postur tubuh yang keren dan gagah. Rendi terlihat semakin macho, dengan jas dan sepatu pantofel yang menempel di tubuhnya.
Beruntung sekali Bu Firly mendapatkannya. Pak Rendi pun pasti sangat beruntung memiliki Bu Firly. Mereka memang pasangan keluarga idaman. Semoga saja, suatu saat nanti aku juga bisa bahagia seperti mereka. Semoga aku mendapatkan suami yang tampan dan kaya seperti Pak Rendi. Gumam Mila dalam hati, sambil cekikikan.
Mila telah menjemput Calief dari sekolahnya. Seperti biasa, ia mengajak Calief makan siang dan bermain bersama. Kini, waktu sudah menunjukkan pukul dua siang. Mila mengajak Calief untuk tidur siang. Mila menemani Calief hingga akhirnya mereka malah tertidur bersama. Mila ketiduran di ranjang Calief.
Mila tak mendengar bahwa Rendi mengetuk pintu dari luar. Rendi kembali lagi ke rumah karena laporan keuangan yang harusnya ia bawa malah tertinggal. Rendi pun mengambil kunci cadangan didalam tas nya dan segera masuk kedalam rumah.
Ia melihat sekeliling, namun tak ada tanda-tanda Calief sedang bermain ataupun nonton televisi. Rendi melangkahkan kakinya menuju kamar Calief, berharap menemukan sang anak. Ternyata benar saja dugaan Rendi, Calief dan Mila sedang terlelap.
Rendi bukannya fokus pada Calief, namun ia malah memperhatikan tubuh Mila yang terbaring sangat menggoda. Tubuhnya yang padat dan berisi mampu membuat Rendi tertarik, namun Rendi sadar, ia tak berhak mengagumi wanita lain, karena ia sudah memiliki Firly.
Perlahan, Rendi mendekati Mila, kemudian ia duduk di samping ranjang. Ia menatap Mila yang sedang terlelap. Rendi baru menyadari, ternyata Mila memang begitu cantik dan menggoda. Berbeda sekali saat ia baru pertama kali dibawa ke rumah ini oleh Firly. Mungkin, seiring bertambahnya usia, Mila pun berubah.
Mil, kamu cantik, kamu menarik. Kenapa aku merasa hangat sekali dekat denganmu? Kenapa pesona mu mengalahkan pesona istriku, Mil? Batin Rendi.
Tiba-tiba, Mila tersadar, ia merasa ada orang yang mengusap-usap rambutnya. Perlahan, ia pun membuka mata. Betapa kagetnya Mila, ternyata Rendi yang sedang mengelus-elus rambut panjangnya itu. Mila terperanjat, namun ia takut Calief terbangun.
Mata Mila membulat, ia segera bangkit dari tidurnya, "Pak, Bapak ngapain? Kenapa Bapak sudah pulang lagi?"
Rendi menutup mulut Mila dengan ibu jarinya, menandakan agar Mila jangan berisik, takut Calief terbangun. Rendi tersenyum menatap Mila. Kini, ia tak perlu menutupi hasratnya lagi, karena Mila memang membangunkan gairahnya. Rendi terus menatap Mila. Perlahan-lahan, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Mila. Mila kaget bukan main mendapat perlakuan Rendi yang tak biasa ini.
"Pak, Bapak! Sadar, Pak. Bapak mau ngapain!" Mila benar-benar ketakutan.
Rendi mengecup lembut bibir Mila, membuat Mila kaget setengah mati. Rendi memejamkan matanya, dan terus mengecup Mila dengan hangat hingga bibir mereka beradu. Secepat kilat Mila melepaskan ciuman itu. Jantung Mila berdetak kencang tak karuan, ia kaget namun ia merasakan hangat di sekujur tubuhnya.
"Pak, apa maksudmu menciumku! Apa Bapak gak sadar, disini ada Calief!" Mila kesal, namun ia berbicara pelan.
"Kamu membuat aku bergairah, Mila. Jangan salahkan aku. Karena kamu, aku jadi seperti ini." ucap Rendi.
"Bapak sudah gila apa? Ingat, Pak! Bapak sudah mempunyai anak dan istri. Bapak jangan seenaknya pada saya. Jika Pak Rendi seperti ini terus, saya lebih baik berhenti bekerja disini." ujar Mila.
"Jangan, Mila. Aku tak melakukan apapun padamu, aku hanya mengecup bibir manismu. Apa itu salah?" Rendi membela diri.
"Jelas salah, Pak. Bagaimana kalau Bu Firly tahu?" ucap Mila berapi-api.
"Jangan biarkan dia tahu. Dia tak akan tahu, karena dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya." tegas Rendi.
Rendi melakukan serangan lagi. Ia kembali mencium Mila yang sangat tak siap mendengar ucapannya. Mila memukul-mukul Rendi, namun ia tak mau berteriak, karena takut Calief terbangun. Mila merasa dirinya menjadi wanita murahan dihadapan Rendi.
"Mmh, Pak, hentikan!" Mila mencoba melepaskan pagutan Rendi.
"Mila, kamu sangat manis, dan kamu sangat cantik! Maafkan aku yang lancang menciummu, aku tak bisa menahannya, karena jamu terlalu menggairahkan." puji Rendi sambil mengusap rambut panjang Mila yang diikat.
"Pak, hentikan semua ini." Mila menunduk lesu, ia benar-benar takut.
*Bersambung*
Malam ini, keluarga Rendi makan malam bersama. Firly terlihat sangat lelah sekali, karena seharian ini butiknya benar-benar ramai pengunjung, belum lagi banyak orang yang ingin menggunakan jasa wedding organizer di butiknya Firly."Sayang, padahal kalau kamu banyak kerjaan, lebih baik kamu gak usah ikut camping. Masa banyak kerjaan malah camping sih," protes Rendi."Camping itu kan bagian dari workshop juga. Ibarat kita melepas penat, sayang. Gak apa-apa kok, aku enjoy menjalaninya, Mas." ucap Firly."Kamu selalu aja bantah suami. Aku gak ngerti, kapan kamu mau nurut sama apa yang aku ucapkan." timpal Rendi."Loh, Mas kok jadi pemarah gitu sih?" Firly cemberut.Rendi menghela nafas, "Maaf sayang. Enggak kok, aku cuma khawatir aja sama kesehatan kamu. Kalau kamu sakit, Mas yang sedih Fir." Rendi mengusap rambut Firly.Selesai makan malam, Firly dan Calief menonton televisi bersama. Rendi terlihat sibuk dengan handphonenya, ia sedang menanyaka
Keesokan harinya.Mila menangis tersedu-sedu di ujung ranjangnya, ia teringat Rendi yang menggagahi habis dirinya. Sprei abu-abu polos ini menjadi saksi, bercak darah yang menempel akibat perbuatan bajingan yang Rendi lakukan. Bagaimana brutalnya Rendi merenggut kesuciannya yang selama ini ia jaga. Hancur sudah harapan hidup Mila untuk bisa menikah dengan laki-laki yang dicintainya. Ia sedih, ia menyesal harus berakhir seperti ini.Rendi tertidur pulas di ruang tamu nya. Setelah berhasil merenggut mahkota Mila, ia tertawa puas dan segera berlalu keluar dari kamar Mila, meninggalkan Mila yang terbaring lemas dan menangis. Rendi dalam kondisi mabuk berat, pagi ini kepalanya sangat berat dan terasa pusing. Firly membangunkan Rendi yang tertidur sangat pulas."Ya ampun, Mas. Kamu kok tidur disini sih, pantesan tadi pagi aku lihat kamu gak ada. Ya ampun, bau banget lagi. Pasti Mas Rendi abis minum lagi. Mas, bangun! Ayo, ini udah
SUBSCRIBE YA GUYSSS 💗💗💗Mila menangis, air matanya jatuh tak tertahankan, setelah ia memberikan surat pengunduran diri pada Rendi. Ia meratapi bagaimana nasib kehidupannya nanti. Hidupnya sudah hancur, mana ada laki-laki yang mau pada wanita yang sudah tak perawan lagi seperti dirinya. Ia sempat ragu menuliskan surat pengunduran diri, tapi mau bagaimana lagi? Semua sudah terjadi, jika diteruskan bekerja disini pun akan sangat menyakitkan sekali.Tiba-tiba, ketika Mila sedang membersihkan dapur, datanglah Rendi, lalu Rendi menghampiri dirinya. Rendi melihat Mila yang sedang menangis tersedu-sedu."Mila ... Maafkan aku," Rendi menghampiri Mila yang terlihat menangis.Mila berbalik, ia tak bergeming. Mila segera mengusap air matanya dengan cepat. Ia tak menjawab ucapan Rendi, ia segera berjalan pergi dan meninggalkan Rendi. Mila sudah tak mau lagi berurusan dengan maj
Mila dan Rendi segera menuju rumah kedua orang tua Rendi untuk membawa perlengkapan Calief. Mila gugup dan takut, apalagi jika ia harus bertemu dengan keluarga besar Rendi. Ia takut disangka yang tidak-tidak jika ia terus bersama majikannya itu."Pak, saya takut sama keluarga besar Bapak," ucap Rendi."Kenapa harus takut? Bilang aja kamu mau jemput Calief sekalian ke pasar. Gak apa-apa kan?" Rendi menenangkan."Tapi Pak, saya takut disangka yang aneh-aneh sama keluarga Bapak, apalagi dandanan saya sekarang seperti ini." ujar Mila."Udah, tenang aja Mil." ucap Rendi.Kediaman keluarga Rendi tak terlalu jauh dari rumahnya, hanya butuh waktu setengah jam untuk sampai di rumah Ibunya. Ibu Rendi tinggal bersama Kakaknya dan kedua adik Rendi yang masih kuliah serta yang satu yang telah menikah. Kakak Rendi adalah seorang duda, karena istrinya telah meninggal. Oleh karena itu, Kakak Rendi tinggal
Part Of View Firly.Firly Syafieka, adalah nama panjangku. Aku biasa dipanggil Firly oleh kerabat dekatku. Aku senang menggambar dan melukis. Hingga suatu hari, aku menemukan jati diriku sebagai seorang fashion designer. Aku mencintai profesiku, dan aku bersungguh-sungguh menekuni karir ini, hingga aku bisa lulus kuliah dengan nilai IP tertinggi, dan berhasil membuka butik serta wedding organizer sendiri.Pernikahanku dengan Mas Rendi tak menjadi halangan untuk aku berkarir. Ketika aku memilih fokus pada karirku, Mas Rendi selalu mendukungku, dan ia tak keberatan dengan profesiku saat ini. Dengan berkarir, otomatis ada keluarga yang harus aku korbankan. Aku harus membagi waktu antara keluargaku dan pekerjaanku.Jujur, aku merasa bersalah pada anakku, Calief Adinata. Dia memang kurang kasih sayang dariku, karena aku yang terlalu sibuk. Semua ini kulakukan untuknya juga, walau ada kasih sayang yang tak bisa a
Malam ini, Rendi pulang ke rumahnya dengan perasaan senang dan bahagia. Bagaimana tidak, Mila sudah mulai mau menerimanya dan tak canggung padanya. Rendi awalnya takut karena Mila akan pergi meninggalkannya, ternyata hanya dengan diajak jalan-jalan seperti itu saja Mila sudah mulai menurut pada Rendi.Rendi masuk kedalam rumahnya, dan mendengar suara Mila yang sedang sibuk di dapur. Rendi segera menuju dapurnya dan melihat Mila sedang menyiapkan makan malam untuknya. Rendi perlahan mendekati Mila, dan memeluk Mila dari belakang, seperti yang ia lakukan waktu itu."Selamat malam, Mil." pelukan hangat Rendi membuat Mila kaget."Eh, Bapak. Pak, lepas. Saya malu," Mila keberatan."Malu sama siapa, Mil? Di rumah ini hanya ada kita berdua." ucap Rendi."Pak, tapi," Mila sangat tak nyaman.Rendi melepaskan pelukannya. Dan ia segera duduk di meja makan. Rendi ingin m
Rendi dan Mila melakukan perbuatan itu lagi. Ketika Mila masuk ke kamar Rendi, seketika itu pula Rendi melahapnya seperti singa yang akan menerkam mangsanya. Rendi begitu bergairah ketika bersama Mila. Hingga mereka melakukannya berkali-kali. Rendi sangat puas, dengan apa yang Mila lakukan padanya, hingga mereka melepaskannya bersama-sama."Pak, saya capek." Mila menutup tubuhnya dengan selimut."Saya puas Mila, terima kasih." ucap Rendi."Pak, saya takut. Kenapa Bapak melakukan hal ini lagi pada saya?" Mila menggigit bibirnya."Mila, malam ini aku sudah menggunakan pengaman. Kamu tenang saja ya," Rendi mengelus-elus rambut Mila."Pak, tapi, yang pertama kan?" Mila bertanya-tanya."Jangan dipikirkan, Mila. Semoga saja itu tak terjadi." ucap Rendi.Mila menghela nafas lega, "Ah, baiklah, Pak. Semoga saja.""Mil, kamu memang hebat dalam urus
Rendi memang telah gelap mata, ia berani dengan gamblangnya mengatakan pada Calief, untuk menjadikan Mila ibu baru untuknya. Calief tahu apa, anak yang masih polos dan belum bisa berpikir. Mendengar Rendi mengatakan hal seperti itu padanya, membuat Mila merasa bahagia. Ia memang merasa bersalah pada Firly, tapi ia tak bisa memungkiri dengan perasaannya yang juga mulai tertarik pada Rendi."Papa, Calief mau main motor aki yang di sana!" Pinta Calief."Mana sayang? Oh, yang di sana itu. Baiklah, ayo .. Papa antar ke sana," jawab Rendi."Yeay, yeay, Alief mau naik motor aki, yeay!" Seru Calief senang.Calief pun berlari menuju tempat permainan yang menyediakan motor aki tersebut. Padahal, di rumahnya ada dua mobil dan motor aki untuk dirinya. Tapi, ketika di tempat ramai seperti ini, Calief malah sangat antusias dan gembira, seperti belum pernah menaiki motor tersebut."Kasihan dia, padahal di rumah banyak sekali motor aki seperti ini," tukas Rendi."Tapi kenapa Calief sangat antusias se
Malam hari di kediaman Rendi & Firly ....Malam ini, Firly sudah kembali ke rumahnya. Keadaan nampak normal seperti biasanya. Rendi dan Firly tengah makan malam bersama. Hal yang sudah jarang mereka lakukan, karena baik Firly maupun Rendi, mereka sama-sama sibuk dengan karirnya."Mas, bagaimana dengan restoran kita?" tanya Firly di sela-sela mereka selesai makan malam.Rendi mengangguk, "Baik-baik saja sayang, managerku mengelolanya dengan baik, jadi Mas tak perlu terlalu sibuk mengurus restoran.""Syukurlah, aku percaya pada Pak Broto, dia pasti melakukan yang terbaik untuk restoran." Jawab Firly dengan senyum manisnya."Iya, bagaimana butik mu? Kamu harus mengembangkannya lebih besar lagi, Fir. Saranku, buka cabang dan tambah lagi karyawan, karena kurasa kamu berpotensi sekali, sayang. Butik mu akan tambah besar dan banyak dikenal orang-orang." Rendi jadi mendukung kesibukan Firly.Mas Rendi kok jadi mendukung aku untuk melebarkan sayap? Bukannya dia kesal kalau aku terlalu sibuk de
Rendi memang telah gelap mata, ia berani dengan gamblangnya mengatakan pada Calief, untuk menjadikan Mila ibu baru untuknya. Calief tahu apa, anak yang masih polos dan belum bisa berpikir. Mendengar Rendi mengatakan hal seperti itu padanya, membuat Mila merasa bahagia. Ia memang merasa bersalah pada Firly, tapi ia tak bisa memungkiri dengan perasaannya yang juga mulai tertarik pada Rendi."Papa, Calief mau main motor aki yang di sana!" Pinta Calief."Mana sayang? Oh, yang di sana itu. Baiklah, ayo .. Papa antar ke sana," jawab Rendi."Yeay, yeay, Alief mau naik motor aki, yeay!" Seru Calief senang.Calief pun berlari menuju tempat permainan yang menyediakan motor aki tersebut. Padahal, di rumahnya ada dua mobil dan motor aki untuk dirinya. Tapi, ketika di tempat ramai seperti ini, Calief malah sangat antusias dan gembira, seperti belum pernah menaiki motor tersebut."Kasihan dia, padahal di rumah banyak sekali motor aki seperti ini," tukas Rendi."Tapi kenapa Calief sangat antusias se
Rendi dan Mila melakukan perbuatan itu lagi. Ketika Mila masuk ke kamar Rendi, seketika itu pula Rendi melahapnya seperti singa yang akan menerkam mangsanya. Rendi begitu bergairah ketika bersama Mila. Hingga mereka melakukannya berkali-kali. Rendi sangat puas, dengan apa yang Mila lakukan padanya, hingga mereka melepaskannya bersama-sama."Pak, saya capek." Mila menutup tubuhnya dengan selimut."Saya puas Mila, terima kasih." ucap Rendi."Pak, saya takut. Kenapa Bapak melakukan hal ini lagi pada saya?" Mila menggigit bibirnya."Mila, malam ini aku sudah menggunakan pengaman. Kamu tenang saja ya," Rendi mengelus-elus rambut Mila."Pak, tapi, yang pertama kan?" Mila bertanya-tanya."Jangan dipikirkan, Mila. Semoga saja itu tak terjadi." ucap Rendi.Mila menghela nafas lega, "Ah, baiklah, Pak. Semoga saja.""Mil, kamu memang hebat dalam urus
Malam ini, Rendi pulang ke rumahnya dengan perasaan senang dan bahagia. Bagaimana tidak, Mila sudah mulai mau menerimanya dan tak canggung padanya. Rendi awalnya takut karena Mila akan pergi meninggalkannya, ternyata hanya dengan diajak jalan-jalan seperti itu saja Mila sudah mulai menurut pada Rendi.Rendi masuk kedalam rumahnya, dan mendengar suara Mila yang sedang sibuk di dapur. Rendi segera menuju dapurnya dan melihat Mila sedang menyiapkan makan malam untuknya. Rendi perlahan mendekati Mila, dan memeluk Mila dari belakang, seperti yang ia lakukan waktu itu."Selamat malam, Mil." pelukan hangat Rendi membuat Mila kaget."Eh, Bapak. Pak, lepas. Saya malu," Mila keberatan."Malu sama siapa, Mil? Di rumah ini hanya ada kita berdua." ucap Rendi."Pak, tapi," Mila sangat tak nyaman.Rendi melepaskan pelukannya. Dan ia segera duduk di meja makan. Rendi ingin m
Part Of View Firly.Firly Syafieka, adalah nama panjangku. Aku biasa dipanggil Firly oleh kerabat dekatku. Aku senang menggambar dan melukis. Hingga suatu hari, aku menemukan jati diriku sebagai seorang fashion designer. Aku mencintai profesiku, dan aku bersungguh-sungguh menekuni karir ini, hingga aku bisa lulus kuliah dengan nilai IP tertinggi, dan berhasil membuka butik serta wedding organizer sendiri.Pernikahanku dengan Mas Rendi tak menjadi halangan untuk aku berkarir. Ketika aku memilih fokus pada karirku, Mas Rendi selalu mendukungku, dan ia tak keberatan dengan profesiku saat ini. Dengan berkarir, otomatis ada keluarga yang harus aku korbankan. Aku harus membagi waktu antara keluargaku dan pekerjaanku.Jujur, aku merasa bersalah pada anakku, Calief Adinata. Dia memang kurang kasih sayang dariku, karena aku yang terlalu sibuk. Semua ini kulakukan untuknya juga, walau ada kasih sayang yang tak bisa a
Mila dan Rendi segera menuju rumah kedua orang tua Rendi untuk membawa perlengkapan Calief. Mila gugup dan takut, apalagi jika ia harus bertemu dengan keluarga besar Rendi. Ia takut disangka yang tidak-tidak jika ia terus bersama majikannya itu."Pak, saya takut sama keluarga besar Bapak," ucap Rendi."Kenapa harus takut? Bilang aja kamu mau jemput Calief sekalian ke pasar. Gak apa-apa kan?" Rendi menenangkan."Tapi Pak, saya takut disangka yang aneh-aneh sama keluarga Bapak, apalagi dandanan saya sekarang seperti ini." ujar Mila."Udah, tenang aja Mil." ucap Rendi.Kediaman keluarga Rendi tak terlalu jauh dari rumahnya, hanya butuh waktu setengah jam untuk sampai di rumah Ibunya. Ibu Rendi tinggal bersama Kakaknya dan kedua adik Rendi yang masih kuliah serta yang satu yang telah menikah. Kakak Rendi adalah seorang duda, karena istrinya telah meninggal. Oleh karena itu, Kakak Rendi tinggal
SUBSCRIBE YA GUYSSS 💗💗💗Mila menangis, air matanya jatuh tak tertahankan, setelah ia memberikan surat pengunduran diri pada Rendi. Ia meratapi bagaimana nasib kehidupannya nanti. Hidupnya sudah hancur, mana ada laki-laki yang mau pada wanita yang sudah tak perawan lagi seperti dirinya. Ia sempat ragu menuliskan surat pengunduran diri, tapi mau bagaimana lagi? Semua sudah terjadi, jika diteruskan bekerja disini pun akan sangat menyakitkan sekali.Tiba-tiba, ketika Mila sedang membersihkan dapur, datanglah Rendi, lalu Rendi menghampiri dirinya. Rendi melihat Mila yang sedang menangis tersedu-sedu."Mila ... Maafkan aku," Rendi menghampiri Mila yang terlihat menangis.Mila berbalik, ia tak bergeming. Mila segera mengusap air matanya dengan cepat. Ia tak menjawab ucapan Rendi, ia segera berjalan pergi dan meninggalkan Rendi. Mila sudah tak mau lagi berurusan dengan maj
Keesokan harinya.Mila menangis tersedu-sedu di ujung ranjangnya, ia teringat Rendi yang menggagahi habis dirinya. Sprei abu-abu polos ini menjadi saksi, bercak darah yang menempel akibat perbuatan bajingan yang Rendi lakukan. Bagaimana brutalnya Rendi merenggut kesuciannya yang selama ini ia jaga. Hancur sudah harapan hidup Mila untuk bisa menikah dengan laki-laki yang dicintainya. Ia sedih, ia menyesal harus berakhir seperti ini.Rendi tertidur pulas di ruang tamu nya. Setelah berhasil merenggut mahkota Mila, ia tertawa puas dan segera berlalu keluar dari kamar Mila, meninggalkan Mila yang terbaring lemas dan menangis. Rendi dalam kondisi mabuk berat, pagi ini kepalanya sangat berat dan terasa pusing. Firly membangunkan Rendi yang tertidur sangat pulas."Ya ampun, Mas. Kamu kok tidur disini sih, pantesan tadi pagi aku lihat kamu gak ada. Ya ampun, bau banget lagi. Pasti Mas Rendi abis minum lagi. Mas, bangun! Ayo, ini udah
Malam ini, keluarga Rendi makan malam bersama. Firly terlihat sangat lelah sekali, karena seharian ini butiknya benar-benar ramai pengunjung, belum lagi banyak orang yang ingin menggunakan jasa wedding organizer di butiknya Firly."Sayang, padahal kalau kamu banyak kerjaan, lebih baik kamu gak usah ikut camping. Masa banyak kerjaan malah camping sih," protes Rendi."Camping itu kan bagian dari workshop juga. Ibarat kita melepas penat, sayang. Gak apa-apa kok, aku enjoy menjalaninya, Mas." ucap Firly."Kamu selalu aja bantah suami. Aku gak ngerti, kapan kamu mau nurut sama apa yang aku ucapkan." timpal Rendi."Loh, Mas kok jadi pemarah gitu sih?" Firly cemberut.Rendi menghela nafas, "Maaf sayang. Enggak kok, aku cuma khawatir aja sama kesehatan kamu. Kalau kamu sakit, Mas yang sedih Fir." Rendi mengusap rambut Firly.Selesai makan malam, Firly dan Calief menonton televisi bersama. Rendi terlihat sibuk dengan handphonenya, ia sedang menanyaka