“Morgan, apa tidak bisa hari ini kau berangkat ke kantor siang saja? Aku masih ingin bersamamu.” Angie melingkarkan tangannya ke pinggang Morgan, bergelayut manja meminta pria itu untuk berangkat ke kantor siang hari saja. Angie enggan melepas Morgan pergi. Hatinya seakan sangatlah berat untuk membiarkan Morgan pergi.“Angie, mengertilah. Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.” Morgan membelai pipi Angie, dan memberikan kecupan di sana. Tatapan pria itu menatap dalam Angie, menunjukan meminta wanita itu untuk lebih mengerti.Pagi ini, Morgan beralasan pada Angie berangkat ke kantor. Padahal sebenarnya, Morgan ingin menemui Xena. Morgan sudah berjanji akan menemui Xena di pagi hari. Kemarin, Xena mengatakan ingin berbicara dengan Morgan. Itu kenapa sekarang Morgan sudah bersiap-siap untuk pergi. Lagi dan lagi, Morgan terpaksa membohongi Angie.Morgan tak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada Angie. Untuk sementara—entah sampai kapan—Morgan memang harus berbohong. Mungkin sampai
Tubuh Xena membeku dengan derai air mata yang tak henti berlinang. Mata Xena menatap lirih Morgan penuh luka. Sebuah kalimat yang Morgan ucap, seperti pisau yang telah menembus jantung Xena. Mata Xena memerah akibat air mata yang terus menetes. Tangan gadis itu sudah memucat, karena penolakan dalam dirinya. Xena yakin bahwa yang dia salah mendengar, namun sayang otak Xena bekerja dengan cepat bahwa semua ini adalah nyata. “A-apa maksud ucapanmu, Morgan? Aku mengandung anak kita. Buah cinta kita. Kenapa kau tega mengatakan itu?” seru Xena menahan isak tangisnya. Bahu Xena bergetar, pilu, menyakitkan. Matanya tak lepas menatap Morgan dengan tatapan tersirat penuh tuntutan.Morgan mengusap kasar wajahnya dengan tangannya. Amarah dan emosinya melebur menjadi satu, tak bisa tertahan. “Xena! Apa kau lupa hubungan kita ini hanya sekedar perjanjian semata?!” bentaknya keras. Xena melangkahkan kakinya mendekat pada Morgan. Xena merasa kakinya seperti jelly yang tidak bisa lagi berdiri te
Xena melangkahkan kaki menelusuri lorong-lorong kecil di kota Paris. Pandangan Xena lurus ke depan dengan wajah yang menyimpan kemuraman dan kerapuhan. Langit cerah di kota Paris mulai tertutupi oleh awan gelap. Sepertinya hujan sebentar lagi akan turun.Xena tak peduli akan cuaca yang ada. Gadis itu tetap melangkah tidak peduli dengan sekitar. Dia ingin sekali kembali ke Roma, melajutkan lagi kehidupannya di sana, namun Xena belum siap bertemu dengan keluarganya dalam kondisi seperti ini.Xena tahu kelak keluarganya pasti akan mengetahui tentang kehamilannya, tapi Xena tidak bisa membiarkan keluarganya tahu sekarang. Cercaan pertanyaan akan dia dapatkan dari keluarga besarnya. Itu kenapa Xena memilih untuk berpikir ulang jika ingin kembali ke Roma sekarang. Xena butuh untuk menyendiri, menjauh dari semua orang. Ketenangan dan pikiran yang damai adalah yang sangat dibutuhkan oleh Xena saat ini. Xena bukan lari dari masalah, tapi Xena hanya tahu diri bahwa dirinya tidak lagi dibutuh
“Zack?”Mata Xena melebarkan matanya tak percaya melihat sosok pria tampan yang ada di depannya. Bingung bercampur dengan rasa syukur melebur menjadi satu. Xena masih bergeming di tempatnya, dan yang terus dicengkram oleh para penjahat.Ya, Xena merasa seperti mimpi bertemu dengan sosok pria di depannya itu. Akan tetapi, lepas dari rasa terkejutnya, Xana tetap bersyukur karena paling tidak, ada yang bisa menyelamatkannya dari bahaya yang datang.“Lepaskan dia! Apa kalian tuli?” seru pria yang bernama Zack dengan nada tinggi, membentak tiga pria berbadan besar yang ingin menculik Xena.“Anak muda, lebih baik kau masuk mobilmu, dan pergilah sejauh mungkin. Kami bisa membunuhmu jika kami sudah terpancing emosi. Jangan ikut campur urusan kami,” tukas salah satu pria berbadan besar di sana, memberikan ancaman yang tak main-main pada Zack.Zack tersenyum sinis. “Silahkan coba membunuhku jika kalian mampu. Bisa jadi badan kalian saja besar, tapi kemampuan kalian nol besar.”Emosi tiga pria i
“Zack? Kenapa kau membawaku ke sini?” Xena menatap bingung Zack yang membawanya ke sebuah hotel yang letaknya cukup juh dari pusat kota. Sungguh, Xena sedikit merasa tak nyaman. Pun selama ini Xena belum pernah terlalu lama menghabiskan waktu bersama dengan Zack. Itu yang membuatnya merasa canggung berada di dekat Zack.Zack membuka jasnya, meletakan ke sofa, dan duduk di sofa itu. “Maaf, aku tidak memiliki pilihan lain. Untuk sementara waktu, lebih baik kau tinggal di hotel ini. Aku masih meminta asistenku menyelidiki pria yang menculikmu. Kau tidak mungkin langsung kembali ke Roma, jika urusanmu di sini belum selesai.”Zack telah meminta asistennya untuk menyelidiki siapa para penjahat yang ingin menculik Xena. Hal itu yang akhirnya membuat Zack memutuskan untuk membawa Xena ke hotel yang letaknya, cukup jauh dari pusat kota. Hanya ini jalan sementara untuk menyelamatkan Xena. Tentu bagaimanapun, Zack tak mungkin tutup mata jika Xena dalam bahaya. Xena adalah adik ipar dari kakak ka
“Zack, kenapa bisa kebetulan sekali kau berada di jalan yang sama denganku?” Xena bertanya sambil menikmati steak yang ada di hadapannya. Gadis itu tengah makan bersama dengan Zack. Hingga detik ini, Xena masih sedikit bingung, kenapa bisa Zack melewati jalan yang sama seperti yang Xena lewati. “Saat aku tiba di Paris, aku langsung ingin ke restoran yang pernah aku datangi beberapa tahun, tapi aku lupa dengan jalan menuju ke restoran itu. Dan, ya, di sana aku tidak sengaja melihatmu ditarik paksa oleh para penjahat,” jawab Zack dengan senyuman tipis di wajahnya. Nada bicaranya dingin, namun tersirat tetaplah ramah.Xena menganggukan kepalanya. “Mungkin, takdir ingin melindungiku lewat dirimu.”“Jika kau percaya itu, maka artinya kau orang baik, Xena. Yang aku tahu orang baik akan selalu dilindungi,” ucap Zack seraya menyudahi makannya. Pria itu mengambil whisky, dan menyesap perlahan.Xena terdiam sebentar. “Aku jauh dari kata baik, Zack. Kau belum mengenalku.”Zack menundukan kepala
Morgan menatap penuh khawatir Xena yang tengah diperiksa oleh dokter. Morgan tak bisa tenang. Pikirannya benar-benar sangat kacau. Rasa takut menelusup ke dalam dirinya. Morgan mengumpati dirinya yang bersikap kasar, hingga membuat Xena jatuh pingsan. Emosi dalam diri Morgan memang tak bisa terkendali. Apalagi di kala dirinya menemukan Xena bersama dengan pria lain di sebuah kamar hotel. Seperti api yang menyulut tubuhnya, membuat Morgan nyaris meledakan amarah. Jika saja Morgan tahu tindakannya membuat Xena sampai jatuh sakit, maka sudah sejak tadi Morgan berusaha meredam emosinya. Morgan tahu dirinya memang sangat egois. Namun, inilah keadaan yang ada. Keadaan di mana Morgan tidak rela Xena bersama dengan pria lain. Saat sang dokter sudah selesai memeriksa Xena, buru-buru Morgan menghampiri dokter itu.“Bagaimana keadaan Xena?” tanya Morgan cepat, pada sang dokter, tersirat penuh rasa cemas dan khawatir.“Tuan, kondisi Nona Xena dan kandungannya baik-baik saja. Nona Xena hany
“Nona Xena, mohon di makan makanan Anda, Nona. Tuan Morgan akan marah besar, kalau sampai Anda tidak makan.” Seorang pelayan membujuk Xena untuk makan. Sudah lebih dari lima kali pelayan itu mengganti menu makanan, agar Xena mau makan, namun hasilnya tetap saja Xena tak menyentuh makanan yang telah disajikan oleh pelayan itu.“Morgan menginginkanku mati. Dia tidak mungkin marah kalau aku tidak makan. Pergilah. Bawa lagi makanan ini. Aku tidak mau makan apa pun!” seru Xena mengusir pelayan yang membawakan makanan untuknya.Sang pelayan mendesah pelan. “Nona, Tuan Morgan tadi berpesan meminta Anda untuk makan. Kalau Anda tidak makan, pasti beliau akan marah besar pada saya, Nona. Saya mohon makanlah meski hanya sedikit.”Xena menatap tajam pelayan itu. “Apa kau tuli?! Aku sudah bilang pergi dan bawa semua makanan itu! Aku tidak mau makan apa pun!” bentaknya keras—hingga membuat sang pelayan bergetar ketakutan.“Ada apa ini?” Morgan masuk ke dalam kamar, tepat mendengar suara bentakan Xe