Angie berdecak pelan. Sudah berkali-kali, Angie menghubungi Morgan, namun sayangnya tidak mendapatkan jawaban sama sekali. Bahkan Angie sempat menghubungi Hemlet untuk menanyakan keberadaan Morgan, dan hasilnya Hemlet hanya mengatakan Morgan tengah sibuk dengan pekerjaannya.Angie menghempaskan tubuhnya ke sofa seraya menyambar juice yang ada di atas meja, dan menenggaknya setengah. Mood Angie berubah menjadi buruk. Sejak tadi malam, Morgan tak bisa dihubungi. Entah kesibukan apa, sampai Morgan tak menjawab teleponnya. Bukan tak mau mengerti, tapi Angie ingin setidaknya Morgan memberikan kabar walaupun pria itu sibuk.Suara bunyi bell terdengar. Angie yang berada di ruang tengah mengalihkan pandangannya ke arah pintu utama. Tampak, kening Angie mengerut di kala bell terus berbunyi. Jika Morgan datang, pasti Morgan langsung masuk tanpa menekan bell.“Siapa yang datang?” gumam Angie pelan. Tak mau pikir panjang, akhirnya Angie memutuskan untuk melangkah menuju ke arah pintu. Mungkin Mor
BrakkkMorgan menggebrak meja dengan keras, dan menatap tajam serta penuh amarah pada sang asisten. Umpatan dan makian tak henti-hentinya lolos dalam hati. Kilat mata Morgan begitu tajam dan membendung kemarahan.“Kenapa kau bodoh sekali, Hemlet! Aku sudah bilang padaku untuk memperketat keamana Angie!” bentak Morgan dengan nada yang begitu keras dan menggelegar.Hemlet menundukan kepala, tak berani pada Morgan. “M-maafkan saya, Tuan. Bashan Myron ternyata sudah merencanakan semua ini. Sepertinya dia sudah lama berhasil menemukan keberadaan Nona Angie. Dia menyerang mencari waktu di mana Anda lengah.”PrangggMorgan melempar vas bunga yang ada di atas meja, hingga pecahannya memenuhi lantai marmer. Rahang Morgan mengetat. Tangannya terkepal dengan kuat. Ya, Morgan mengakui kesalahannya yang tak berada di sisi Angie. Kala itu dirinya sibuk mencari Xena, dan ternyata Bashan Mayron telah merencanakan semua ini.“Berengsek!” umpat Morgan kasar.“Tuan, Anda tenang dulu. Saya sudah meminta
Xena mengembuskan napas gelisah menatap ke arah jendela mobil. Raut wajah Xena menunjukan jelas rasa cemas dan panik. Saat ini, Xena tengah berada di dalam mobil, menuju kantor Morgan. Xena pergi bersama dengan pelayan yang tadi menyampaikan pesan Morgan padanya. Dalam pikiran Xena, dia hanya mencemaskan Morgan. Xena takut terjadi hal buruk pada Morgan. Namun, di kala Xena tengah dilanda rasa cemas; raut wajah Xena berubah melihat jalan yang dia lewati tidaklah menuju ke arah kantor Morgan. Xena tak mungkin lupa dengan letak kantor Morgan. Cukup lama berada di Paris, membuat Xena hafal dengan jalanan di kota Paris.“Kita mau ke mana? Ini bukan jalanan ke kantor Morgan,” seru Xena seraya menatap dingin sang pelayan yang duduk di sampingnya. Nada Xena menuntut sang pelayan untuk menjawab.Sang pelayan tersenyum anggun. “Nona, kita memang tidak akan ke kantor Tuan Morgan Louise.”“Apa maksudmu?! Tadi kau bilang Morgan membutuhkan bantuanku!” seru Xena dengan nada mulai emosi. Tapi tung
Morgan membanting kasar pintu mobilnya, masuk ke dalam mansion bersama dengan Hemlet. Namun, di kala langkah Morgan semakin jauh, Hemlet segera maju lebih dulu. Nampaknya Hemlet mencurigai sesuatu, karena di depan tidak ada penjaga sama sekali.“Tuan, Anda tunggu di sini. Biar saya masuk ke dalam,” ucap Hemlet serius.“Jangan halangi aku, Sialan!” Morgan menyingkirkan tubuh Hemlet yang menghalangi langkahnya. Morgan sama sekali tidak takut pada apa pun. Yang Morgan pikirkan adalah keberadaan Xena.“Xena? Xena? Xena?” Morgan berseru memanggil nama Xena, saat pria itu masuk ke dalam mansion, tetapi tiba-tiba langkah Morgan terhenti tepat di ruang tengah di kala pria itu melihat dengan mata kepalanya sendiri banyak para penjaga dan pelayan jatuh pingsan.Kilat mata Morgan menajam. Rahangnya mengetat. Sorot matanya penuh dengan kemarahan. Morgan sudah tahu dalang di balik semua ini. Makian dan umpatan dalam hati Morgan terus lolos. Morgan tak pernah menyangka kalau Bashan Myron akan mengi
Xena membeku diam di tempatnya menatap sosok wanita yang bernama Angie. Jutaan pertanyaan muncul di dalam pikirannya, meninggalkan kesesakan yang luar biasa. Marah, emosi, benci, ragu, semuanya melebur menjadi satu.Angie Hale …Nama ‘Angie’ tak asing di telinga Xena. Xena berusaha mengingat nama itu, dan di kala dirinya tengah menggali ingatannya; dia langsung teringat akan nama ‘Angie’ yang Morgan ucap secara tak sengaja. Kala itu, Morgan mengatakan Angie adalah adik dari temannya. Tapi, apa ini Angie yang sama? Jika iya, maka Morgan memiliki jutaan rahasia.Xena ingin menangis, tapi dia benci dilihat orang dalam keadaan lemah. Xena menekan perasaan dalam dirinya. Sekalipun, hancur, namun Xena akan tetap berjuang berdiri di kedua kakinya sendiri.“Kau, Xena Foster. Apa benar apa yang dikatakan Bashan?” tanya Angie dengan nada serak, menahan air mata.Xena tersenyum menahan perih. “Ya, namaku Xena Foster. Tapi, aku rasa di sini, bukan lagi membahas benar atau tidak akan apa yang dika
Bashan menyeringai kejam menatap air mata Xena berlinang. Mata Bashan seakan mencemooh dan meledek Xena. Tawa pria itu terdengar begitu puas melihat tangis Xena. Ya, Bashan sudah menduga; Morgan akan lebih memilih Angie daripada Xena. Dugaan yang sangat tepat. Xena menyeka air matanya di kala melihat Bashan menertawakannya. Kilat mata Xena kini begitu tajam dan membendung kemarahannya. Mati-matian, Xena menahan dirinya untuk tak lagi menangis. Xena tak akan membiarkan pria berengsek di hadapannya, menertawakan kelemahannnya.“Kau bahagia sekali, Bashan.” Xena mulai mengeluarkan suara, menekan dirinya untuk tidak lagi menangis. Mata Xena menatap Bashan penuh dengan kebencian.Bashan menghentikan tawanya, tergantikan dengan seringai kejam. “Bagaimana aku tidak bahagia, hm? Morgan Louise, kekasihmu itu memilih Angie bukan dirimu. Poor, Xena.”Xena bangkit berdiri, mendekat pada Bashan. “Aku tidak butuh kau kasihani. Aku memiliki keluarga yang pasti akan menyelamatkanku. Mereka tidak mu
BrakkkkTubuh Xena dibanting Bashan ke sofa besar yang ada di ruang penyekapannya. Tampak Xena meringis kesakitan. Xena memeluk perutnya melindungi kandungannya, namun tak bisa memungkiri Xena merasakan sakit di seluruh tubuhnya.“Masih berani melawanku, Nona Foster?” Bashan menyeringai kejam. “Aku sarankan padamu, untuk menyerah. Sekeras apa pun kau berontak, kau tetap tidak akan bisa melawanku. Di sini hanya kita berdua. Penjagaan di tempat ini sangat ketat. Tidak akan ada yang bisa masuk ke sini. Jadi lebih baik kau pasrah. Aku akan bermain dengan pelan.”Xena meneguk saliva-nya susah payah. Raut wajah Xena memucat ketakutan. Keringat dingin keluar membasahi tubuhnya. “A-aku bersumpah akan membunuhmu kalau kau berani mendekat!” bentaknya kuat dengan nada bergetar menahan rasa takut.Bashan tertawa mendengar ancaman Xena. “Katakan padaku, bagaimana caramu membunuhku, Nona Foster?”Xena mengepalkan tangannya dengan kuat. Gadis itu bangkit berdiri dan hendak menyerang Bashan, namun sa
Ketegangan menyelimuti koridor rumah sakit di mana Xena berada. Xander bersama dengan Audrey dan Zack berada di depan UGD. Tampak mereka semua begitu khawatir akan keadaan Xena. Bahkan Audrey sejak tadi tak henti menangis. Audrey melihat dengan jelas begitu banyak luka yang didapatkan Xena.Audrey memang tak ikut dalam misi menyelamatkan Xena. Kondisi yang terlalu berbahaya, membuat Xander tak mengizinkan Audrey. Xander bekerja sama dengan Zack dan anak buahnya untuk menyelamatkan Xena. Hingga detik ini, Xander belum mengetahui motif penculikan Xena. Yang ada di dalam pikiran Xander adalah adiknya bisa selamat. Pria itu tak fokus pada apa pun. Dia hanya fokus memikirkan adiknya.“Xander, kenapa dokter lama sekali? Xena baik-baik saja, ‘kan?” ujar Audrey bertanya seraya terisak sesegukan. Rasa takut dan khawatir telah menelusup ke dalam diri Audrey.Xander membelai pipi Audrey. “Audrey, tenangkan dirimu. Xena pasti baik-baik saja.”Audrey menangis. “Tapi, kenapa dokter lama sekali? A