Morgan membanting kasar pintu mobilnya, masuk ke dalam mansion bersama dengan Hemlet. Namun, di kala langkah Morgan semakin jauh, Hemlet segera maju lebih dulu. Nampaknya Hemlet mencurigai sesuatu, karena di depan tidak ada penjaga sama sekali.“Tuan, Anda tunggu di sini. Biar saya masuk ke dalam,” ucap Hemlet serius.“Jangan halangi aku, Sialan!” Morgan menyingkirkan tubuh Hemlet yang menghalangi langkahnya. Morgan sama sekali tidak takut pada apa pun. Yang Morgan pikirkan adalah keberadaan Xena.“Xena? Xena? Xena?” Morgan berseru memanggil nama Xena, saat pria itu masuk ke dalam mansion, tetapi tiba-tiba langkah Morgan terhenti tepat di ruang tengah di kala pria itu melihat dengan mata kepalanya sendiri banyak para penjaga dan pelayan jatuh pingsan.Kilat mata Morgan menajam. Rahangnya mengetat. Sorot matanya penuh dengan kemarahan. Morgan sudah tahu dalang di balik semua ini. Makian dan umpatan dalam hati Morgan terus lolos. Morgan tak pernah menyangka kalau Bashan Myron akan mengi
Xena membeku diam di tempatnya menatap sosok wanita yang bernama Angie. Jutaan pertanyaan muncul di dalam pikirannya, meninggalkan kesesakan yang luar biasa. Marah, emosi, benci, ragu, semuanya melebur menjadi satu.Angie Hale …Nama ‘Angie’ tak asing di telinga Xena. Xena berusaha mengingat nama itu, dan di kala dirinya tengah menggali ingatannya; dia langsung teringat akan nama ‘Angie’ yang Morgan ucap secara tak sengaja. Kala itu, Morgan mengatakan Angie adalah adik dari temannya. Tapi, apa ini Angie yang sama? Jika iya, maka Morgan memiliki jutaan rahasia.Xena ingin menangis, tapi dia benci dilihat orang dalam keadaan lemah. Xena menekan perasaan dalam dirinya. Sekalipun, hancur, namun Xena akan tetap berjuang berdiri di kedua kakinya sendiri.“Kau, Xena Foster. Apa benar apa yang dikatakan Bashan?” tanya Angie dengan nada serak, menahan air mata.Xena tersenyum menahan perih. “Ya, namaku Xena Foster. Tapi, aku rasa di sini, bukan lagi membahas benar atau tidak akan apa yang dika
Bashan menyeringai kejam menatap air mata Xena berlinang. Mata Bashan seakan mencemooh dan meledek Xena. Tawa pria itu terdengar begitu puas melihat tangis Xena. Ya, Bashan sudah menduga; Morgan akan lebih memilih Angie daripada Xena. Dugaan yang sangat tepat. Xena menyeka air matanya di kala melihat Bashan menertawakannya. Kilat mata Xena kini begitu tajam dan membendung kemarahannya. Mati-matian, Xena menahan dirinya untuk tak lagi menangis. Xena tak akan membiarkan pria berengsek di hadapannya, menertawakan kelemahannnya.“Kau bahagia sekali, Bashan.” Xena mulai mengeluarkan suara, menekan dirinya untuk tidak lagi menangis. Mata Xena menatap Bashan penuh dengan kebencian.Bashan menghentikan tawanya, tergantikan dengan seringai kejam. “Bagaimana aku tidak bahagia, hm? Morgan Louise, kekasihmu itu memilih Angie bukan dirimu. Poor, Xena.”Xena bangkit berdiri, mendekat pada Bashan. “Aku tidak butuh kau kasihani. Aku memiliki keluarga yang pasti akan menyelamatkanku. Mereka tidak mu
BrakkkkTubuh Xena dibanting Bashan ke sofa besar yang ada di ruang penyekapannya. Tampak Xena meringis kesakitan. Xena memeluk perutnya melindungi kandungannya, namun tak bisa memungkiri Xena merasakan sakit di seluruh tubuhnya.“Masih berani melawanku, Nona Foster?” Bashan menyeringai kejam. “Aku sarankan padamu, untuk menyerah. Sekeras apa pun kau berontak, kau tetap tidak akan bisa melawanku. Di sini hanya kita berdua. Penjagaan di tempat ini sangat ketat. Tidak akan ada yang bisa masuk ke sini. Jadi lebih baik kau pasrah. Aku akan bermain dengan pelan.”Xena meneguk saliva-nya susah payah. Raut wajah Xena memucat ketakutan. Keringat dingin keluar membasahi tubuhnya. “A-aku bersumpah akan membunuhmu kalau kau berani mendekat!” bentaknya kuat dengan nada bergetar menahan rasa takut.Bashan tertawa mendengar ancaman Xena. “Katakan padaku, bagaimana caramu membunuhku, Nona Foster?”Xena mengepalkan tangannya dengan kuat. Gadis itu bangkit berdiri dan hendak menyerang Bashan, namun sa
Ketegangan menyelimuti koridor rumah sakit di mana Xena berada. Xander bersama dengan Audrey dan Zack berada di depan UGD. Tampak mereka semua begitu khawatir akan keadaan Xena. Bahkan Audrey sejak tadi tak henti menangis. Audrey melihat dengan jelas begitu banyak luka yang didapatkan Xena.Audrey memang tak ikut dalam misi menyelamatkan Xena. Kondisi yang terlalu berbahaya, membuat Xander tak mengizinkan Audrey. Xander bekerja sama dengan Zack dan anak buahnya untuk menyelamatkan Xena. Hingga detik ini, Xander belum mengetahui motif penculikan Xena. Yang ada di dalam pikiran Xander adalah adiknya bisa selamat. Pria itu tak fokus pada apa pun. Dia hanya fokus memikirkan adiknya.“Xander, kenapa dokter lama sekali? Xena baik-baik saja, ‘kan?” ujar Audrey bertanya seraya terisak sesegukan. Rasa takut dan khawatir telah menelusup ke dalam diri Audrey.Xander membelai pipi Audrey. “Audrey, tenangkan dirimu. Xena pasti baik-baik saja.”Audrey menangis. “Tapi, kenapa dokter lama sekali? A
“Xena, putriku.” Angela berlari menelusuri koridor rumah sakit bersama dengan Marco. Tampak jelas raut wajah Angela dan Marco begitu mencemaskan kedua putri mereka. Derai air mata berlinang menyentuh wajah Angela. Ya, kedua orang tua Xena terbang dari Roma ke Paris di kala mendengar kabar putri mereka, menjadi korban penculikan.“Mom? Dad?” Audrey yang duduk di depan ruang ICU bersama dengan Xander, dan Zack menatap terkejut akan kehadiran mertuanya. Audrey sedikit tak mengira kalau mertuanya akan datang secepat ini. “Audrey? Di mana Xena?” Angela menatap Audrey dengan air mata yang tak henti berlinang.Audrey langsung memberikan pelukan pada ibu mertuanya. “Mom, tenangkan dirimu. Xena ada di ruang ICU.”“Xander, bagaimana keadaan adikmu?” tanya Marco panik dan cemas. Pria paruh baya itu begitu gelisah. Matanya memancarkan jelas rasa takut akan terjadi sesuatu hal buruk pada putri bungsunya.“Xena koma. Luka di kepalanya cukup parah,” jawab Xander dengan raut wajah begitu putus asa.
Morgan menatap Angie dengan tatapan penuh rasa bersalah. Tampak mata Angie sembab, akibat tangis yang tak kunjung reda. Sejak kejadian di mana Angie telah mengetahui segalanya; Angie tak henti menangis. Menangis karena hatinya yang telah hancur berkeping-keping. Wanita itu tak pernah mengira kalau Morgan akan memberikan luka padanya sedalam ini. Keheningan membentang. Angie memang sudah tak lagi terisak menangis, namun air mata masih kerap berlinang begitu saja jatuh membasahi pipinya. Belum ada kata yang mampu Angie ucapkan. Hanya tatapan nanar penuh kecewa yang wanita itu berikan pada Morgan. “Maaf.” Sebuah ucapan maaf, tiba-tiba saja lolos di bibir Morgan. Seolah sebagai kata pembuka, sebelum memulai percakapan.“Kenapa, Morgan?” Angie menjawab dengan nada menahan pilu dan sesak di hati.Morgan memejamkan mata singkat. “Aku bukan pria yang baik, Angie. Sejak kau menghilang, aku bagaikan orang yang putus asa. Aku kerap mengencani beberapa wanita hanya untuk menghilangkan stress-
Morgan dan Xander berlari di koridor rumah sakit, menuju ruang ICU Xena. Untuk kali ini, Xander tak mengahalangi Morgan, karena pusat pikiran Xander hanya tertuju pada kondisi adiknya. Begitu juga Morgan, tak memedulikan apa pun. Yang ada di dalam pikiran Morgan adalah kondisi Xena. Pancaran mata Morgan menunjukan rasa takut serta panik.Tiba-tiba, langkah Morgan dan Xander terhenti bersamaan di kala mendengar suara isak tangis. Xander langsung maju mendekat pada istri dan ibunya yang tak henti menangis. Tampak kepanikan melingkupi.“Audrey, bagaimana keadaan Xena?” tanya Xander cepat.Audrey memeluk Xander, menangis dalam pelukan suaminya. Tak ada kaya yang bisa Audrey ucapkan. Audrey hanya menangis. Pun Angela menangis dalam pelukan Marco. Kedua orang tua Xena dan Xander tak menyadari kehadiran Morgan.“Dokter sudah melakukan tindakan. Kita tunggu.” Zack mulai mencairkan suasana, agar sedikit lebih tenang. Xander mendekat ke arah jendela ruang ICU. Begitu juga Morgan mendekat ke