Morgan menatap penuh khawatir Xena yang tengah diperiksa oleh dokter. Morgan tak bisa tenang. Pikirannya benar-benar sangat kacau. Rasa takut menelusup ke dalam dirinya. Morgan mengumpati dirinya yang bersikap kasar, hingga membuat Xena jatuh pingsan. Emosi dalam diri Morgan memang tak bisa terkendali. Apalagi di kala dirinya menemukan Xena bersama dengan pria lain di sebuah kamar hotel. Seperti api yang menyulut tubuhnya, membuat Morgan nyaris meledakan amarah. Jika saja Morgan tahu tindakannya membuat Xena sampai jatuh sakit, maka sudah sejak tadi Morgan berusaha meredam emosinya. Morgan tahu dirinya memang sangat egois. Namun, inilah keadaan yang ada. Keadaan di mana Morgan tidak rela Xena bersama dengan pria lain. Saat sang dokter sudah selesai memeriksa Xena, buru-buru Morgan menghampiri dokter itu.“Bagaimana keadaan Xena?” tanya Morgan cepat, pada sang dokter, tersirat penuh rasa cemas dan khawatir.“Tuan, kondisi Nona Xena dan kandungannya baik-baik saja. Nona Xena hany
“Nona Xena, mohon di makan makanan Anda, Nona. Tuan Morgan akan marah besar, kalau sampai Anda tidak makan.” Seorang pelayan membujuk Xena untuk makan. Sudah lebih dari lima kali pelayan itu mengganti menu makanan, agar Xena mau makan, namun hasilnya tetap saja Xena tak menyentuh makanan yang telah disajikan oleh pelayan itu.“Morgan menginginkanku mati. Dia tidak mungkin marah kalau aku tidak makan. Pergilah. Bawa lagi makanan ini. Aku tidak mau makan apa pun!” seru Xena mengusir pelayan yang membawakan makanan untuknya.Sang pelayan mendesah pelan. “Nona, Tuan Morgan tadi berpesan meminta Anda untuk makan. Kalau Anda tidak makan, pasti beliau akan marah besar pada saya, Nona. Saya mohon makanlah meski hanya sedikit.”Xena menatap tajam pelayan itu. “Apa kau tuli?! Aku sudah bilang pergi dan bawa semua makanan itu! Aku tidak mau makan apa pun!” bentaknya keras—hingga membuat sang pelayan bergetar ketakutan.“Ada apa ini?” Morgan masuk ke dalam kamar, tepat mendengar suara bentakan Xe
Angie berdecak pelan. Sudah berkali-kali, Angie menghubungi Morgan, namun sayangnya tidak mendapatkan jawaban sama sekali. Bahkan Angie sempat menghubungi Hemlet untuk menanyakan keberadaan Morgan, dan hasilnya Hemlet hanya mengatakan Morgan tengah sibuk dengan pekerjaannya.Angie menghempaskan tubuhnya ke sofa seraya menyambar juice yang ada di atas meja, dan menenggaknya setengah. Mood Angie berubah menjadi buruk. Sejak tadi malam, Morgan tak bisa dihubungi. Entah kesibukan apa, sampai Morgan tak menjawab teleponnya. Bukan tak mau mengerti, tapi Angie ingin setidaknya Morgan memberikan kabar walaupun pria itu sibuk.Suara bunyi bell terdengar. Angie yang berada di ruang tengah mengalihkan pandangannya ke arah pintu utama. Tampak, kening Angie mengerut di kala bell terus berbunyi. Jika Morgan datang, pasti Morgan langsung masuk tanpa menekan bell.“Siapa yang datang?” gumam Angie pelan. Tak mau pikir panjang, akhirnya Angie memutuskan untuk melangkah menuju ke arah pintu. Mungkin Mor
BrakkkMorgan menggebrak meja dengan keras, dan menatap tajam serta penuh amarah pada sang asisten. Umpatan dan makian tak henti-hentinya lolos dalam hati. Kilat mata Morgan begitu tajam dan membendung kemarahan.“Kenapa kau bodoh sekali, Hemlet! Aku sudah bilang padaku untuk memperketat keamana Angie!” bentak Morgan dengan nada yang begitu keras dan menggelegar.Hemlet menundukan kepala, tak berani pada Morgan. “M-maafkan saya, Tuan. Bashan Myron ternyata sudah merencanakan semua ini. Sepertinya dia sudah lama berhasil menemukan keberadaan Nona Angie. Dia menyerang mencari waktu di mana Anda lengah.”PrangggMorgan melempar vas bunga yang ada di atas meja, hingga pecahannya memenuhi lantai marmer. Rahang Morgan mengetat. Tangannya terkepal dengan kuat. Ya, Morgan mengakui kesalahannya yang tak berada di sisi Angie. Kala itu dirinya sibuk mencari Xena, dan ternyata Bashan Mayron telah merencanakan semua ini.“Berengsek!” umpat Morgan kasar.“Tuan, Anda tenang dulu. Saya sudah meminta
Xena mengembuskan napas gelisah menatap ke arah jendela mobil. Raut wajah Xena menunjukan jelas rasa cemas dan panik. Saat ini, Xena tengah berada di dalam mobil, menuju kantor Morgan. Xena pergi bersama dengan pelayan yang tadi menyampaikan pesan Morgan padanya. Dalam pikiran Xena, dia hanya mencemaskan Morgan. Xena takut terjadi hal buruk pada Morgan. Namun, di kala Xena tengah dilanda rasa cemas; raut wajah Xena berubah melihat jalan yang dia lewati tidaklah menuju ke arah kantor Morgan. Xena tak mungkin lupa dengan letak kantor Morgan. Cukup lama berada di Paris, membuat Xena hafal dengan jalanan di kota Paris.“Kita mau ke mana? Ini bukan jalanan ke kantor Morgan,” seru Xena seraya menatap dingin sang pelayan yang duduk di sampingnya. Nada Xena menuntut sang pelayan untuk menjawab.Sang pelayan tersenyum anggun. “Nona, kita memang tidak akan ke kantor Tuan Morgan Louise.”“Apa maksudmu?! Tadi kau bilang Morgan membutuhkan bantuanku!” seru Xena dengan nada mulai emosi. Tapi tung
Morgan membanting kasar pintu mobilnya, masuk ke dalam mansion bersama dengan Hemlet. Namun, di kala langkah Morgan semakin jauh, Hemlet segera maju lebih dulu. Nampaknya Hemlet mencurigai sesuatu, karena di depan tidak ada penjaga sama sekali.“Tuan, Anda tunggu di sini. Biar saya masuk ke dalam,” ucap Hemlet serius.“Jangan halangi aku, Sialan!” Morgan menyingkirkan tubuh Hemlet yang menghalangi langkahnya. Morgan sama sekali tidak takut pada apa pun. Yang Morgan pikirkan adalah keberadaan Xena.“Xena? Xena? Xena?” Morgan berseru memanggil nama Xena, saat pria itu masuk ke dalam mansion, tetapi tiba-tiba langkah Morgan terhenti tepat di ruang tengah di kala pria itu melihat dengan mata kepalanya sendiri banyak para penjaga dan pelayan jatuh pingsan.Kilat mata Morgan menajam. Rahangnya mengetat. Sorot matanya penuh dengan kemarahan. Morgan sudah tahu dalang di balik semua ini. Makian dan umpatan dalam hati Morgan terus lolos. Morgan tak pernah menyangka kalau Bashan Myron akan mengi
Xena membeku diam di tempatnya menatap sosok wanita yang bernama Angie. Jutaan pertanyaan muncul di dalam pikirannya, meninggalkan kesesakan yang luar biasa. Marah, emosi, benci, ragu, semuanya melebur menjadi satu.Angie Hale …Nama ‘Angie’ tak asing di telinga Xena. Xena berusaha mengingat nama itu, dan di kala dirinya tengah menggali ingatannya; dia langsung teringat akan nama ‘Angie’ yang Morgan ucap secara tak sengaja. Kala itu, Morgan mengatakan Angie adalah adik dari temannya. Tapi, apa ini Angie yang sama? Jika iya, maka Morgan memiliki jutaan rahasia.Xena ingin menangis, tapi dia benci dilihat orang dalam keadaan lemah. Xena menekan perasaan dalam dirinya. Sekalipun, hancur, namun Xena akan tetap berjuang berdiri di kedua kakinya sendiri.“Kau, Xena Foster. Apa benar apa yang dikatakan Bashan?” tanya Angie dengan nada serak, menahan air mata.Xena tersenyum menahan perih. “Ya, namaku Xena Foster. Tapi, aku rasa di sini, bukan lagi membahas benar atau tidak akan apa yang dika
Bashan menyeringai kejam menatap air mata Xena berlinang. Mata Bashan seakan mencemooh dan meledek Xena. Tawa pria itu terdengar begitu puas melihat tangis Xena. Ya, Bashan sudah menduga; Morgan akan lebih memilih Angie daripada Xena. Dugaan yang sangat tepat. Xena menyeka air matanya di kala melihat Bashan menertawakannya. Kilat mata Xena kini begitu tajam dan membendung kemarahannya. Mati-matian, Xena menahan dirinya untuk tak lagi menangis. Xena tak akan membiarkan pria berengsek di hadapannya, menertawakan kelemahannnya.“Kau bahagia sekali, Bashan.” Xena mulai mengeluarkan suara, menekan dirinya untuk tidak lagi menangis. Mata Xena menatap Bashan penuh dengan kebencian.Bashan menghentikan tawanya, tergantikan dengan seringai kejam. “Bagaimana aku tidak bahagia, hm? Morgan Louise, kekasihmu itu memilih Angie bukan dirimu. Poor, Xena.”Xena bangkit berdiri, mendekat pada Bashan. “Aku tidak butuh kau kasihani. Aku memiliki keluarga yang pasti akan menyelamatkanku. Mereka tidak mu
Beberapa minggu kemudian …Suara tangis bayi memecahkan ruang persalinan. Tangis bayi laki-laki itu begitu kencang bercampur dengan tangis haru bahagia dari Xena dan Morgan. Berkali-kali Morgan mengecupi bibir Xena. Dua insan saling mencintai itu tengah berbahagia dengan kelahiran anak kedua mereka. Setelah sekian lama, akhirnya mereka kembali memiliki buah cinta lagi.Sang dokter meminta Xena untuk melakukan proses IMD. Bayi laki-laki Xena lahir dengan sehat dan sempurna, tanpa kekurangan apa pun. Meski baru lahir, tapi bayi laki-laki Xena itu sudah memiliki rambut yang hitam dan tebal. Bibir mungil sedikit belah, dan hidung nan mancung. Jika di lihat, wajah bayi laki-laki itu perpaduan dari wajah Xena dan Morgan.“Sayang … kau tampan sekali,” ucap Xena dengan air mata yang terus berlinang. Hatinya lega sekarang putranya sudah berada di dalam pelukannya. Bahkan sekarang putra kecilnya itu begitu lahap meminum susu. Sepertinya putranya sangat lapar.Morgan tersenyum menatap hangat put
Lampu kamera menyorot di ballroom hotel megah pernikahan Biana berlangsung. Para tamu undangan menyaksikan janji suci pernikahan Biana Faye dan Lake Tate. Tampak semua tamu undangan turut berbahagia atas pernikahan Biana dan pria yang bernama Lake Tate—yang sekarang telah resmi menjadi suaminya. Xena dan Morgan duduk di kursi bagian depan nomor tiga, mereka melihat jelas upacara pernikahan Biana dan Lake yang tengah berlangsung. Keluarga besar Xena duduk di kursi di belakang Xena dan Morgan.Bonita berada di pangkuan Morgan. Tentu gadis kecil itu diajak ke pesta. Xena dan Morgan memang sengaja mengajak Bonita. Lagi pula, Rikkard dan Rachel juga ikut, jadi Bonita tak merasa kesepian sama sekali.Sejak tadi, Xena menjadi sorotan para media. Terutama Bonita yang duduk di pangkuan Morgan. Kilat kamera tak henti terarah pada keluarga kecil Morgan. Bagaimana tidak? Morgan Louise adalah mantan suami dari Biana Faye, wajar kalau kehidupan keluarga pria itu menjadi sorotan para media. Berunt
Xena menatap undangan pernikahan Biana yang baru saja diantar oleh kurir. Sebuah undangan dengan design kombinasi gold dan putih, membuat undangan itu nampak sangat indah dan elegan. Hanya melihat undangan pernikahan saja, Xena sudah yakin bahwa konsep pernikahan Biana akan sangat cantik.Hal itu tidak perlu diragukan. Mengingat Biana adalah anak dari seorang Presiden Prancis. Pasti pernikahannya dibuat dengan konsep sedemikian indah dan cantik. Iri? Jelas saja Xena tidak iri. Malah, Xena sangat bahagia mendengar kabar tentang Biana telah menemukan belahan jiwanya.Xena ingat dulu Biana mengatakan tak pernah bisa melupakan Morgan. Padahal Morgan hanya menjadikan Biana sebagai alat agar Morgan memiliki chanel demi bisa menemukan Angie. Jika saja Xena berada di posisi Biana, sudah pasti Xena akan sangat hancur dan terpuruk.Bagi Xena, sosok Biana adalah sosok wanita yang kuat, hebat, dan tegar. Bahkan di detik-detik terakhir dirinya memilih menyerah dengan Morgan, Biana datang memberika
Jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam. Xena masuk ke dalam kamar, setelah tadi dia membacakan dongeng untuk Bonita. Tentu Xena tak hanya sendiri, Morgan pun turut menemani Bonita. Namun, setelah Bonita terlelap, Morgan ke luar sebentar karena ingin menjawab telepon.Xena mengusap-usap perutnya yang begitu buncit. Perutnya sudah terasa begitu begah. Makan sedikit ataupun makan banyak tetap saja Xena merasakan perutnya terasa begah. Sampai membuatnya kesulitan untuk bergerak.Xena ingin membaringkan tubuh di ranjang, namun Morgan dengan sigap membantu sang istri untuk berbaring di ranjang. Ya, Morgan tahu kalau Xena pasti kesulitan untuk berbaring karena posisinya perut Xena semakin hari semakin bertumbuh besar.Xena tersenyum sambil menatap Morgan yang membantunya. “Terima kasih, Sayang.”Morgan ikut berbaring di samping Xena, menarik tubuh Xena masuk ke dalam pelukannya. “Jangan berterima kasih. Kau seperti ini kan karena mengandung anakku.” Tangan Morgan mengusap-usap perut bu
“Paman Zack, ice cream ini enak sekali. Aku boleh nambah tidak?” Bonita begitu lahap memakan ice cream cokelat yang dibelikan oleh Zack. Gadis kecil itu nampak begitu riang gembira. Layaknya gadis kecil kebanyakan. Memang ice cream memang makanan favorite anak kecil. Zack tersenyum sambil mencubit pelan pipi bulat Bonita. “Memangnya kau tidak sakit gigi kalau makan ice cream terlalu banyak, hm?”“Tidak, Paman. Aku tidak pernah sakit gigi. Aku selalu rajin menggosok gigiku. Lihat saja gigiku bagus.” Bonita menunjukan gigi putih bersih dan rata di hadapan Zack. Ya, memang gigi gadis kecil itu sangat rapi dan putih. Itu menunjukkan bahwa memang gadis kecil itu diurusi dengan benar-benar. Zack kembali tersenyum. “Nanti bisa-bisa Paman dimarahi Mommy dan Daddy-mu kalau kau terlalu banyak makan ice cream, Little Girl.” Bonita mendesah panjang. “Paman, kau tenang saja. Mommy dan Daddy tidak akan tahu kalau aku makan banyak ice cream. Ayolah Paman, belikan aku ice cream lagi. Aku masih in
“Iya, Kak. Kau tidak usah mencemaskanku. Aku dan kandunganku sehat-sehat. Bonita juga sehat, Kak.”“Jangan lupa minum vitaminmu, Xena. Jangan kelelahan. Jangan berpikir negative. Ingat kandunganmu sudah besar. Sebentar lagi kau akan melahirkan.” “Iya, Kak. Aku pasti mendengar semua perintahmu.”“Ya sudah, aku tutup dulu. Sebentar lagi pesawatku akan take off.” “Take care, Kak. Salamkan untuk Dad, Mom, Kak Audrey, dan dua keponakanku tersayang.”“Ya, aku akan menyampaikan.” Panggilan tertutup. Xena meletakan ponselnya ke tempat semula, dan menatap ke cermin melanjutkan memoles wajahnya dengan pelembab. Meski hamil, tapi Xena wajib merawat kulitnya. Tentunya dalam pengawasan dokter kandungan.Walau sebenarnya, terkadang Xena malas sekali merawat kulitnya. Apalagi sejak hamil anak laki-laki. Namun, yang memicu Xena tetap wajib menjaga kecantikannya adalah karena dirinya memiliki suami yang sangat tampan. Xena tak mau sampai sang suami melirik wanita lain. Sekalipun sang suami setia, t
“Daddy!” Bonita berlari menghamburkan tubuhnya di kala melihat Morgan berada di ruang makan. Refleks, Morgan menggendong putri kecilnya itu, dan menghujani putri kecilnya dengan kecupan lembut penuh dengan kasih sayang mendalam.“Little girl, satu minggu tidak melihatmu, kau semakin cantik dan tinggi.” Morgan memeluk erat Bonita. Pun dia sangat merindukan putri kecilnya. Tak bertemu satu minggu, membuatnya sangatlah tersiksa. Bonita memeluk leher Morgan. “Daddy aku kesal pada Daddy. Daddy pulang lama sekali. Tadi saja Mommy menelepon tapi Daddy tidak jawab. Apa Daddy tidak merindukanku?” Bibir Bonita tertekuk kala mengatakan itu.Xena tersenyum samar melihat Bonita begitu manja pada Morgan. Ya, saat ini Xena bersama dengan suami dan putrinya berada di ruang makan. Bonita belum tahu kepulangan Morgan. Itu yang membuat gadis kecil itu bahagia dan riang di kala melihat keberadaan Morgan.Morgan menyapukan hidungnya ke hidung Bonita. “Little Girl, tentu saja Daddy merindukanmu. Daddy cep
Morgan menurunkan tubuh Xena tepat di kala tiba di kamar. Pria itu menangkup kedua pipi sang istri, memberikan ciuman yang tersirat sedikit agresif. Tampak Xena sedikit kewalahan mendapatkan ciuman dari suamunya itu.Xena meremas pelan kemeja sang suami, dan mulai membalas ciuman suaminya, meski sedikit kesulitan mengimbangi ciuman liar dari suaminya itu. Ciuman yang menunjukkan jelas kerinduan yang mendalam.“Morgan.” Xena menepuk lengan kekar Morgan. “Kau membuat napasku hampir putus. Apa kau berniat membunuh istrimu yang sedang hamil, lalu kau bisa menikah lagi?” tukasnya menuduh. Morgan menyentil pelan kening Xena yang berbicara konyol. “Aku sangat merindukanmu. Seminggu tidak melihatmu membuatku tersiksa.”Bibir Xena tertekuk. “Kau bilang merindukanku, tapi tadi ponselmu saja tidak aktif. Apa kau sedang bersama dengan seorang wanita?!” serunya jengkel.Morgan tersenyum samar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar tuduhan sang istri. Sejak hamil anak kedua memang istrin
Note: Karena banyak yang request, extra part jadi muncul di sini juga ya. Follow IG: abigail_kusuma95Tiga tahun berlalu … “Bonita, jangan berlari-lari. Nanti kau jatuh, Sayang.” Xena berseru sambil bertolak pinggang, menatap Bonita yang sejak tadi terus berlari. Tampak raut wajah Xena sedikit kesal, karena sudah sejak tadi Bonita bermain tapi tak juga merasa lelah.“Mommy, aku masih ingin bermain.” Bonita berlari mengelilingi taman, dengan raut wajah riang. Gadis kecil itu memegang bola kecil. Seiring berjalannya waktu, Bonita tumbuh menjadi sosok gadis yang lincah. Terkadang, Xena sampai kewalahan menghadapi Bonita yang terlalu lincah.Well, bisa jadi sifat lincah Bonita ini menurun dari Xena yang memang sejak dulu terkenal lincah. Sewaktu Xena kecil, dia selalu terkenal dengan gadis pembuat masalah. Kedua orang tuanya sekaligus kakaknya sampai dibuat sakit kepala dengan ulah Xena yang kerap kabur-kaburan sekaligus berfoya-foya.Xena mengusap-usap perutnya yang buncit. “Bonita, per