Greb..Rey menutup kedua mata Kanaya dengan telapak tangan nya. Namun Kanaya tidak bereaksi apa-apa, wanita itu hanya diam saja. Membuat Rey dengan terpaksa membuka telapak tangannya."Kok nggak kaget sih?" tanya Rey, pria itu berdiri tepat disamping Kanaya yang tengah duduk menatap layar laptop-nya. Rey memandangi wajah cemberut sang istri yang nampak sangat menggemaskan.Sebenarnya Kanaya sudah tahu jika Rey ada didalam kamar itu, siluet Rey yang tengah berjalan mengendap-endap dibelakang nya terlihat dengan jelas dari layar laptop."Kirain nggak bakal pulang, masih mau tinggal Di Cianjur, disana kan banyak Mojang cantik-cantik," ucap Kanaya menyindir.Rey terkekeh, merasa senang, karena Kanaya menghawatirkan dirinya, ditambah lagi wanita itu tengah cemburu, membuat Rey tidak tahan ingin menjahili Kanaya. "Ternyata seorang Dokter Kanaya bisa cemburu juga," ledek Rey, membuat Kanaya membulatkan matanya. Kanaya menunjuk dirinya sendiri. "Aku! cemburu?" tanya nya, membuat Rey mengang
Adzan Subuh berkumandang, membangunkan setiap insan beriman. Kanaya lebih dulu terjaga, pandangan nya langsung tertuju kepada Rey yang masih terlelap damai. Wanita itu tersenyum, seraya mengusap pipi Rey dengan lembut. "Mas, bangun," ucap Kanaya dengan lirih, namun sang suami sama sekali tidak terusik. Berkali-kali Kanaya membangunkan Rey, tetapi Pria itu tetap saja tidak membuka matanya. Hingga akhirnya Kanya berinisiatif membuat Rey terbangun dengan cara lain.Kanaya mengecup bibir sang suami, tanpa disangka Rey malah menahan tengkuk nya, dan memperdalam ciuaman itu. Ternyata Rey sengaja mengerjai Kanaya. Rey yang notabene seorang Anggota militer tentu lebih peka dan waspada akan gerakan sehalus apapun. Sehingga saat Kanaya terbangun, Rey juga ikut terjaga, namun dia sengaja ingin tahu apa yang akan Kanaya lakukan jika ia masih tertidur. Tanpa Rey duga, jika Kanaya akan mencium nya terlebih dahulu, hal yang dulu biasa Rey lakukan saat Kanaya belum bisa menerima kehadiran nya. Rey
"Selamat siang Komandan." Rey memberikan hormat kepada Antoni dan beberapa Anggota Militer lain yang ada didalam ruangan itu."Selamat siang Kapten Rey!" jawab Antoni."Wah, pantas kemarin dirahasiakan, ternyata Pendamping Kapten Rey sangat cantik ya," puji Komandan Lukman.Mendengar itu Rey hanya tersenyum tipis, begitupun dengan Kanaya yang nampak malu mendapat pujian dari atasan Suaminya."Dr. Kanaya Anggraini Mahardika, Sp.PD - KGEH, usia 27 tahun?" Lukman nampak terkejut membaca biodata Kanaya. "Iya benar," sahut Kanaya."Kapten Rey memang pandani mencari pendamping, sudah cantik, Dokter lagi ya," canda Komanda Antoni, namun lagi-lagi Rey hanya menanggapi dengan senyuman. Pria itu selalu bersikap tegas jika didepan orang lain, namun sangat mesum dan kekanakan didepan Kanaya.Mereka sedikit berbincang-bincang, dan mulai mengisi berkas-berkas yang sudah disiapkan. Komandan Lukman mulai mengajukan beberapa pertanyaan kepada Kanaya, tentu dengan mudah Kanaya mampu menjawab. Hingga t
"Mbak Naya," sapa wanita dengan perut buncit itu. Sontak hal itu membuat Rey dan pria yang datang bersamanya mendongak. Pandangan keempat orang itu saling beradu. Pria yang berdiri disamping wanita itu terus saja memandangi Kanaya, sebagai seorang laki-laki Rey bisa menyimpulkan jika pria itu menatap Kanaya degan penuh kerinduan. "Nay," Rey mengistruksi, melihat Kanaya hanya diam saja membuat Rey merasa penasaran.Suara barinton Rey membuat Kanaya tersadar, wanita itu menatap suaminya sekilas, sedangkan kedua orang tadi berjalan masuk dan menekan angka lima. Suasana didalam lift itu menjadi sangat canggung. Tidak ada yang membuka suara, semua sibuk dengan fikiran nya masing-masing. Rey memperhatikan dengan awas, sesekali pria yang berdiri didepannya menatap Kanaya dari pantulan dinding lift. Tentu hal itu membuat Rey tidak suka, Rey merangkuh pinggul Kanaya posesif, membuat Kanaya terkejut. Namun tentu dia hanya diam saja. Kanaya sendiri hanya menundukan kepala, bayangan masalalu
Suasana Ballroom Hotel tempat berlangsungnya resepsi pernikahan anak tunggal keluarga Hamzah dan anak bungsu Mahardika sudah sangat ramai.Para Anggota Militer yang akan melakukan upacara Pedang Pora pun sudah berbaris rapih. Begitupun dengan Keluarga dari kedua mempelai, mereka sudah memenuhi kursi didalam Ballrom Hotel itu.Gaun berwarna gold dengan ekor menjuntai begitu indah dikenakan sang Pemilik acara. Senyum terukir disudut bibir kedua anak manusia yang tengah dilanda asmara. Tidak kalah sang Pria mengenakan tuxedo yang senada. Bak Raja dan Ratu, begitu serasi dengan wajah Ayu dan Tampan nya."Kamu cantik sekali Nay," puji Rey yang nampak sangat mengagumi istrinya.Kanaya hanya tersenyum menanggapi ucapan pria itu. Jangan tanya seperti apa perasaan Kanaya saat ini, karena rasa gugup tengah mendominasi dirinya.Mereka berjalan beriringi menuju Ballrom Hotel, sedari kemarin mereka sudah bermalam di Hotel itu. Diibelakang kedua keluarga besar mengikuti, tak lupa para sahabat memba
"Selamat berbahagia untuk patner sekaligus rekan kerja saya. Semoga Sakinah, Mawadah, Warahmah," ucap Fahmi dengan tulus. Jika ditanya apakah dia sudah melupakan Kanaya, jawabannya tidak. Rasa sukanya terhadap Kanaya sudah sedari lama, namun sepertinya dia dan Kanaya memang tidak ditakdirkan bersama menjalin sebuah komitmen.Fahmi sudah mengagumi Kanaya sedari beberapa tahun lalu. Setelah Kanaya gagal menikah beberapa bulan lalu, Fahmi pikir dia masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan Kanaya. Namun kali ini Fahmi harus benar-benar iklas mengubur perasaan nya. Meski begitu Fahmi turut bahagia dengan pernikahan Kanaya.Fahmi membawakan sebuah lagu 'Aku Bukan Jodoh Nya'. Lagu tersebut benar-benar menggambarkan perasaan Fahmi saat ini. Dia berharap setelah ini perasaan sukanya terhadap Kanaya berangsur menghilang."Apa-apaan pria itu," grutu Rey."Biarin aja sih, lagian cuma nyanyi," timpal Kanaya yang tengah menatap Fahmi diatas panggung."Nggak usah dilihatin." Rey mengintruksi.Kan
Bias Matahri mulai menyelinap lewat cerah tirai. Beberapa kali Kanaya mengerjabkan mata. Wanita itu menghela nafas. Sebuah tangan kekar melingkari pinggulnya. Sudah tentu itu tangan sang suami. Pria itu memeluk dirinya dengan sangat erat. Sampai-sampai Kanaya kesulitan untuk melepaskan diri. Tangan Kanaya terulur menyambar ponsel yang semalam ia letakan disamping bantal. Matanya membola, manakala jam pada ponselnya sudah menunjukan pukul sembilan pagi. Sedangkan ia dan seluruh keluarga akan melakukan penerbangan menuju Bali pukul delapan tiga puluh tadi. Sudah terlewat setengah jam yang lalau. Bahkan keluarga nya tidak ada yang menghubungi Kanaya maupun Rey. "Mas," seru Kanaya dengan lirih, wanita itu mencoba melepaskan rangkuhan suaminya. Namun sekuat tenaga Kanaya mencoba melepaskan pelukan itu. Semakin kuat Kanaya rasakan Rey merangkuhnya. "Mas bangun ih! Udah kesiangan, Kita ditinggalin," ucap Kanaya dengan panik. Namun sang suami tetap tidak membuka mata. Kanaya mendengus. Wa
Selama tiga hari menghabiskan waktu diNegri Surganya Tropis tentu membuat Rey dan Kanaya memiliki moment indah disetiap waktunya.Masa cuti Kanaya yang telah berakhir membuat mereka mau tidak mau mengakhiri bulan madu itu. Meski tidak rela namun ada tugas dan kewajiban yang harus mereka tunaikan sebagai pelayan masyarakat serta Abdi Negara."Kamu bahagia?" tanya Rey saat mereka sudah ada didalam pesawat hendak kembali menuju Jakarta.Kanaya yang tengah bergelayut manja pada lengan Rey mendongak. Wanita itu tersenyum, tidak bisa ia ungkap kan seperti apa perasaan nya, meski singkat namun moment beberapa hari kemarin tidak akan pernah dia lupakan. Rey benar-benar memperlakukan Kanaya bak tuan putri. "Sangat, thank you so much husband," seloroh Kanaya.Perasaan bahagia menyelimuti keduanya. Pertemuan pertama yang penuh dengan drama. Pertemuan kedua yang sangat mengejutkan, namun semua itu nyatanya membawa sepenggal kisah yang tidak akan mereka lupakan.Setelah cukup lama mengudara, akhi