"I love you", bisik Rey. Kanaya menatap tajam suaminya itu, lalu melihat sekeliling mereka, beruntung tidak ada orang yang memperhatikan mereka.Kanaya benar-benar geram dengan tingkah Rey yang selalu membuatnya gugup dan salah tingkah, dia berjalan cepat meninggalkan Rey yang tersenyum menatap kearahnya.'Astaga, ternyata dia perayu ulung! sudah berapa wanita yang dirayunya?' guman Kanaya seraya menepuk-nepuk pipinya yang terasa panas.Nina yang juga baru tiba, begitu senang, saat melihat Kanaya sudah kembali. Nina berjalan cepat menghampiri Kanaya, lalu memeluk gadis itu, "Akhirnya, Dokter sudah sampai, Nina panik saat kemarin Dokter tidak kembali, Dokter tidak kenapa-napa kan?" Tanya Nina sembari memutar-mutar tubuh Kanaya.Kanaya tertawa melihat sikap hawatir Nina yang berlebih, "Aku nggak apa-apa Nin," jawab Kanaya. Lalu mereka berjalan beriringan menuju Camp mereka."Syukurlah kalau Dokter baik-baik saja! Oh ya Dok, sepertinya besok Pak Erwin akan datang ya?" Ujar Nina memberi t
"Nggak juga sih Ver, tadi ada temen-temen relawan lain ,dan ada beberapa warga juga" timpal Nayura setenang mungkin, tidak ingin Vera curiga dengan jawabannya.Vera mengangguk "Soalnya tadi aku kayak denger suara laki-laki didalam kamar mandi, tapi nggak tahu yang sebelah kanan atau kiri ku" bisik Vera, membuat Kanaya gugup.Kanaya mulai gelisah, takut jika ternyata Vera mengetahui jika tadi Rey ada disana, "Bisa jadi dikamar mandi cowok Ver, kan hanya bersebrangan" elak Kanaya.Vera nampak terdiam, sepertinya Dokter Bedah itu telah salah sangka kepada rekannya. "Bener juga sih Nay, mungkin dari toiltet sebrang ya!" sarkas gadis itu.Nayura menghela nafas, bersyukur jika ternyata Vera tidak lagi membahas soal itu.Para relawan wanita itu asik berbincang-bincang, atau lebih tepatnya bergosip ria, membahas para relawan pria maupun anggoga Militer yang terlihat Tampan. Sudah tentu jika begini Vera lah yanga paling sibuk, Kanya sendiri hanya menjadi pendengar, tidak sekali pun wanita itu i
"Capek," keluh Kanaya, wanita itu baru kembali usai mengontrol para warga diposko ujung desa."Sama Dok, mana jalannya becek banget lagi," Nina menimpali, ikut menjatuhkam bobot tubuhnya diatas rerumputan.Kanaya meletakan tas yang dibawanya diatas rumput, dan merebahkan tubuhnya disana, beruntung lokasi tempat mereka bersantai sedikit jauh dara Camp, sehingga tidak terlalu ramai orang berlalu lalang. Saat ini masih pukul empat sore, jam ramai-ramai nya para relawan membersihkan diri mereka setelah menyelsaikan tugas kemanusianan.Hingga terderang derap langkah mendekat, dengan cepat Kanaya kembali duduk seperti semula. Wanita itu dibuat tersentak, saat tangan kekar menyodorkan sebotol air mineral dihadapannya."Minum Nay," ujar Fahmi pria itu tersenyum manis.Kanaya mendongak, dirinya memang merasa haus, namun ingin menerima pemberian Fahmi pun tidak enak, sebab Kanaya takut Rey melihat ini, dan kembali membuat suaminya merajuk, akan sangat sulit jika Rey kembali berbuat nekat. "Kena
"Untuk semua warga, tetap tabah dan sabar menghadapi cobaan ini, yakin lah Tuhan akan menggantikan setiap kesakitan yang kalian rasakan dengan beribu-ribu kebaikan dan untuk para relawan, baik dari medis maupun non medis, tetap semangat," Fahmi memberi motifasi sebelum mulai bernyanyi. Sontak para warga dan relawan memberikan tepuk tangan untuk Dokter tampan itu.Kanaya yang tadi tengah memperhatikan Rey pun ikut memberikan tepuk tangan kepada Fahmi.Fahmi mulai membuka suara, pandangannya terus tertuju kepada Kanaya yang sedang memainkan ponselnya."Satu buah lagu milik Budi Doremi dengan judul Melukis Senja, semoga kamu suka dengan lagu ini," ucap Fahmi lagi, dan meminta Anggota militer memetikan gitar untuknya."Ya ampun Nay, diperhatiin Dokter ganteng tuh," seloroh Vera yang duduk disebelahnya.Kanaya sendiri sedang bertukar pesan dengan Rey, suaminya itu mengintruksi agar Kanaya tidak memandangi Fahmi, apa lagi sampai menganggumi pri
"Satu buah persembahan lagu dari saya, Afgan – Jodoh Pasti Bertemu," ujar Kanaya saat selsai membawakan lagu itu, Lagu itu begitu mewakili perasaannya saat ini.Tepuk tangan dan sorak sorai bukan hanya dari para kaum adam, tapi juga dari para wanita yang juga ada disana. Bahkan Fahmi sampai berdiri dan menyerukan nama Kanaya, sontak hal itu membuat banyak orang bersorak, meminta Kanaya dan Fahmi bernyanyi bersama."Wah ternyata Dokter Kanaya bukan hanya cantik ya, tapi suaranya juga begitu merdu," ujar salah satu anggota Militer disana. Membuat Rey menatap tidak suka kepada anggotanya itu.Rey yang berdiri dibelakang Kanaya begitu kesal dengan permintaan orang-orang yang meminta Kanaya dan Fahmi menyanyi bersama, lantas pria itu berjalan menghampiri Kanaya.Kanaya yang belum menyadari jika Rey berdiri tepat disisinya terlonjak kaget, saat tiba-tiba pria itu mengambil alih mic yang ada ditangannya."Trimakasih Dokter Kanaya, sudah berkenan menyumbangkan suaranya," seloroh Rey, membuat
"Astaga, Nina nggak mimpi kan Dok, itu kapten Rey beneran senyum kan ya!" Ujar Nina heboh."Kayaknya kita mimpi deh Nin," Vera ikut menatap Rey didepan sana..Mereka semua semakin riuh, saat Rey melakuakn intro, "Tes.."Kini pandangan semua orang tertuju kedepan."Ya ampun Nay, lihat deh, sepupu kamu keren banget, mana langsung metik gitar sendiri lagi," ujar Vera. Dan Kanaya membenarkan jika malam ini Rey terlihat berkali-kali lebih tampan. Namun Kanaya hanya diam saja, tidak menjawab ucapan Vera.Melihat senyum Rey saat ini, membuat Kanaya teringat akan kejadian tadi siang, membuatnya semakain tersipu malu, saat ini perasaan nya tengah berbunga-bunga, Bak tengah berada ditaman bunga dengan ribuan kupu-kupu cantik berterbangan."Selamat malam semuanya..! Lagu ini saya persempahkan untuk seorang wanita yang kini bertahta dihati saya," ujar Rey.Sontak suara tepuk tangan semakin meriah dan memenuhi tempat itu. Kanaya namp
"Eughh.."Rey semakin bersemangat saat lenguhan itu lolos juga dari mulut istrinya. Kini tangan Rey menelusup masuk kedalam kaos Kanaya, Rey penasaran dengan dua buah benda yang kemarin hampir bisa dirasakan, namun gagal karena kemarin Kanaya mendorongnya. Kini akhirnya Rey bisa mendapatkan benda kenyal itu, tangannya sedang bermain-main disana, meremat daging lembut yang terasa kenyal itu, dan setelah bisa mendapatkan apa yang selama ini dia inginkan, Rey tidak bisa berkata-kata lagi. Ini benar-benar luar biasa, dan milik Kanaya begitu pas ditangannya.Hingga suara HT yang berada disaku Rey menyadarkan mereka.Kanaya segera turun dari tampat penampungan air itu, kini dia benar-benar malu, ini adalah hal gila yang pernah dia lakuakan selama hidupnya , sedangkan Rey jangan ditanya, wajah nya begitu gelap gulita bak mati lampu ditengah malam."Shitt.." umpat Rey, saat mendapati gangguan yang membuatnya benar-benar kesal.Kanaya tahu saat ini Rey benar-benar merasa frustasi, namun dia ti
"Munafik," ujar Vera, gadis itu tepat berbicara didepan wajah Kanaya.Kanaya terdiam, gadis itu tersentak kaget dengan ucapan rekannya. "Maksudnya?" tanya Kanaya, gadis itu belum memahami maksud ucapan Vera.Vera berjalan mengitari tubuh Kanaya. Sebenarnya dia sangat ingin melampiaskan rasa kesalnya kepada Kanaya, namun sekuat tenaga Vera menahan, dia harus membalas perbuatan Kanaya yang sudah membohongi dirinya. Siapa yang tidak kecewa, jika dibohongi seperti ini, andai Kanaya mengatakan yang sejujurnya, dan tidak pura-pura bodoh seperti ini, sudah tentu Vera akan mengerti.Kini Vera yakin, jika suara yang Ia dengar beberapa hari lalu didalam toilet, itu pastilah suara Rey."Hahaha.. aku hanya bercanda Nay, ayo bersiap, sebentar lagi Pak Erwin akan segera tiba," ucap Vera kemudian, gadis itu berlalu keluar dari dalam tenda.Kanaya terdiam, dia merasa sindiran yang Vera lontarkan tadi bukan lah candaan, namun Kanaya membuang prasangka buruknya, mungkin yang dikatakan Vera memang lah be