"Aku tidur disini saja!" ucap Kanaya singkat."Kenapa tidur di sini? kurang nyaman ya? tidak seperti kasur di rumah yang empuk! ujar Rey.Kanaya hanya diam saja, dia sudah lelah, males berdebat dengan suaminya. Rey mengamati sekitar, yang sepertinya tenda para relawan wanita sudah penuh. Rey ikut duduk di seberang Kanaya, sembari menambahkan kayu, agar api unggun tidak padam."Jika kamu tidak keberatan lebih baik kamu tidur disana" ucap Rey, menunjukan tempat para Anggota Militer nya beristirahat. hal itu sontak membuat Kanaya terkejut dan menggeleng dengan cepat."Hahhh! Kamu nggak salah Rey? lebih baik aku disini, dari pada harus kesana," tolak Nayura sembari memandang kearah Camp Militer, mana mungkin dia tidur dengan para Anggota Militer yang mayoritas laki-laki."Dari pada kamu disini, lebih baik kamu disana, Tenang saja mereka tidak akan berbuat macam-macam, karena aku juga ada di sana," ujar Rey."Aku percaya mereka tidak akan macam-macam, tapi kamu!" tuduh Kanaya.Rey mengangk
"Kamu dari mana sih Nay? aku cariin keliling tenda para Relawan perempuan tapi kamu nggak ada," crocos Vera.Kanaya yang baru tiba didalam tenda begitu terkejut saat mendengar ucapan Vera, "Aku habis dari kamar mandi," bohong Kanaya, dia malas jika mengatakan yang sebenarnya dan membuat Vera semakin banyak bertanya.Memdengar jawabab Kanaya membuat Vera menyiptkan matanya tidak percaya, "Terus semalam kamu tidur dimana?" tanya Vera menyelidik.Kanaya yang malas segera mengalihkan pembicaraan mereka dengan cara berpamitan ingin kekamar mandi, namun hal itu semakin menambah kecurigaan Vera."Udah ah, aku mau kekamar mandi, lagian kamu tanya mulu kayak wartawan gosip deh Ver," ujar Kanaya, yang tanpa sadar membuat Vera semakin tidak percaya."Bukan nya kamu habis dari kamar mandi?" tanya Vera heran.Kanaya merutuki kebodohannya, yang sudah salah bicara sehingga membuat Vera semakin tidak percaya, Kanaya tidak kehabisan akal, dia seger memberi alasan lain, yang membuat Vera akhirnya perca
"Kanaya," pekik Vera.Baru saja Kanaya berjalan beberapa langkah, Vera sudah menyerukan namanya dengan cukup keras, membuat beberapa orang yang ada disana menatap kearah mereka berdua. Kanaya benar-benar kesal, dan kembali menghampiri Vera sembari membekap mulut Vera dan menyeretnya untuk segera pergi."Ya ampun Ver, bisa nggak sih kalau manggil nggak usah teriak kenceng-kenceng," bisik Kanaya, sembari melangkah kembali menuju Kem.Vera mengangkat kedua jarinya, "hehehe.. Maaf" ucap Vera searaya tersenyum tanpa dosa.Sedangkan Rey yang baru saja membuka kaosnya, tiba-tiba dikejutkan dengan suara wanita yang menyerukan nama seseorang yang tidak asing ditelinga nya, Rey bergegas memakai kembali kaosnya, dan menatap Kanaya yang tengah menundukan wajahnya karena malu. Lalu tidak lama Kanaya menyeret perempuan yang berada disampingnya, yang mungkin rekan sesama Dokter.Rey hanya tersenyum melihat nya, dia jadi teringat bibir manis Kanaya yang semalam dirasakan nya, membuat Rey tersenyum sa
"Saya dan Dokter Kanaya su-" Belum sempat Rey menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba ponselnya berdering menampilkan nama Kanaya di sana. membuat Rey mengernyitkan dahi heran, ini untuk pertama kalinya Kanaya menghubungi dirinya. Dengan cepat Rey menggeser layar ponselnya ke atas, untuk menerima panggilan itu, namun saat Rey akan menjawab. panggilan itu sudah lebih dulu diputuskan oleh Kanaya membuat sebelah alis Rey terangkat. tidak lama notifikasi pesan masuk ke dalam ponsel Rey, yang berasal dari Kanaya.Ray menghela nafas saat membaca pesan itu, "Tolong jangan katakan apapun kepada Fahmi," isi pesan yang Kanaya kirimkan kepada Rey.Rey menatap ponselnya, lalu pandangannya kini tertuju ketenda dimana tempat Kanaya berada. dan ternyata Gadis itu Tengah memandang Rey dengan tatapan permohonan."Kap, ada apa? apa ada keadaan darurat!" tanya Fahmi, karena Rey tidak melanjutkan ucapannya. Sedangkan Rey sendiri masih fokus menatap ponselnya sembari melirik ke arah tenda di mana Kanaya berad
"Nay," panggil Rey lirih, sembari terus mengamati dengan seksama gadis yang berada didepannya.Kanaya benar-benar canggung berada diposisi seperti ini, apa lagi Rey belum juga membuka suaranya, "Ada apa?" tanya Kanaya kemudian.Rey masih tetap diam, menatap lekat netra Kanaya, membuat Kanaya bertambah salah tingkah, "jika tidak ada hal penting, aku harus kembali," ujar Kanaya dan hendak melangkah pergi, mengikuti rekan lainnya."Aku ingin bicara tentang hubungan kita," ucap Rey kemudian, membuat Kanaya menghela nafas."Bukan kah sudah pernah kita bahas, bahkan sebelum kita menikah, jadi apa lagi yang harus dibicarakan," saut Kanaya."Apa kamu nggak ada keinginan untuk mencoba menjalani pernikahan kita seperti pasangan lain Nay?" tanya Rey.Kanaya berbalik menatap kearah Rey, namun tentu dia tidak berani menatap netra suaminya, "Kamu tahu! ini semua terlalu cepat untuk ku, kamu sendiri tahu bagaimana masa lalu ku Rey," ujar Kanaya, dan hendak berlalu pergi."Tidak bisakah kita mencoba
'Udah tidur belum Nay? keluar bentar dong. aku ada dibelakang tenda kamu' isi pesan yang Rey kirimkan kepada Kanaya.Kanaya mengerutkan dahinya, untuk apa laki-laki itu berada dibelakang tendanya, Kanaya benar-benar kesal, niat hati ingin beristirahat lebih dulu, kini malah harus meladeni Rey yang selalu membuat jantung nya berdebar tak karuan. Kanaya menatap layar ponselnya malas, dia hanya membaca pesan yang Rey kirimkan tanpa berniat membalasnya. Setelah janji yang tadi mereka buat, Kini Kanaya merasa aneh dengan dirinya sendiri, terkadang dia tiba-tiba memikirkan Rey, membuat Kanaya semakin kesal.Lamunan Kanaya buyar, saat notifikasi pesan kembali masuk ponselnya, 'Nay, kok cuma di read doang, keluar sebentar, aku tahu kamu belum tidur' isi pesan yang kembali Rey kirim kepada Kanaya.Kanaya mendengus, pada akhrinya Kanaya memutuskan keluar dari tenda dengan malas, cuaca malam hari begitu dingin, gadis itu menyambar jaket dulu sebelum keluar. Kanaya mulai menyusuri belakang tenda
"Jadi bagaimana Kap?" tanya salah satu relawan, karena Rey tidak juga membuka suaranya."Dokter Kanaya sudah memiliki pasangan, dan sepertinya sebentar lagi akan menikah," jawab Rey pada akhirnya, menurut Rey jawaban itu lah yang paling tepat saat ini, semoga dengan ini mereka tidak lagi mendambakan apalagi mengharapkan Kanaya, terutama Fahmi.Mendengar apa yang Rey katakan membuat mereka semua mendesah kecewa, namun tidak dengan Fahmi. Fahmi menatap Rey seolah tidak percaya dengan apa yang Rey katakan."Benarkah demikian Kap?" seloroh Fahmi tidak yakin, Fahmi yang selama ini bekerja satu rumah sakit, bahkan selalu mencari tahu tentang Kanaya tidak pernah mendengar jika Kanaya sudah memiliki pasangan, apa lagi jika Kanaya akan segera menikah. Yang Fahmi tahu jika saat ini Kanaya tengah ingin menyendiri tanpa kehadiran laki-laki, itu lah yang membuat Fahmi urung mengatakan isi hatinya kepada Kanaya. Rey menatap Fahmi yang juga tanpa sengaja tengah menatap dirinya. Mereka sibuk dengan
"Ini" ujar Rey, menyerahkan catatan daftar hadir kepada Kanaya.Kanaya mengambil buku daftar hadir itu dan segera mengisinya, namun sial alat tulis yang Kanaya gunakan telah habis, membuatnya mau tidak mau meminta alat tulis lain kepada Rey.Rey yang tengah berdiri mengecek berkas-berkas terkesip, kala Kanaya menyerukan namanya, "Rey" seru Kanaya canggung, membuat Rey menatap kearahnya."Ada apa?" tanya Rey.Kanaya begitu kesal dengan dirinya sendiri, hanya mendengar suara Rey entah mengapa sudah membuat dirinya menjadi tidak fokus,'(astaga, aku kenapa sih?)' guman Kanaya dalam hatinya."Rey! Boleh aku minta alat tulis lain? Yang ini habis," ucap Kanaya ragu. Mendengar itu Rey segera mengambilkan alat tulis baru dan memberikan kepada Kanaya. Namun sial Kanaya yang merasa gugup tanpa sengaja menjatuhkan alat tulis itu.Rey dan Kanaya sama-sama menunduk hendak mengampil alat tulis yang terjatuh didekat kaki Kanaya.Posisi mereka kembali begitu dekat, Rey menundukan kepalanya, dan tanpa