"Saya dan Dokter Kanaya su-" Belum sempat Rey menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba ponselnya berdering menampilkan nama Kanaya di sana. membuat Rey mengernyitkan dahi heran, ini untuk pertama kalinya Kanaya menghubungi dirinya. Dengan cepat Rey menggeser layar ponselnya ke atas, untuk menerima panggilan itu, namun saat Rey akan menjawab. panggilan itu sudah lebih dulu diputuskan oleh Kanaya membuat sebelah alis Rey terangkat. tidak lama notifikasi pesan masuk ke dalam ponsel Rey, yang berasal dari Kanaya.Ray menghela nafas saat membaca pesan itu, "Tolong jangan katakan apapun kepada Fahmi," isi pesan yang Kanaya kirimkan kepada Rey.Rey menatap ponselnya, lalu pandangannya kini tertuju ketenda dimana tempat Kanaya berada. dan ternyata Gadis itu Tengah memandang Rey dengan tatapan permohonan."Kap, ada apa? apa ada keadaan darurat!" tanya Fahmi, karena Rey tidak melanjutkan ucapannya. Sedangkan Rey sendiri masih fokus menatap ponselnya sembari melirik ke arah tenda di mana Kanaya berad
"Nay," panggil Rey lirih, sembari terus mengamati dengan seksama gadis yang berada didepannya.Kanaya benar-benar canggung berada diposisi seperti ini, apa lagi Rey belum juga membuka suaranya, "Ada apa?" tanya Kanaya kemudian.Rey masih tetap diam, menatap lekat netra Kanaya, membuat Kanaya bertambah salah tingkah, "jika tidak ada hal penting, aku harus kembali," ujar Kanaya dan hendak melangkah pergi, mengikuti rekan lainnya."Aku ingin bicara tentang hubungan kita," ucap Rey kemudian, membuat Kanaya menghela nafas."Bukan kah sudah pernah kita bahas, bahkan sebelum kita menikah, jadi apa lagi yang harus dibicarakan," saut Kanaya."Apa kamu nggak ada keinginan untuk mencoba menjalani pernikahan kita seperti pasangan lain Nay?" tanya Rey.Kanaya berbalik menatap kearah Rey, namun tentu dia tidak berani menatap netra suaminya, "Kamu tahu! ini semua terlalu cepat untuk ku, kamu sendiri tahu bagaimana masa lalu ku Rey," ujar Kanaya, dan hendak berlalu pergi."Tidak bisakah kita mencoba
'Udah tidur belum Nay? keluar bentar dong. aku ada dibelakang tenda kamu' isi pesan yang Rey kirimkan kepada Kanaya.Kanaya mengerutkan dahinya, untuk apa laki-laki itu berada dibelakang tendanya, Kanaya benar-benar kesal, niat hati ingin beristirahat lebih dulu, kini malah harus meladeni Rey yang selalu membuat jantung nya berdebar tak karuan. Kanaya menatap layar ponselnya malas, dia hanya membaca pesan yang Rey kirimkan tanpa berniat membalasnya. Setelah janji yang tadi mereka buat, Kini Kanaya merasa aneh dengan dirinya sendiri, terkadang dia tiba-tiba memikirkan Rey, membuat Kanaya semakin kesal.Lamunan Kanaya buyar, saat notifikasi pesan kembali masuk ponselnya, 'Nay, kok cuma di read doang, keluar sebentar, aku tahu kamu belum tidur' isi pesan yang kembali Rey kirim kepada Kanaya.Kanaya mendengus, pada akhrinya Kanaya memutuskan keluar dari tenda dengan malas, cuaca malam hari begitu dingin, gadis itu menyambar jaket dulu sebelum keluar. Kanaya mulai menyusuri belakang tenda
"Jadi bagaimana Kap?" tanya salah satu relawan, karena Rey tidak juga membuka suaranya."Dokter Kanaya sudah memiliki pasangan, dan sepertinya sebentar lagi akan menikah," jawab Rey pada akhirnya, menurut Rey jawaban itu lah yang paling tepat saat ini, semoga dengan ini mereka tidak lagi mendambakan apalagi mengharapkan Kanaya, terutama Fahmi.Mendengar apa yang Rey katakan membuat mereka semua mendesah kecewa, namun tidak dengan Fahmi. Fahmi menatap Rey seolah tidak percaya dengan apa yang Rey katakan."Benarkah demikian Kap?" seloroh Fahmi tidak yakin, Fahmi yang selama ini bekerja satu rumah sakit, bahkan selalu mencari tahu tentang Kanaya tidak pernah mendengar jika Kanaya sudah memiliki pasangan, apa lagi jika Kanaya akan segera menikah. Yang Fahmi tahu jika saat ini Kanaya tengah ingin menyendiri tanpa kehadiran laki-laki, itu lah yang membuat Fahmi urung mengatakan isi hatinya kepada Kanaya. Rey menatap Fahmi yang juga tanpa sengaja tengah menatap dirinya. Mereka sibuk dengan
"Ini" ujar Rey, menyerahkan catatan daftar hadir kepada Kanaya.Kanaya mengambil buku daftar hadir itu dan segera mengisinya, namun sial alat tulis yang Kanaya gunakan telah habis, membuatnya mau tidak mau meminta alat tulis lain kepada Rey.Rey yang tengah berdiri mengecek berkas-berkas terkesip, kala Kanaya menyerukan namanya, "Rey" seru Kanaya canggung, membuat Rey menatap kearahnya."Ada apa?" tanya Rey.Kanaya begitu kesal dengan dirinya sendiri, hanya mendengar suara Rey entah mengapa sudah membuat dirinya menjadi tidak fokus,'(astaga, aku kenapa sih?)' guman Kanaya dalam hatinya."Rey! Boleh aku minta alat tulis lain? Yang ini habis," ucap Kanaya ragu. Mendengar itu Rey segera mengambilkan alat tulis baru dan memberikan kepada Kanaya. Namun sial Kanaya yang merasa gugup tanpa sengaja menjatuhkan alat tulis itu.Rey dan Kanaya sama-sama menunduk hendak mengampil alat tulis yang terjatuh didekat kaki Kanaya.Posisi mereka kembali begitu dekat, Rey menundukan kepalanya, dan tanpa
Iya Dok, malam ini sift kita disana." jelas Nina.Kanaya berdoa semoga nanti Rey sibuk dan tidak ada disana, saat ini Kanaya benar-benar ingin menghindar dari Rey sejenak, apalagi setelah ada kejadian tadi, membuat Kanaya tidak punya muka untuk bertemu Rey."Ya udah, aku siap-siap dulu Nin," ujar Kanaya dan mempersiapkan barang bawaan nya."Kalau begitu Nina tunggu di tenda sana ya Dok, itu sudah banyak yang berkumpul disana," saut Nina. Dan Kanaya mengangguk merespon ucapan Nina.Selsai membereskan barang bawaan nya, Kanaya berjalan menghampiri rekan lainnya."Dok sini," seru Nina. Kanaya berjalan menghampiri Nina, dan ikut duduk menunggu mobil militer yang akan mengantar mereka menuju Kem pengungsi.Beberapa saat kemudian mobil truk Militer berhenti tepat didepan mereka. Seperti biasa mereka semua bergegas naik satu persatu. Kanaya bersyukur karena kali ini tidak ada Rey disana. Kanaya duduk bersebelahan dengan Dokter Kia, dan Nina.Kanaya berbincang akrab dengan Dokter Kia, yang me
Nina mengangguk, lalu membuka matanya, "Mau ditemani Dok?" Tanya Nina."Nggak usah Nin, bentar doang, kaya nya kamu juga lagi capek banget," jawab Kanaya dan turun dari truk itu. Nina kembali memajamkan mata, menyandarkan tubuhnya pada dinding truk.Rey yang hendak berjalan menuju truk militer untuk memastikan jika Kanaya sudah naik, seketika terhenti, kala mendapati Kanaya berjalan seorang diri ke arah dalam hutan. Yang bisa Rey tebak, jika Kanaya hendak munuju kamar mandi.Rey segera mengikuti Kanaya takut terjadi apa-apa pada istrinya itu. Di dalam truk relawan dan dokter lainnya tidak menyadari jika Kanaya belum naik, sedangkan Rey sendiri Memang tidak kembali bersama dengan relawan dan anggotanya, rencananya dia baru akan kembali besok, setelah membereskan segala sesuatu di posko pengungsian yang baru dialoksikan.Nina yang terlelap pun tidak menyadari jika Kanaya belum kembali.Kanaya terburu-buru berjalan menuju toilet, dia benar-benar sudah tidak tahan untuk buang air kecil. H
Namun ketika Rey hendak menyentuh bibir gadis itu, Kanaya membuang muka kesamping, membuat pria tampan itu gagal mengambil keuntungan."Just a kiss Nay, please..!" mohon Rey seraya mengendus pipi Kanaya.Kanaya memberanikan menatap pria itu, tatapan Rey sudah berkabut gairah. Jarak wajah mereka begitu dekat, membuat Kanaya gugup bukan main. 'Mati aku' batin Kanaya mengguman.Detik berikutnya Rey sudah menyatukan bibir mereka. Ciuman yang awalnya biasa saja, kini telah berganti menjadi lumatan yang begitu menuntut. Rey bahkan memaksa menerobos kedalam, menggigit kecil bibir bawah Kanya. Dalam seperkian detik Kanaya terlena hingga tanpa sadar ikut membalas ciuaman Rey. menerima penyatuan pertama mereka dengan suka rela, setelah resmi menjadi sepasang suami istri.Cukup lama keduanya bergulat lidah, saling memilin, mencecapi bahkan mengabsen setiap inci tanpa ada yang terlewat. Hingga nafas mereka terengah dan terpaksa harus melepaskan ciuaman itu untuk mengambil nafas.Kanaya langsung m