'Udah tidur belum Nay? keluar bentar dong. aku ada dibelakang tenda kamu' isi pesan yang Rey kirimkan kepada Kanaya.Kanaya mengerutkan dahinya, untuk apa laki-laki itu berada dibelakang tendanya, Kanaya benar-benar kesal, niat hati ingin beristirahat lebih dulu, kini malah harus meladeni Rey yang selalu membuat jantung nya berdebar tak karuan. Kanaya menatap layar ponselnya malas, dia hanya membaca pesan yang Rey kirimkan tanpa berniat membalasnya. Setelah janji yang tadi mereka buat, Kini Kanaya merasa aneh dengan dirinya sendiri, terkadang dia tiba-tiba memikirkan Rey, membuat Kanaya semakin kesal.Lamunan Kanaya buyar, saat notifikasi pesan kembali masuk ponselnya, 'Nay, kok cuma di read doang, keluar sebentar, aku tahu kamu belum tidur' isi pesan yang kembali Rey kirim kepada Kanaya.Kanaya mendengus, pada akhrinya Kanaya memutuskan keluar dari tenda dengan malas, cuaca malam hari begitu dingin, gadis itu menyambar jaket dulu sebelum keluar. Kanaya mulai menyusuri belakang tenda
"Jadi bagaimana Kap?" tanya salah satu relawan, karena Rey tidak juga membuka suaranya."Dokter Kanaya sudah memiliki pasangan, dan sepertinya sebentar lagi akan menikah," jawab Rey pada akhirnya, menurut Rey jawaban itu lah yang paling tepat saat ini, semoga dengan ini mereka tidak lagi mendambakan apalagi mengharapkan Kanaya, terutama Fahmi.Mendengar apa yang Rey katakan membuat mereka semua mendesah kecewa, namun tidak dengan Fahmi. Fahmi menatap Rey seolah tidak percaya dengan apa yang Rey katakan."Benarkah demikian Kap?" seloroh Fahmi tidak yakin, Fahmi yang selama ini bekerja satu rumah sakit, bahkan selalu mencari tahu tentang Kanaya tidak pernah mendengar jika Kanaya sudah memiliki pasangan, apa lagi jika Kanaya akan segera menikah. Yang Fahmi tahu jika saat ini Kanaya tengah ingin menyendiri tanpa kehadiran laki-laki, itu lah yang membuat Fahmi urung mengatakan isi hatinya kepada Kanaya. Rey menatap Fahmi yang juga tanpa sengaja tengah menatap dirinya. Mereka sibuk dengan
"Ini" ujar Rey, menyerahkan catatan daftar hadir kepada Kanaya.Kanaya mengambil buku daftar hadir itu dan segera mengisinya, namun sial alat tulis yang Kanaya gunakan telah habis, membuatnya mau tidak mau meminta alat tulis lain kepada Rey.Rey yang tengah berdiri mengecek berkas-berkas terkesip, kala Kanaya menyerukan namanya, "Rey" seru Kanaya canggung, membuat Rey menatap kearahnya."Ada apa?" tanya Rey.Kanaya begitu kesal dengan dirinya sendiri, hanya mendengar suara Rey entah mengapa sudah membuat dirinya menjadi tidak fokus,'(astaga, aku kenapa sih?)' guman Kanaya dalam hatinya."Rey! Boleh aku minta alat tulis lain? Yang ini habis," ucap Kanaya ragu. Mendengar itu Rey segera mengambilkan alat tulis baru dan memberikan kepada Kanaya. Namun sial Kanaya yang merasa gugup tanpa sengaja menjatuhkan alat tulis itu.Rey dan Kanaya sama-sama menunduk hendak mengampil alat tulis yang terjatuh didekat kaki Kanaya.Posisi mereka kembali begitu dekat, Rey menundukan kepalanya, dan tanpa
Iya Dok, malam ini sift kita disana." jelas Nina.Kanaya berdoa semoga nanti Rey sibuk dan tidak ada disana, saat ini Kanaya benar-benar ingin menghindar dari Rey sejenak, apalagi setelah ada kejadian tadi, membuat Kanaya tidak punya muka untuk bertemu Rey."Ya udah, aku siap-siap dulu Nin," ujar Kanaya dan mempersiapkan barang bawaan nya."Kalau begitu Nina tunggu di tenda sana ya Dok, itu sudah banyak yang berkumpul disana," saut Nina. Dan Kanaya mengangguk merespon ucapan Nina.Selsai membereskan barang bawaan nya, Kanaya berjalan menghampiri rekan lainnya."Dok sini," seru Nina. Kanaya berjalan menghampiri Nina, dan ikut duduk menunggu mobil militer yang akan mengantar mereka menuju Kem pengungsi.Beberapa saat kemudian mobil truk Militer berhenti tepat didepan mereka. Seperti biasa mereka semua bergegas naik satu persatu. Kanaya bersyukur karena kali ini tidak ada Rey disana. Kanaya duduk bersebelahan dengan Dokter Kia, dan Nina.Kanaya berbincang akrab dengan Dokter Kia, yang me
Nina mengangguk, lalu membuka matanya, "Mau ditemani Dok?" Tanya Nina."Nggak usah Nin, bentar doang, kaya nya kamu juga lagi capek banget," jawab Kanaya dan turun dari truk itu. Nina kembali memajamkan mata, menyandarkan tubuhnya pada dinding truk.Rey yang hendak berjalan menuju truk militer untuk memastikan jika Kanaya sudah naik, seketika terhenti, kala mendapati Kanaya berjalan seorang diri ke arah dalam hutan. Yang bisa Rey tebak, jika Kanaya hendak munuju kamar mandi.Rey segera mengikuti Kanaya takut terjadi apa-apa pada istrinya itu. Di dalam truk relawan dan dokter lainnya tidak menyadari jika Kanaya belum naik, sedangkan Rey sendiri Memang tidak kembali bersama dengan relawan dan anggotanya, rencananya dia baru akan kembali besok, setelah membereskan segala sesuatu di posko pengungsian yang baru dialoksikan.Nina yang terlelap pun tidak menyadari jika Kanaya belum kembali.Kanaya terburu-buru berjalan menuju toilet, dia benar-benar sudah tidak tahan untuk buang air kecil. H
Namun ketika Rey hendak menyentuh bibir gadis itu, Kanaya membuang muka kesamping, membuat pria tampan itu gagal mengambil keuntungan."Just a kiss Nay, please..!" mohon Rey seraya mengendus pipi Kanaya.Kanaya memberanikan menatap pria itu, tatapan Rey sudah berkabut gairah. Jarak wajah mereka begitu dekat, membuat Kanaya gugup bukan main. 'Mati aku' batin Kanaya mengguman.Detik berikutnya Rey sudah menyatukan bibir mereka. Ciuman yang awalnya biasa saja, kini telah berganti menjadi lumatan yang begitu menuntut. Rey bahkan memaksa menerobos kedalam, menggigit kecil bibir bawah Kanya. Dalam seperkian detik Kanaya terlena hingga tanpa sadar ikut membalas ciuaman Rey. menerima penyatuan pertama mereka dengan suka rela, setelah resmi menjadi sepasang suami istri.Cukup lama keduanya bergulat lidah, saling memilin, mencecapi bahkan mengabsen setiap inci tanpa ada yang terlewat. Hingga nafas mereka terengah dan terpaksa harus melepaskan ciuaman itu untuk mengambil nafas.Kanaya langsung m
"Eh, Anu Sersan, kami mau lapor jika teman kami belum kembali," ujar Nina gugup.Rio yang mendengar itu mengernyitkan dahi, "Teman yang mana Dok," tanya Rio penasaran."Itu, Dokter Kanaya tadi tertinggal diposko pengungsian," jelas Vera.Rian yang baru saja keluar dari ruangannya terkejut kala mendapati Dokter Vera serta Dokter Fahmi ada disana, "Ada apa?" tanya Rian."Merak ingin melaporkan jika Dokter Kanaya tertinggal diposko pengungsian Kap," jawab Rio."Bisa saya meminjam kendaraan agar saya bisa kesana Kap?" tanya Fahmi panik.Rian mengernyitkan dahi heran mendengar apa yang Rio dan Fahmi katakan, namun sedetik kemudian dia teringat jika saat ini Rey tengah menyelsaikan tugasnya disana, "Tidak perlu khawatir Kapten Rey ada disana, jika terjadi sesuatu, dia akan segera mengabari," ujar Rian kemudian.Nina dan Fahmi sedikit bernafas lega mendengar itu. Namun tidak dengan Vera, dia semakin curiga manakala mendengar Rey juga ada disana. Meskipun baik Kanaya maupun Rey mengatakan jik
Rey kembali kekursinya, dan mencoba mejamkan mata. Namun karena merasa lelah membuatnya sulit terpejam. Rey kembali membuka mata, kali ini pria tampan itu memberanikan diri merebahkan tubuhnya disisi Kanaya, Rey berharap dia akan terbangun lebih dulu, sehingga tidak membuat gadis itu semakin marah. Saat ini Rey harus bersabar hingga mereka kembali nanti. Rey yang baru saja merebahkan tubuhnya terkesip, saat tiba-tiba Kanaya memeluk tubuhnya, dan menelusupkan kepalanya didada Rey, tentu Rey tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, persetan dengan kemarahan Kanaya, toh Kanaya yang lebih dulu memeluknya.Rey membalas pelukan Kanaya, dan meletakan kepala gadis itu dilengannya sebagai bantalan, Rey menyesap aroma shampo yang berasal dari rambut Kanaya, aroma anggur bercampur susu yang begitu lembut, membuat Rey benar-benar merasa nyaman.Namun sial ada hal lain yang membuatnya tidak nyaman, saat tanpa permisi adik dibawahnya terbangun, membuat Rey benar-benar gelisah. Rey merutuki keputusanny