Nina mengangguk, lalu membuka matanya, "Mau ditemani Dok?" Tanya Nina."Nggak usah Nin, bentar doang, kaya nya kamu juga lagi capek banget," jawab Kanaya dan turun dari truk itu. Nina kembali memajamkan mata, menyandarkan tubuhnya pada dinding truk.Rey yang hendak berjalan menuju truk militer untuk memastikan jika Kanaya sudah naik, seketika terhenti, kala mendapati Kanaya berjalan seorang diri ke arah dalam hutan. Yang bisa Rey tebak, jika Kanaya hendak munuju kamar mandi.Rey segera mengikuti Kanaya takut terjadi apa-apa pada istrinya itu. Di dalam truk relawan dan dokter lainnya tidak menyadari jika Kanaya belum naik, sedangkan Rey sendiri Memang tidak kembali bersama dengan relawan dan anggotanya, rencananya dia baru akan kembali besok, setelah membereskan segala sesuatu di posko pengungsian yang baru dialoksikan.Nina yang terlelap pun tidak menyadari jika Kanaya belum kembali.Kanaya terburu-buru berjalan menuju toilet, dia benar-benar sudah tidak tahan untuk buang air kecil. H
Namun ketika Rey hendak menyentuh bibir gadis itu, Kanaya membuang muka kesamping, membuat pria tampan itu gagal mengambil keuntungan."Just a kiss Nay, please..!" mohon Rey seraya mengendus pipi Kanaya.Kanaya memberanikan menatap pria itu, tatapan Rey sudah berkabut gairah. Jarak wajah mereka begitu dekat, membuat Kanaya gugup bukan main. 'Mati aku' batin Kanaya mengguman.Detik berikutnya Rey sudah menyatukan bibir mereka. Ciuman yang awalnya biasa saja, kini telah berganti menjadi lumatan yang begitu menuntut. Rey bahkan memaksa menerobos kedalam, menggigit kecil bibir bawah Kanya. Dalam seperkian detik Kanaya terlena hingga tanpa sadar ikut membalas ciuaman Rey. menerima penyatuan pertama mereka dengan suka rela, setelah resmi menjadi sepasang suami istri.Cukup lama keduanya bergulat lidah, saling memilin, mencecapi bahkan mengabsen setiap inci tanpa ada yang terlewat. Hingga nafas mereka terengah dan terpaksa harus melepaskan ciuaman itu untuk mengambil nafas.Kanaya langsung m
"Eh, Anu Sersan, kami mau lapor jika teman kami belum kembali," ujar Nina gugup.Rio yang mendengar itu mengernyitkan dahi, "Teman yang mana Dok," tanya Rio penasaran."Itu, Dokter Kanaya tadi tertinggal diposko pengungsian," jelas Vera.Rian yang baru saja keluar dari ruangannya terkejut kala mendapati Dokter Vera serta Dokter Fahmi ada disana, "Ada apa?" tanya Rian."Merak ingin melaporkan jika Dokter Kanaya tertinggal diposko pengungsian Kap," jawab Rio."Bisa saya meminjam kendaraan agar saya bisa kesana Kap?" tanya Fahmi panik.Rian mengernyitkan dahi heran mendengar apa yang Rio dan Fahmi katakan, namun sedetik kemudian dia teringat jika saat ini Rey tengah menyelsaikan tugasnya disana, "Tidak perlu khawatir Kapten Rey ada disana, jika terjadi sesuatu, dia akan segera mengabari," ujar Rian kemudian.Nina dan Fahmi sedikit bernafas lega mendengar itu. Namun tidak dengan Vera, dia semakin curiga manakala mendengar Rey juga ada disana. Meskipun baik Kanaya maupun Rey mengatakan jik
Rey kembali kekursinya, dan mencoba mejamkan mata. Namun karena merasa lelah membuatnya sulit terpejam. Rey kembali membuka mata, kali ini pria tampan itu memberanikan diri merebahkan tubuhnya disisi Kanaya, Rey berharap dia akan terbangun lebih dulu, sehingga tidak membuat gadis itu semakin marah. Saat ini Rey harus bersabar hingga mereka kembali nanti. Rey yang baru saja merebahkan tubuhnya terkesip, saat tiba-tiba Kanaya memeluk tubuhnya, dan menelusupkan kepalanya didada Rey, tentu Rey tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, persetan dengan kemarahan Kanaya, toh Kanaya yang lebih dulu memeluknya.Rey membalas pelukan Kanaya, dan meletakan kepala gadis itu dilengannya sebagai bantalan, Rey menyesap aroma shampo yang berasal dari rambut Kanaya, aroma anggur bercampur susu yang begitu lembut, membuat Rey benar-benar merasa nyaman.Namun sial ada hal lain yang membuatnya tidak nyaman, saat tanpa permisi adik dibawahnya terbangun, membuat Rey benar-benar gelisah. Rey merutuki keputusanny
"Uhukk.. uhukk.."Rey memukul-mukul dadanya yang terasa sesak akibat tersedak mendengar ucapan Kanaya, yang memang benar adanya. Namun tentu Rey tidak berani mengakuinya.Sedangkan Kanaya hanya diam saja, bersikap acuh seolah tidak perduli, padahal dia begitu panik, dia yang seorang Dokter tentu tidak bisa mengabaikan kejadian seperti itu, namun sekuat tenaga dia mencoba untuk tatap diam ditempat, dan meyakinkan dirinya agar jangan menghampiri Rey, ulah Rey kemarin masih meninggalkan rasa kesal dihati wanita cantik itu.Namun melihat wajah Rey yang memerah membuatnya tidak tega dan bergegas memghamipiri pria itu sembari menepuk lemput bahu suaminya.Rey senang bukan main, manakala Kanaya datang menghampirinya, meskipun harus merasakan sakit Rey rela, jika itu bisa membuat Kanaya memberikan sedikit perhatian kepadanya.Kanaya memberikan air mineral yang ada diatas meja. Membuat Rey merasa lebih baik, wanita itu segera menjauh saat Rey sudah kembali seperti sediakala.Rey menatap Kanaya
"Dokter Kanaya...!" seru Fahmi, yang tengah mencari keberadaan Kanaya.Rey dan Kanaya saling tatap, tentu mereka faham suara itu milik siapa.Kanaya sudah hendak berjalan keluar mengampiri Fahmi, yang sepertinya tengah mencari keberadaan nya."Jangan keluar Nay," pinta Rey. membuat Kanaya menatap tak percaya dengan apa yang baru saja pria itu katakan."Fahmi sedang mencari ku Rey, kalau aku tidak segera keluar dia akan mencari sampai sini," protes Kanaya."Apa yang harus kamu hawtirkan Nay, toh yang dia tahu kita bersaudara," ujar Rey dengan santainya. "Kalau kamu tetap memaksa keluar aku akan terus mengikuti mu," tambah nya lgi."Hah..." Kanaya mengguman, pria didepannya selain menyebalkan, mesum juga ternyata sangat pemaksa.Kanaya tak membantah, meskipun dia dan Rey belum terlalu lama bersama, namun sedikit banyak Kanaya faham seperti apa sifat laki-laki itu. Rey duduk dikursinya, sedangkan Kanaya sendiri berdiri dihadapan pria itu dengan gelisah.Fahmi berkeliling kesetiap tenda,
"I love you", bisik Rey. Kanaya menatap tajam suaminya itu, lalu melihat sekeliling mereka, beruntung tidak ada orang yang memperhatikan mereka.Kanaya benar-benar geram dengan tingkah Rey yang selalu membuatnya gugup dan salah tingkah, dia berjalan cepat meninggalkan Rey yang tersenyum menatap kearahnya.'Astaga, ternyata dia perayu ulung! sudah berapa wanita yang dirayunya?' guman Kanaya seraya menepuk-nepuk pipinya yang terasa panas.Nina yang juga baru tiba, begitu senang, saat melihat Kanaya sudah kembali. Nina berjalan cepat menghampiri Kanaya, lalu memeluk gadis itu, "Akhirnya, Dokter sudah sampai, Nina panik saat kemarin Dokter tidak kembali, Dokter tidak kenapa-napa kan?" Tanya Nina sembari memutar-mutar tubuh Kanaya.Kanaya tertawa melihat sikap hawatir Nina yang berlebih, "Aku nggak apa-apa Nin," jawab Kanaya. Lalu mereka berjalan beriringan menuju Camp mereka."Syukurlah kalau Dokter baik-baik saja! Oh ya Dok, sepertinya besok Pak Erwin akan datang ya?" Ujar Nina memberi t
"Nggak juga sih Ver, tadi ada temen-temen relawan lain ,dan ada beberapa warga juga" timpal Nayura setenang mungkin, tidak ingin Vera curiga dengan jawabannya.Vera mengangguk "Soalnya tadi aku kayak denger suara laki-laki didalam kamar mandi, tapi nggak tahu yang sebelah kanan atau kiri ku" bisik Vera, membuat Kanaya gugup.Kanaya mulai gelisah, takut jika ternyata Vera mengetahui jika tadi Rey ada disana, "Bisa jadi dikamar mandi cowok Ver, kan hanya bersebrangan" elak Kanaya.Vera nampak terdiam, sepertinya Dokter Bedah itu telah salah sangka kepada rekannya. "Bener juga sih Nay, mungkin dari toiltet sebrang ya!" sarkas gadis itu.Nayura menghela nafas, bersyukur jika ternyata Vera tidak lagi membahas soal itu.Para relawan wanita itu asik berbincang-bincang, atau lebih tepatnya bergosip ria, membahas para relawan pria maupun anggoga Militer yang terlihat Tampan. Sudah tentu jika begini Vera lah yanga paling sibuk, Kanya sendiri hanya menjadi pendengar, tidak sekali pun wanita itu i