"Kanaya ngerti kok Pah!" saut Kanaya.Papa Amar tersenyum, seraya menepuk bahu Kanaya, "kalau begitu Papa berangkat kekantor dulu, kamu istirahat aja dirumah, kamu masih cuti bukan?," tanya Papa Amar.Kanaya mengangguk, "Iya Pah, lusa Kanaya baru praktek lagi," timpal Kanaya."Ya sudah, Papa berangkat," ujar Papa Amar seraya meninggalkan kamar Kanaya.Hari ini Kanaya memilih bersantai menikmati waktu cutinya, dia sama sekali tidak turun keluar dari kamarnya, selain karena malas, dirumahnya pun tidak ada siapa-siapa, hanya ada para ART, Mama Amy tengah pergi arisan, Kak Nesya yang biasanya heboh pun tidak datang kerumah, mungkin Karena Kak Gino telah kembali dari luar kota.Kanaya bersantai dibalkon kamar, dengan memakai masker diwajahnya, serta memutar musik melalui ponselnya, yang membuat hati dan jiwanya menjadi tenang. Baru saja Kanaya ingin memejamkan matanya, ponselnya berdering, Kanaya membuka mata kembali dan menatap layar ponselnya, yang menampilkan nomor baru disana, membuat
"Kamu duluan aja Ver, aku nanti sisanya," Saut Kanaya"Aku tag in tempat duduk dekat aku deh, Semoga nggak saling serobot" ujar Vera sebelum masuk ke dalam Badan bus."Oke deh, makasih ya Ver!" ujar Kanaya. sambil menunggu antrian masuk ke bus, Kanaya lebih memilih diam berdiri di sekitaran, Seraya memainkan ponselnya. hingga tanpa sadar hanya tinggal dirinya dan Dokter Fahmi, jadilah Kanaya dan Dokter Fahmi harus masuk di urutan terakhir.Dokter Fahmi menatap Kanaya dengan tatapan senang. Sedangkan Kanaya sendiri cukup terkejut, dia pikir Dokter Fahmi tidak ikut serta, namun ternyata kini Dokter Fahmi ada disampingnya."Ayo naik Dok," ucap Fahmi, membuyarkan lamunan Kanaya. Kanaya menganguk, lalu naik menuju badan bus. Kanaya menatap kearah Vera yang tengah tersenyum tanpa dosa, karena Vera ternyata sudah duduk bersama Dokter lain. Pastinya laki-laki yang lumayan tampan dan bisa Kanaya pastikan bukan dari Rumah Sakit Royal Hospital. Kanaya mencebikan bibirnya, mau tidak mau dia berja
"Perkenalkan, aku Kanaya, sepupu Rey." ucap Kanaya cepat, membuat Rey lagi-lagi menarik nafas berat.Rio terkesip mendengar ucapan Kanaya, dia fikir wanita cantik yang membuat Kapten nya meninggalkan sejenak tugasnya itu kekasihnya, namun ternyata saudarinya, "Wow, saya kira ini kekasih Kap_" belum sempat Rio menyelsaikan ucapan nya, Rey sudah lebih dulu menarik lengan Rio, untuk kembali ketempat anggota lainnya berkumpul."Tidak perlu mengurus hal yang tidak penting," ucap Rey kepada Rio, dan berlalu meninggalkan Kanaya.Kanaya melongo mendengar apa yang baru saja Rey ucapkan, entahlah, Kanaya jadi merasa kesal sendiri diabaikan oleh Rey.Lamunan Kanaya buyar, ketika mendengar atensi dari Pimpinan Daerah yang meminta semua relawan untuk bergabung sejenak. Rey berdiri didepan, bersama jajaran kepala Daerah serta ASN dan banyak lagi. sedangkan Dokter dan Relawan yang baru hadir berbaris mendengarkan sambutan dari kepala daerah.Tidak lama kepala daerah memberikan sambutan dan mengenalk
"Kanaya...!" seru Vera yang menyerukan nama Kanaya.Kanaya sudah ingin berteriak, namun ancaman Rey membuat Kanaya diam membisu, "Diam Nay, atau aku akan mencium mu, dan mengatakan kepada orang-orang kalau kita sudah menikah," ancam Rey.membuat Kanaya diam tidak berani berkutik, dia benar-benar tidak bisa melawan saat ini, dan hanya bisa diam mengikuti apa yang Rey instruksi kan."Kanaya... Nay! teriak Vera lagi, memanggil nama Kanaya. Vera nampak cemas mencari rekan nya itu, karena gadis itu tidak kunjung kembali, membuat Vera sampai menyusul Kanaya ketoilet Wanita.Rey meletakan jari telunjuk nya di bibir Kanaya, menyuruh Kanaya diam, dan jangan menyahut panggilan Vera."Nay... Nay... kamu didalem?" seru Vera semakin cemas, apalagi sebentar lagi mereka akan segera berangkat.Hening tidak ada sahutan dari dalam, bahkan tidak ada orang sama sekali disana, membuat Vera dililputi perasaan takut dan cemas."Kanaya..!" seru Vera semakin kencang, membuat Kanaya pada akhirnya memberanikan d
"Gila, Kapten Rey ganteng banget, lihat deh ototnya, Uh mantap banget ya," bisik para wanita yang menjadi relawan di sana.Kanaya hanya menatap jengah para wanita yang memuji suaminya, lalu ia membawa barang-barang tersebut pada Rey. namun belum sempat Kanaya mengambil barang-barang itu, tiba-tiba Rey turun dan mengambil barang-barang yang akan dibawa Kanaya, "Kalian bawa barang-barang ke truk militer," ucap Rey, lalu membawa barang-barang tersebut menuju truk militer yang diikuti anggota timnya."Sepupu kamu perhatian banget sih Nay, aku nggak kebayang kalau bisa jadi istrinya," ucap Vera menghayal. "Apaan sih! nggak jelas banget!" jawab Kanaya. lama-lama Kanaya merasa kesal mendengar pujian dari Vera dan relawan wanita lainnya.Setelah barang-barang tersebut dimasukkan ke dalam truk militer sekarang giliran para relawan yang masuk ke dalam truk militer. Satu persatu tim relawan masuk ke dalam truk, dengan dibantu Rio. dan sekarang giliran Kanaya, Kanaya menatap ke arah Rio dan meng
"Aku tidur disini saja!" ucap Kanaya singkat."Kenapa tidur di sini? kurang nyaman ya? tidak seperti kasur di rumah yang empuk! ujar Rey.Kanaya hanya diam saja, dia sudah lelah, males berdebat dengan suaminya. Rey mengamati sekitar, yang sepertinya tenda para relawan wanita sudah penuh. Rey ikut duduk di seberang Kanaya, sembari menambahkan kayu, agar api unggun tidak padam."Jika kamu tidak keberatan lebih baik kamu tidur disana" ucap Rey, menunjukan tempat para Anggota Militer nya beristirahat. hal itu sontak membuat Kanaya terkejut dan menggeleng dengan cepat."Hahhh! Kamu nggak salah Rey? lebih baik aku disini, dari pada harus kesana," tolak Nayura sembari memandang kearah Camp Militer, mana mungkin dia tidur dengan para Anggota Militer yang mayoritas laki-laki."Dari pada kamu disini, lebih baik kamu disana, Tenang saja mereka tidak akan berbuat macam-macam, karena aku juga ada di sana," ujar Rey."Aku percaya mereka tidak akan macam-macam, tapi kamu!" tuduh Kanaya.Rey mengangk
"Kamu dari mana sih Nay? aku cariin keliling tenda para Relawan perempuan tapi kamu nggak ada," crocos Vera.Kanaya yang baru tiba didalam tenda begitu terkejut saat mendengar ucapan Vera, "Aku habis dari kamar mandi," bohong Kanaya, dia malas jika mengatakan yang sebenarnya dan membuat Vera semakin banyak bertanya.Memdengar jawabab Kanaya membuat Vera menyiptkan matanya tidak percaya, "Terus semalam kamu tidur dimana?" tanya Vera menyelidik.Kanaya yang malas segera mengalihkan pembicaraan mereka dengan cara berpamitan ingin kekamar mandi, namun hal itu semakin menambah kecurigaan Vera."Udah ah, aku mau kekamar mandi, lagian kamu tanya mulu kayak wartawan gosip deh Ver," ujar Kanaya, yang tanpa sadar membuat Vera semakin tidak percaya."Bukan nya kamu habis dari kamar mandi?" tanya Vera heran.Kanaya merutuki kebodohannya, yang sudah salah bicara sehingga membuat Vera semakin tidak percaya, Kanaya tidak kehabisan akal, dia seger memberi alasan lain, yang membuat Vera akhirnya perca
"Kanaya," pekik Vera.Baru saja Kanaya berjalan beberapa langkah, Vera sudah menyerukan namanya dengan cukup keras, membuat beberapa orang yang ada disana menatap kearah mereka berdua. Kanaya benar-benar kesal, dan kembali menghampiri Vera sembari membekap mulut Vera dan menyeretnya untuk segera pergi."Ya ampun Ver, bisa nggak sih kalau manggil nggak usah teriak kenceng-kenceng," bisik Kanaya, sembari melangkah kembali menuju Kem.Vera mengangkat kedua jarinya, "hehehe.. Maaf" ucap Vera searaya tersenyum tanpa dosa.Sedangkan Rey yang baru saja membuka kaosnya, tiba-tiba dikejutkan dengan suara wanita yang menyerukan nama seseorang yang tidak asing ditelinga nya, Rey bergegas memakai kembali kaosnya, dan menatap Kanaya yang tengah menundukan wajahnya karena malu. Lalu tidak lama Kanaya menyeret perempuan yang berada disampingnya, yang mungkin rekan sesama Dokter.Rey hanya tersenyum melihat nya, dia jadi teringat bibir manis Kanaya yang semalam dirasakan nya, membuat Rey tersenyum sa