Henry Davis sudah tampil dengan rapi di pagi hari ini. Sudah tak ada waktu lagi untuknya meratapi kemalangan yang semalam terjadi pada pabriknya. Yang harus dilakukannya saat ini adalah fokus pada pengembalian aset dan mendirikan perusahaan kembali.Kemarin ia sudah membuat kesepakatan dengan karyawan yang dikepalai oleh Christopher. Ia membuat surat pernyataan untuk tetap melakukan kewajibannya sebagai pemilik perusahaan sampai pabrik beroperasi kembali.“Aku harus bisa menemui rekan-rekan sesama pengusaha dan membuat mereka membantuku. Selama ini produk yang kumiliki bukan produk yang jelek, permintaan pun cukup laris. Bahkan masih ada beberapa pesanan yang belum kubuatkan pesanannya,” gumam Tuan Davis dengan percaya diri.Semalam memang sempat ia mendapatkan kabar dari beberapa pelanggan yang pesanannya belum mereka terima. Mereka semua tampak khawatir kalau pesanan tidak akan selesai. Namun ada pula yang memberi tambahan waktu satu minggu untuk menyelesaikan pesanan, tapi ada pula
Mendengar ancaman yang dilontarkan oleh Henry Davis, ibu mertua Nicko pun beringsut mundur. Ia tentu tidak dapat berkutik dengan hal itu. Apalagi kedua mata Henry Davis menatap tajam ke arahnya.“Gila! Pria ini berani benar mengancam untuk membunuhku, aku tidak bisa berlama-lama di sini,” pikir Daisy kemudian mengambil mantel dan juga tas yang ia letakkan sembarangan.Daisy yang selalu ahli dalam hal berdebat seakan kehilangan kemampuannya. Ia sama sekali tidak berani membuka mulut untuk menyanggah ucapan pria di hadapannya. Menyelamatkan diri sendiri adalah pilihan yang paling tepat, daripada mati di tangan pria selingkuhan.“Ah keadaan ini sangat tidak menguntungkan untukku,” pikir Daisy kemudian berlalu.Namun baru beberapa langkah saja Tuan Davis sudah memanggilnya lagi.“Tunggu Daisy!” seru pria yang diam-diam menjalin hubungan dengannya.Daisy berhenti sejenak, dan kini hatinya kembali berdebar-debar.“Sepertinya ia ingin meminta maaf padaku, ah tidak boleh menyerah begitu saja.
Henry Davis menghempaskan tubuhnya pada sofa kemudian menghembuskan napas panjang."Huh wanita dimana-mana sama saja, apa yang mereka inginkan selalu sama. Hanya uang, kemewahan tidak pernah ada yang mencoba untuk memahami kondisi sebenarnya," gumam Henry Davis mengungkapkan kekesalannya.Pria paruh baya ini pernah menikah sebelumnya sebanyak dua kali, dan pernikahan itu gagal. Istrinya yang pertama tidak bisa bertahan dengan kemiskinan yang dihadapi oleh Henry Davis.Saat itu usahanya baru saja dimulai dan belum membuahkan hasil apa-apa. Wanita yang dinikahinya tidak tahan untuk berada di apartemen studio yang tidak dilengkapi elevator.Setiap hari selalu mengeluh lelah harus naik turun tangga dan mengkonsumsi menu itu-itu saja. Menu orang biasa, hanya berupa roti lapis atau sup sayuran dengan sedikit irisan daging untuk perasa kaldu. Sama sekali jauh dari kesan mewah. Bukan berarti Henry Davis tidak peduli akan keinginan istrinya, tapi saat ia tengah mengumpulkan uang untuk membeli
“Tuan Davis?” Danny Gibson mengulang sambutannya.“Eh maaf, aku … aku hanya tidak menyangka kau yang membuka pintu sendiri untukku,” kata Henry Davis mencoba menutupi keterkejutannya.Danny Gibson tersenyum dan kini ia membuka pintu kantornya semakin lebar dan memberi ruang pada Henry Davis untuk masuk.“Silakan masuk Tuan,” tawarnya sopan.“Eh, apa kau serius dengan ini? Maksudku apa aku tidak mengganggumu?” Henry Davis mencoba untuk memastikan.Danny tersenyum ramah, “Tuan Davis, apa yang harus Anda khawatirkan? Aku yang membuat janji untuk bertemu dengan Anda di waktu ini, tentu saja anda tidak mengganggu.”“Tapi kau kan tidak sedang sendirian. Apa mungkin kehadiranku tidak mengganggumu?”Danny pun merangkul pundak Henry Davis dan mengajaknya untuk masuk. Memang saat ini ruang kerja Danny sedang kedatangan tiga orang tamu. Mereka semua sama-sama pengusaha muda berusia tiga puluhan.Henry Davis yang ingin membicarakan hal bisnis dengan serius bersama Danny Gibson tentu tak akan nyam
Tuan Davis pun terdiam saat mendengar ucapan Danny. Terlebih saat semua pengusaha muda yang datang di sana mentertawainya.“Ah ternyata kau pandai melawak juga. Kurasa aku memang harus terbiasa dengan kehidupan anak muda yang suka melawak,” kata Henry Davis mencoba untuk menenangkan dirinya.Danny Gibson langsung menyentuh pundaknya dan tersenyum dengan sinis, “Anda kira aku sedang bercanda? Kurasa aku tak memiliki waktu untuk hal itu Tuan,” katanya kemudian berbalik dan memanggil sekretarisnya.“Tolong kau minta orang tua ini untuk meninggalkan kantorku. Jika memang dia tidak mau pergi, panggil saja keamanan untuk mengusirnya!” perintah Danny Gibson lalu berbalik.Tanpa menunggu lama, Henry Davis pun melangkah mengejar Danny Gibson. Bahkan ia berjalan dengan melangkah lebar dan membuat sekretaris Tuan Gibson nyaris terjungkal karena tak sengaja disenggol oleh Tuan Davis.“Hei Danny Gibson! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau membatalkan pertemuan denganku kali ini? Atau mungkin kau seda
Henry Davis melangkah dengan gontai lalu memasuki sebuah mini market untuk mencari minuman dingin. Hari ini benar-benar melelahkan baginya, ia yang terbiasa dilayani harus mencari rekan untuk membantunya mendirikan perusahaan kembali. Namun sampai saat ini hasilnya nihil, bahkan ia ditertawakan karena telah bangkrut.“Huh kemana lagi aku harus meminta bantuan. Semua tidak ada yang bersedia untuk bekerja sama denganku. Huh begini rupanya hidup sebagai orang bangkrut,” pikir Tuan Davis sambil menegak sari buah kaleng.Kembali Henry Davis menelepon beberapa rekan yang belum ia kunjungi. Namun sial mereka semua tidak ada yang menjawab panggilan telepon. Bahkan sempat ada yang menjawab halo lalu mengakhiri panggilan.Tidak hanya pengusaha yang usianya masih muda atau pengusaha baru, tapi juga mereka yang sama seniornya dengan Henry Davis. Kehadirannya memang benar-benar tidak diharapkan olehnya.“Sialan! Rupanya begini perilaku mereka terhadapku setelah aku miskin? Benar-benar tidak ada ya
“Ayah, apa ada yang kau pikirkan kali ini?” tanya Catherine saat memperhatikan ayahnya tampak diam di kursi roda sambil menatap lurus ke arah jendela.Sejak kedatangannya ke rumah Chad, pria paruh baya itu masih saja terlihat murung. Seperti ada suatu hal berat yang dipikirkannya.Siang hari saat Daisy pergi meninggalkan Edmund hanya berdua dengan Correy sang perawat, Chad dan Catherine mendatanginya. Walau ingatan Cathy tentang kekacauan yang membuatnya nyaris kehilangan bayinya sudah dihapus oleh Nicko, tapi tetap saja perempuan itu khawatir tentang ayahnya.Kenyataan kalau sang Ibu sering pergi meninggalkan Edmund sendirian tak dapat disembunyikan. Karena kekhawatiran itulah Chad memutuskan untuk membawa Edmund tinggal bersamanya saja. Setidaknya hal itu tidak akan membebani pikiran istrinya yang sedang mengandung.“Ah tidak, ayah hanya berpikir apa tidak jadi masalah jika ayah tinggal di sini. Maksudku dengan keadaan ayah yang seperti ini. Apa ini tidak merepotkan suamimu? Ini kan
Henry Davis masih tampak ragu sebelum ia keluar dari rumahnya. Berulang kali ia berjalan mondar-mandir di dalam rumah sebelum meninggalkan bangunan yang entah sampai kapan ia akan menempati bangunan ini.“Aduh, apa aku benar-benar harus menghubunginya. Aku seperti menjilat ludahku sendiri jika melakukannya,” gumamnya sambil memegang kenop pintu keluar.Satu-satunya pengusaha yang belum ia hubungi adalah Nicholas Lloyd. Jika bicara harta tentu saja Nicko memiliki harta yang tak ternilai. Investasi yang ditawarkan Tuan Davis tentu tidak berarti apa-apa bagi Nicko.Namun rasa benci yang dimiliki oleh Henry Davis itu benar-benar mendalam sampai-sampai melupakan akan kehadirian dirinya.“Huh, tapi uang itu benar-benar aku butuhkan. Huh tapi sudahlah tidak ada pilihan lain selain mempertaruhkan gengsi di hadapan anak muda itu,” pikir Henry. ***Henry Davis berjalan dengan sedikit malas ke ruangan Nicko. Ia menghembuskan napas panjang agar terlihat lebih rileks. Di hadapan
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt