Bruk!Lututnya benar-benar lemas sampai tak kuat untuk menyanggah tubuhnya yang cukup berisi. Perasaannya sekarang campur aduk antara marah dan juga kecewa.Kini pria yang selalu angkuh dan merendahkan semua karyawannya tengah menjadi tontonan bagi mereka. Kini giliran karyawan yang berdemo itu mentertawakan dirinya seolah menjadi pria yang tak memiliki harga dan kebanggaan.“Ka … kalian!” ungkapnya, tapi sangat lirih dan tak mampu membuat mereka mendengar keluhannya.Dalam posisi masih jatuh berlutut, tangan Henry Davis pun mengepal kuat. Napasnya mulai memburu mengumpulkan kekuatan.“Tidak … aku tidak bisa tinggal diam. Aku harus menghadapi serangan dari Christopher. Kurasa aku akan membalikkan keadaan, dia sudah berhasil menguasai para karyawan untuk menjauhiku, aku harus merebutnya kembali,” batinnya menjerit.Perlahan Hnery Davis pun bangkit berdiri dan mulai mendekati Christopher. Pengeras suara yang tadi dipegang mantan asistennya itu pun direbut olehnya.“Kalian semua dengar y
Henry Davis masih berdiri di depan rumahnya dengan tidak bersemangat. Ia memegang pagar hitam yang melindungi bangunan kokoh di hadapannya.“Huh apa aku bisa bertahan di rumah ini?” tanyanya sambil bergumam sendirian.Beberapa waktu lalu pekerjanya yang dipimpin oleh Christopher mendatangi tempat tinggalnya untuk mendapatkan surat-surat aset miliknya. Bagai seorang terpidana Henry Davis harus merelakan dirinya digiring oleh karyawannya menuju bank dan mengajukan untuk pinjaman dana.Di dalam bank ia didampingi oleh dua orang saat mengajukan pinjaman. Untung saja apa yang dijaminkan olehnya berupa barang mewah hingga prosesnya mudah dan bisa mendapat pinjaman maksimal.“Huh, sudah maksimal tapi tak juga menutup kerugianku,” pikir Tuan Davis.“Bagaiaman Tuan, apa Anda akan membayar pesangon atau gaji kami?” tanya para karyawan nyaris bersamaan.Henry Davis hanya diam. Ia masih mengatur napasnya setelah melihat semua surat-surat asetnya disita oleh bank.“Sebenarnya uang ini cukup untuk
Tuan Davis perlahan-lahan mengangkat wajahnya, kini pria berambut kelabu itu kembali percaya diri sambil melihat ke arah Christopher yang tampil sok pahlawan terhadap karyawan wanitanya.“Huh, apa maksudnya?Apa dia ingin mencoba untuk tampil sempurna di hadapan semuanya. Huh dasar penjilat. Dia kira dia sudah bisa tampil sebagai pahlawan?” tanya Tuan Davis dalam hati.Kini kepercayaan diri Henry Davis mulai tumbuh, ia menyisir rambutnya ke belakang dengan tangan kemudian menantang Christopher yang berdiri dengan gagah di depannya.“Huh, kau kira kau bisa mencari nama baik di depan semua karyawan. Apa perlu bukti kalau kalian tidak melakukan persekongkolan? Ha ha dengar ya kalian semua! Dia mentransfer semuanya dalam satu waktu dan saat itu juga kalian semua secara bergantian memeriksa ponsel kalian seolah-olah telah mendapatkan uang gaji. Apa kalian pikir aku bodoh? Kalian semua pasti berakting saat melihat ponsel. Pasti perempuan ini memindahkan semua uangku pada rekening pribadinya
“Kyle, bagaimana dengan asistenku? Apa kau sudah memberi tahu apa yang harus dikerjakan olehnya?” tanya Nicko begitu tiba di ruang kerjanya.“Tentu Tuan Muda, kami sudah memberikan pengarahan pada Sandra Matthews mengenai hal ini,” jawab Kyle Brenan.Kemarin jadwalnya cukup padat hingga ia belum sempat memberi arahan pada asisten barunya itu. Raymond Evans yang dulunya dikira setia ternyata malah membahayakan dirinya demi keluarganya sendiri. Nicko yang sudah terlanjur dikhianati tak menerima alasan apapun darinya, dan ia juga sama sekali tak peduli dengan keluarga kecil Raymond Evans.Sejak kemarin ia tampak sibuk mengurus masalah ibu mertuanya dan tentunya perusahaan Tuan Davis yang terbakar. Tentu saja kebakaran ini memang ulah Russell. Wajar jika Russell melakukannya, ini adalah balasan atas apa yang dilakukan Tuan Davis padanya dan juga keluarga istrinya.Kemarin ia mempelajari tentang bisnis Henry Davis berikut hutang piutang dan profitnya. Nicko juga mengumpulkan para pengusaha
Henry Davis sudah tampil dengan rapi di pagi hari ini. Sudah tak ada waktu lagi untuknya meratapi kemalangan yang semalam terjadi pada pabriknya. Yang harus dilakukannya saat ini adalah fokus pada pengembalian aset dan mendirikan perusahaan kembali.Kemarin ia sudah membuat kesepakatan dengan karyawan yang dikepalai oleh Christopher. Ia membuat surat pernyataan untuk tetap melakukan kewajibannya sebagai pemilik perusahaan sampai pabrik beroperasi kembali.“Aku harus bisa menemui rekan-rekan sesama pengusaha dan membuat mereka membantuku. Selama ini produk yang kumiliki bukan produk yang jelek, permintaan pun cukup laris. Bahkan masih ada beberapa pesanan yang belum kubuatkan pesanannya,” gumam Tuan Davis dengan percaya diri.Semalam memang sempat ia mendapatkan kabar dari beberapa pelanggan yang pesanannya belum mereka terima. Mereka semua tampak khawatir kalau pesanan tidak akan selesai. Namun ada pula yang memberi tambahan waktu satu minggu untuk menyelesaikan pesanan, tapi ada pula
Mendengar ancaman yang dilontarkan oleh Henry Davis, ibu mertua Nicko pun beringsut mundur. Ia tentu tidak dapat berkutik dengan hal itu. Apalagi kedua mata Henry Davis menatap tajam ke arahnya.“Gila! Pria ini berani benar mengancam untuk membunuhku, aku tidak bisa berlama-lama di sini,” pikir Daisy kemudian mengambil mantel dan juga tas yang ia letakkan sembarangan.Daisy yang selalu ahli dalam hal berdebat seakan kehilangan kemampuannya. Ia sama sekali tidak berani membuka mulut untuk menyanggah ucapan pria di hadapannya. Menyelamatkan diri sendiri adalah pilihan yang paling tepat, daripada mati di tangan pria selingkuhan.“Ah keadaan ini sangat tidak menguntungkan untukku,” pikir Daisy kemudian berlalu.Namun baru beberapa langkah saja Tuan Davis sudah memanggilnya lagi.“Tunggu Daisy!” seru pria yang diam-diam menjalin hubungan dengannya.Daisy berhenti sejenak, dan kini hatinya kembali berdebar-debar.“Sepertinya ia ingin meminta maaf padaku, ah tidak boleh menyerah begitu saja.
Henry Davis menghempaskan tubuhnya pada sofa kemudian menghembuskan napas panjang."Huh wanita dimana-mana sama saja, apa yang mereka inginkan selalu sama. Hanya uang, kemewahan tidak pernah ada yang mencoba untuk memahami kondisi sebenarnya," gumam Henry Davis mengungkapkan kekesalannya.Pria paruh baya ini pernah menikah sebelumnya sebanyak dua kali, dan pernikahan itu gagal. Istrinya yang pertama tidak bisa bertahan dengan kemiskinan yang dihadapi oleh Henry Davis.Saat itu usahanya baru saja dimulai dan belum membuahkan hasil apa-apa. Wanita yang dinikahinya tidak tahan untuk berada di apartemen studio yang tidak dilengkapi elevator.Setiap hari selalu mengeluh lelah harus naik turun tangga dan mengkonsumsi menu itu-itu saja. Menu orang biasa, hanya berupa roti lapis atau sup sayuran dengan sedikit irisan daging untuk perasa kaldu. Sama sekali jauh dari kesan mewah. Bukan berarti Henry Davis tidak peduli akan keinginan istrinya, tapi saat ia tengah mengumpulkan uang untuk membeli
“Tuan Davis?” Danny Gibson mengulang sambutannya.“Eh maaf, aku … aku hanya tidak menyangka kau yang membuka pintu sendiri untukku,” kata Henry Davis mencoba menutupi keterkejutannya.Danny Gibson tersenyum dan kini ia membuka pintu kantornya semakin lebar dan memberi ruang pada Henry Davis untuk masuk.“Silakan masuk Tuan,” tawarnya sopan.“Eh, apa kau serius dengan ini? Maksudku apa aku tidak mengganggumu?” Henry Davis mencoba untuk memastikan.Danny tersenyum ramah, “Tuan Davis, apa yang harus Anda khawatirkan? Aku yang membuat janji untuk bertemu dengan Anda di waktu ini, tentu saja anda tidak mengganggu.”“Tapi kau kan tidak sedang sendirian. Apa mungkin kehadiranku tidak mengganggumu?”Danny pun merangkul pundak Henry Davis dan mengajaknya untuk masuk. Memang saat ini ruang kerja Danny sedang kedatangan tiga orang tamu. Mereka semua sama-sama pengusaha muda berusia tiga puluhan.Henry Davis yang ingin membicarakan hal bisnis dengan serius bersama Danny Gibson tentu tak akan nyam