"Iya dong! Aku kan kangen sama calon Anak aku. Kan aku juga bakal jadi Papanya nanti"Mendengar kata-kata Fajar, Riska seketika langsung mengusap perutnya.Riska sekarang merasa jika dia bukanlah seorang calon Ibu yang baik. Bagaimana bisa dia dikatakan calon Ibu yang baik, sementara belakangan ini dia mengabaikan anak yang masih dalam kandungannya.Tapi Riska sendiri juga tidak tahu bagaimana caranya untuk melepaskan kesedihannya ini.Riska merasa hatinya sakit. Seperti ada lubang yang menganga di hatinya."Kamu belum makan ya? Kamu mau makan apa? Aku cariin ya. Atau mau aku masakin?"Fajar juga mencoba untuk membujuk Riska agar mau makan."Tapi aku belum lapar," jawab Riska.Mendengar jawaban Riska. Angga dan Fajar langsung saling memandang."Kamu mau nggak ke makam Om Rosyad?" tanya Fajar.Mendengar tentang Papanya, Riska seketika langsung meresponnya."Sungguh?""Iya! Tapi kamu makan dulu ya! Nanti kalau kamu sudah makan, kita kunjungi makam Om Rosyad. Gimana?""Kamu nggak bohong
Angga mendadak kaku setelah mendengar ungkapan cinta Riska yang begitu tiba-tiba.Bahkan telur yang berada di tangannya seketika terjatuh ke piring lagi saking kagetnya."Ka-kamu bilang apa tadi?" tanya Angga terbata-bata."Aku mencintaimu Angga Hermawan!" ucap Riska dengan nada tegas."Sayang! Aku lebih mencintaimu!"Angga begitu senang dan bersemangat mendengar Riska bilang mencintainya.Sangat jarang Riska mau mengungkapkan rasa cinta padanya.Riska tersenyum manis melihat Angga yang terlihat begitu sangat bahagia."Apa selama ini aku kelewatan ya! Angga sampai sesenang itu mendengar aku bilang mencintainya," batin Riska.Angga kembali mengambil telur yang tadi sempat terjatuh.Sekarang Angga mengupas kulit telur dengan senyum bodoh di wajahnya."Ini, silahkan dimakan Istriku tercinta!" ucap Angga setelah menaruh telur di piring Riska.Kebetulan, Fajar yang baru saja tiba mendengarkan kata-kata Angga.Fajar mengernyit geli mendengar kata-kata Angga yang menurutnya terlalu norak.Fa
"Riska mau ikut Angga bekerja, Ma!" jawab Riska.Jawaban Riska membuat yang lainnya merasa ketar-ketir dalam hatinya.Mereka kompak memandang Angga meminta jawaban darinya.Angga yang ditatap seperti itu hanya menaikkan pundaknya dengan tidak berdaya."Sayang! Apa nggak sebaiknya kamu di rumah saja!" bujuk Sofia.Sofia masih tidak tenang jika harus membiarkan Riska keluar rumah, apalagi belakangan ini kondisi Riska sangat drop.Sofia takut jika Riska keluar rumah, kondisinya akan kembali drop.Apalagi nanti Angga akan bekerja. Otomatis Angga tidak akan memperhatikan Riska seratus persen."Riska bosen di rumah, Ma! Sudah lama sekali Riska nggak keluar. Boleh ya, Ma!"Riska memandang Sofia dengan puppy eyesnya. Andalan senjatanya yang paling ampuh jika Riska menginginkan sesuatu."Kamu juga bosan ya, tiap hari sama Mama terus?""Nggak gitu, Ma! Mana ada Riska bosen sama Mama. Riska hanya ingin keluar saja. Nggak ada maksud lain," balas Riska."Sudahlah, Ma! Biarkan saja. Toh itu juga ma
"Dari mana kamu tahu?" tanya Fajar kaget.Pasalnya Mamanya baru beberapa hari ini membicarakan niatnya untuk mengatur kencan buta untuknya.Sungguh Fajar tidak menduga jika Angga akan mengetahuinya secepat ini."Apa? Kamu mau kencan buta? Kenapa ada kabar bahagia seperti ini kamu tidak memberitahuku?"Riska merasa terkejut tapi juga senang. Riska akan sangat senang jika kencan buta yang akan dilakukan Fajar berhasil."Aku saja belum menyetujuinya kok!" balas Fajar."Duh! Mama ember banget sih," keluh Fajar dalam hatinya."Tapi kan tetap saja ini kabar bahagia," ucap Riska.Fajar diam saja karena sejujurnya Fajar sangat malas jika sudah membicarakan tentang rencana kencan butanya itu."Kamu udah lama tahunya, Ga?" tanya Riska."Baru semalam Tante kirim pesan ke aku. Tante memintaku untuk membujuk Fajar agar mau pergi ke kencan buta yang sudah Tante atur," jawab Angga."Mama bilang ke kamu?" tanya Fajar syok.Meskipun Fajar sudah tahu jika mamanya lah yang memberitahu Angga tentang renc
Fajar merenung mencoba meresapi apa yang baru saja Angga katakan.Memang benar, orang tuanya hanya mengatakan untuk mencobanya. Masalah nanti berhasil atau tidak, itu bukan urusannya.Setelah berpikir seperti itu, hati Fajar menjadi lebih baik. Tidak lagi tertekan dan kesal.Sekarang Fajar hanya perlu membuat pasangan kencan butanya nanti tidak menyukainya, sehingga nanti Fajar tidak perlu repot-repot memberikan alasan kepada Mama dan Papanya jika mereka bertanya."Terima kasih, Ga!" Ucap Fajar sambil tersenyum lebar.Kini Fajar sudah mendapatkan ide untuk membuat pasangan kencan butanya nanti tidak menyukainya."Terima kasih untuk apa?" tanya Riska kebingungan."Bukan apa-apa! Hanya berterima kasih karena sudah mencerahkan pandanganku," balas Fajar yang masih tidak bisa Riska pahami."Sudah sayang! Nggak usah dipikirin. Biarkan saja Fajar!" ucap Angga."Aku balik dulu ya! Bye!"Fajar sudah tidak sabar rasanya untuk melancarkan idenya. Masa bodo mau Fajar dikatakan apa."Iya, sana!"F
Setelah Angga mencium perut Riska. Angga merasa kaget dengan tendangan anaknya yang menurut Angga cukup keras."D-dia nendang lagi! Apa sakit?" tanya Angga dengan nada prihatin."Nggak apa-apa! Mungkin Baby nya senang kalau diajak bicara sama papanya," jawab Riska dengan tersenyum bahagia."Sayang! Jangan buat Mama kesakitan ya! Kasihan Mama!"Angga kembali berbicara kepada anaknya sambil mengusap perut Riska, kemudian mencium kembali perut Riska."Untuk pemeriksaan besok, sekalian periksa jenis kelaminnya ya sayang! Setelah mengetahui jenis kelaminnya nanti, kita bisa siapkan nama untuknya lebih awal!" ucap Angga mengutarakan niatnya."Boleh! Nanti kamu cari nama yang bagus untuk Baby nya ya!" balas Riska.Riska menyerahkan sepenuhnya kepada Angga untuk nama anak mereka nanti.Riska percaya Angga akan memberikan nama yang bagus untuk anak mereka nanti.~Tiga hari kemudian. Angga menemani Riska untuk memeriksa kandungannya.Angga terlihat sangat gugup. Takut jika ada yang salah denga
Semntara di Cafe F&A, Fajar tengah duduk bersama dengan seorang wanita yang menjadi pasangan kencan butanya.Tadinya Wanti sudah reservasi di restoran lain. Tapi Fajar dengan keras kepala langsung menolaknya dan mengancam tidak akan pergi, jika pertemuannya tidak di Cafenya sendiri.Akhirnya mau tidak mau Wanti juga harus mengalah. Sudah syukur Fajar mau pergi ke kencan buta yang sudah diaturnya.Dengan sifat keras kepalanya, Wanti tidak bisa meminta lebih kepada Fajar.Maria namanya, dia berusia dua puluh dua tahun. Dia sekarang sedang melanjutkan pendidikannya di jurusan kedokteran. Mengambil Dokter spesialis jantung.Maria mengatakan pada Fajar, jika Maria memilih jurusan kedokteran karena background keluarganya yang juga berprofesi sebagai Dokter.Saat ini Fajar bersikap acuh tak acuh kepada Maria. Sama sekali tidak perlu repot-repot untuk menyembunyikan ketidaksukaannya.Fajar terang-terangan menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak tertarik dengan kencan buta ini.Fajar juga meng
Fajar yang masih kesal. Langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa, begitu dia sampai di ruangannya."Benar-benar sangat jauh berbeda dengan Riska. Apa-apaan sikapnya yang tidak tahu malu seperti itu? Mama juga. Bagaimana bisa Mama mau menjodohkanku dengan wanita yang tidak tahu malu seperti dia."Fajar uring-uringan sendiri. Fajar ingin sekali melampiaskan kekesalannya, tapi tidak tahu bagaimana dia harus melampiaskan kekesalannya.Fajar seperti ingin melempar barang atau meninju orang. Tapi pada akhirnya tidak Fajar lakukan.Fajar teringat dengan nasehat Riska yang mengatakan, jangan melampiaskan kemarahannya dengan membanting barang, atau memukul orang yang tidak bersalah.Kata Riska, itu sama sekali tidak masuk akal dan sangat merugikan diri sendiri.Sedangkan di lantai bawah Cafe, Maria menatap kepergian Fajar dengan tatapan nanar.Maria tentu saja merasa sakit hati atas sikap Fajar kepadanya. Tapi Maria juga tidak bisa menyalahkan Fajar atas sikapnya yang bisa dibilang kurang ajar