Angga mendadak kaku setelah mendengar ungkapan cinta Riska yang begitu tiba-tiba.Bahkan telur yang berada di tangannya seketika terjatuh ke piring lagi saking kagetnya."Ka-kamu bilang apa tadi?" tanya Angga terbata-bata."Aku mencintaimu Angga Hermawan!" ucap Riska dengan nada tegas."Sayang! Aku lebih mencintaimu!"Angga begitu senang dan bersemangat mendengar Riska bilang mencintainya.Sangat jarang Riska mau mengungkapkan rasa cinta padanya.Riska tersenyum manis melihat Angga yang terlihat begitu sangat bahagia."Apa selama ini aku kelewatan ya! Angga sampai sesenang itu mendengar aku bilang mencintainya," batin Riska.Angga kembali mengambil telur yang tadi sempat terjatuh.Sekarang Angga mengupas kulit telur dengan senyum bodoh di wajahnya."Ini, silahkan dimakan Istriku tercinta!" ucap Angga setelah menaruh telur di piring Riska.Kebetulan, Fajar yang baru saja tiba mendengarkan kata-kata Angga.Fajar mengernyit geli mendengar kata-kata Angga yang menurutnya terlalu norak.Fa
"Riska mau ikut Angga bekerja, Ma!" jawab Riska.Jawaban Riska membuat yang lainnya merasa ketar-ketir dalam hatinya.Mereka kompak memandang Angga meminta jawaban darinya.Angga yang ditatap seperti itu hanya menaikkan pundaknya dengan tidak berdaya."Sayang! Apa nggak sebaiknya kamu di rumah saja!" bujuk Sofia.Sofia masih tidak tenang jika harus membiarkan Riska keluar rumah, apalagi belakangan ini kondisi Riska sangat drop.Sofia takut jika Riska keluar rumah, kondisinya akan kembali drop.Apalagi nanti Angga akan bekerja. Otomatis Angga tidak akan memperhatikan Riska seratus persen."Riska bosen di rumah, Ma! Sudah lama sekali Riska nggak keluar. Boleh ya, Ma!"Riska memandang Sofia dengan puppy eyesnya. Andalan senjatanya yang paling ampuh jika Riska menginginkan sesuatu."Kamu juga bosan ya, tiap hari sama Mama terus?""Nggak gitu, Ma! Mana ada Riska bosen sama Mama. Riska hanya ingin keluar saja. Nggak ada maksud lain," balas Riska."Sudahlah, Ma! Biarkan saja. Toh itu juga ma
"Dari mana kamu tahu?" tanya Fajar kaget.Pasalnya Mamanya baru beberapa hari ini membicarakan niatnya untuk mengatur kencan buta untuknya.Sungguh Fajar tidak menduga jika Angga akan mengetahuinya secepat ini."Apa? Kamu mau kencan buta? Kenapa ada kabar bahagia seperti ini kamu tidak memberitahuku?"Riska merasa terkejut tapi juga senang. Riska akan sangat senang jika kencan buta yang akan dilakukan Fajar berhasil."Aku saja belum menyetujuinya kok!" balas Fajar."Duh! Mama ember banget sih," keluh Fajar dalam hatinya."Tapi kan tetap saja ini kabar bahagia," ucap Riska.Fajar diam saja karena sejujurnya Fajar sangat malas jika sudah membicarakan tentang rencana kencan butanya itu."Kamu udah lama tahunya, Ga?" tanya Riska."Baru semalam Tante kirim pesan ke aku. Tante memintaku untuk membujuk Fajar agar mau pergi ke kencan buta yang sudah Tante atur," jawab Angga."Mama bilang ke kamu?" tanya Fajar syok.Meskipun Fajar sudah tahu jika mamanya lah yang memberitahu Angga tentang renc
Fajar merenung mencoba meresapi apa yang baru saja Angga katakan.Memang benar, orang tuanya hanya mengatakan untuk mencobanya. Masalah nanti berhasil atau tidak, itu bukan urusannya.Setelah berpikir seperti itu, hati Fajar menjadi lebih baik. Tidak lagi tertekan dan kesal.Sekarang Fajar hanya perlu membuat pasangan kencan butanya nanti tidak menyukainya, sehingga nanti Fajar tidak perlu repot-repot memberikan alasan kepada Mama dan Papanya jika mereka bertanya."Terima kasih, Ga!" Ucap Fajar sambil tersenyum lebar.Kini Fajar sudah mendapatkan ide untuk membuat pasangan kencan butanya nanti tidak menyukainya."Terima kasih untuk apa?" tanya Riska kebingungan."Bukan apa-apa! Hanya berterima kasih karena sudah mencerahkan pandanganku," balas Fajar yang masih tidak bisa Riska pahami."Sudah sayang! Nggak usah dipikirin. Biarkan saja Fajar!" ucap Angga."Aku balik dulu ya! Bye!"Fajar sudah tidak sabar rasanya untuk melancarkan idenya. Masa bodo mau Fajar dikatakan apa."Iya, sana!"F
Setelah Angga mencium perut Riska. Angga merasa kaget dengan tendangan anaknya yang menurut Angga cukup keras."D-dia nendang lagi! Apa sakit?" tanya Angga dengan nada prihatin."Nggak apa-apa! Mungkin Baby nya senang kalau diajak bicara sama papanya," jawab Riska dengan tersenyum bahagia."Sayang! Jangan buat Mama kesakitan ya! Kasihan Mama!"Angga kembali berbicara kepada anaknya sambil mengusap perut Riska, kemudian mencium kembali perut Riska."Untuk pemeriksaan besok, sekalian periksa jenis kelaminnya ya sayang! Setelah mengetahui jenis kelaminnya nanti, kita bisa siapkan nama untuknya lebih awal!" ucap Angga mengutarakan niatnya."Boleh! Nanti kamu cari nama yang bagus untuk Baby nya ya!" balas Riska.Riska menyerahkan sepenuhnya kepada Angga untuk nama anak mereka nanti.Riska percaya Angga akan memberikan nama yang bagus untuk anak mereka nanti.~Tiga hari kemudian. Angga menemani Riska untuk memeriksa kandungannya.Angga terlihat sangat gugup. Takut jika ada yang salah denga
Semntara di Cafe F&A, Fajar tengah duduk bersama dengan seorang wanita yang menjadi pasangan kencan butanya.Tadinya Wanti sudah reservasi di restoran lain. Tapi Fajar dengan keras kepala langsung menolaknya dan mengancam tidak akan pergi, jika pertemuannya tidak di Cafenya sendiri.Akhirnya mau tidak mau Wanti juga harus mengalah. Sudah syukur Fajar mau pergi ke kencan buta yang sudah diaturnya.Dengan sifat keras kepalanya, Wanti tidak bisa meminta lebih kepada Fajar.Maria namanya, dia berusia dua puluh dua tahun. Dia sekarang sedang melanjutkan pendidikannya di jurusan kedokteran. Mengambil Dokter spesialis jantung.Maria mengatakan pada Fajar, jika Maria memilih jurusan kedokteran karena background keluarganya yang juga berprofesi sebagai Dokter.Saat ini Fajar bersikap acuh tak acuh kepada Maria. Sama sekali tidak perlu repot-repot untuk menyembunyikan ketidaksukaannya.Fajar terang-terangan menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak tertarik dengan kencan buta ini.Fajar juga meng
Fajar yang masih kesal. Langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa, begitu dia sampai di ruangannya."Benar-benar sangat jauh berbeda dengan Riska. Apa-apaan sikapnya yang tidak tahu malu seperti itu? Mama juga. Bagaimana bisa Mama mau menjodohkanku dengan wanita yang tidak tahu malu seperti dia."Fajar uring-uringan sendiri. Fajar ingin sekali melampiaskan kekesalannya, tapi tidak tahu bagaimana dia harus melampiaskan kekesalannya.Fajar seperti ingin melempar barang atau meninju orang. Tapi pada akhirnya tidak Fajar lakukan.Fajar teringat dengan nasehat Riska yang mengatakan, jangan melampiaskan kemarahannya dengan membanting barang, atau memukul orang yang tidak bersalah.Kata Riska, itu sama sekali tidak masuk akal dan sangat merugikan diri sendiri.Sedangkan di lantai bawah Cafe, Maria menatap kepergian Fajar dengan tatapan nanar.Maria tentu saja merasa sakit hati atas sikap Fajar kepadanya. Tapi Maria juga tidak bisa menyalahkan Fajar atas sikapnya yang bisa dibilang kurang ajar
"Siapa yang membuatmu kesal?" tanya Riska dengan suara yang agak keras.Mendengar suara Riska, Angga dan Fajar sontak langsung menoleh.Dalam hati mereka bertanya-tanya, seberapa banyak Riska mendengar percakapan mereka."Sudah habis esnya?" tanya Angga."Sudah! Siapa yang membuatmu kesal, Jar?" tanya Riska lagi."Nggak! Bukan siapa-siapa kok!"Bukannya Fajar tidak mau memberitahu Riska. Hanya saja Fajar tahu, jika sampai Riska mengetahui alasan mengapa Fajar sampai kesal. Maka Riska nanti pasti malah akan menceramahinya.Lalu Fajar mulai bertanya tentang kehamilan Riska. Tujuannya supaya Riska tidak ingat jika dia baru saja pergi ke kencan butanya.Angga yang memahami isi pikiran Fajar juga tidak keberatan membantu Fajar mengalihkan perhatian Riska.Mereka bertiga berbicara mulai dari hal yang penting sampai hal sama sekali tidak penting.Setelah lebih dari satu jam mereka bertiga mengobrol. Akhirnya Fajar lah yang membawa Riska pulang ke rumah, dikarenakan Angga masih harus menyele
Mereka semua kini tengah menunggu Riska di depan ruang operasi. Bagaimanapun, Riska sekarang sedang menjalani operasi tentu saja mereka semua cemas. Tadi, sesampainya Riska di rumah sakit, tidak lama setelahnya Riska langsung tidak sadar. Akhirnya Dokter memutuskan untuk mengoperasi Riska dan juga untuk menyelamatkan bayinya. Angga yang juga sudah tiba, sudah tidak jelas lagi penampilannya. Rambut acak-acakan, pakaiannya juga sangat kusut. Khawatir tentu saja. Apalagi dia tidak bisa menemani Riska di dalam. Air mata tiada henti menetes di pipi Angga. Angga sangat takut saat ini. Takut jika sampai terjadi apa-apa dengan Riska dan anaknya. Tentu saja yang lainnya juga cemas. Tapi mereka mencoba untuk tetap berpikir waras, agar keadaan tidak menjadi lebih tegang lagi. # Saat ini Angga tengah menemani Riska yang sudah selesai operasi. Kata Dokter yang mengoperasi Riska, Riska akan baik- baik saja. Tapi Angga tetap saja khawatir karena sampai sekarang Riska masih belum sadar. S
Kehamilan Riska sekarang sudah menginjak usia delapan bulan.Siang hari ketika Riska merasa lapar, dia hendak turun ke lantai bawah untuk makan siang.Saat itu Angga sedang bekerja, sedangkan Rahmat juga sedang ada keperluan di kantor.Di rumah hanya ada Riska, kakek dan Sofia.Sofia yang sedang berada di dapur untuk menyiapkan makan siang untuk semuanya dan menantunya.Kakek sedang beristirahat di kamarnya. Di usia yang semakin tua, tubuh renta Kakek menjadi semakin cepat lelah.Terkadang hanya untuk berjalan dari kamar ke ruang tamu saja Kakek sudah merasa kelelahan.Riska yang merasa sudah lapar pun turun ke bawah menuju ke dapur, tapi sesampainya Riska di lantai bawah. Riska tidak sengaja tersandung karpet yang berada di ruang keluarga.Jika ingin ke dapur, setelah menuruni tangga, maka akan melewati ruang keluarga terlebih dahulu, baru kemudian meja makan dan dapur."Arghh!"Teriakan Riska sontak membuat kaget Sofia dan Kakek.Sofia langsung meninggalkan pekerjaannya dan langsung
"Hallo! Mau main bareng Riska?"Riska kecil menghampiri dan menyapa Fajar yang masih saja setia berada dalam gendongan Roni.Hal itu tidak lain juga karena Riska diminta Rosyad untuk mengajak Fajar bermain.Sebagai orangtua, tentu saja Rosyad mengetahui apa yang sudah terjadi pada Fajar kecil.Ditinggal pergi oleh pengasuhnya, apalagi Fajar kecil yang memang sudah terbiasa ditinggal bekerja oleh orangtuanya. Tentu saja bukanlah hal yang mudah.Rosyad tidak menyalahkan orangtua Fajar. Bagaimanapun, pekerjaan mereka adalah pekerjaan yang mulia.Fajar kecil hanya melirik Riska sebentar, kemudian menyembunyikan wajahnya di dada bidang Roni."Kamu tidak mau main sama Riska? Tapi Riska anak yang baik kok!" ucap Riska kecil.Riska kecil pun merogoh saku dressnya dan mengambil permen yang tingga dua biji."Ini, aku kasih kamu permen!" ucap Riska sambil menyodorkan permen dua biji dengan tangan mungilnya."Terima kasih Riska! Nama yang cantik, secantik anaknya!" balas Roni mengambil permen yan
Mendengar Fajar menyebutkan satu nama wanita. Yang ada di benak Sofia ada satu orang, yaitu mantan Fajar.Satu-satunya wanita yang pernah menjalin hubungan dengan Fajar, sekaligus salah satu wanita yang membuat Riska mengalami mimpi buruk."Bagaimana kamu bisa bertemu dengannya kembali?" tanya Sofia.Walaupun kejadian itu sudah lama berlalu, tapi Sofia tahu jika itu juga menjadi duri dalam daging untuk Fajar."Dia sepupu Maria!" balas Fajar sembari melepaskan pelukannya."Katakan pada Fajar, bagaimana Fajar bisa menerima wanita yang ternyata adalah sepupu dari orang yang pernah memberikan Riska mimpi buruk?"Sofia terdiam mendengarnya. Dia sama sekali tidak mengetahui hal ini."Pantas saja Fajar tidak mau menerimanya!" batin Sofia."Bukankah kamu sudah melepaskan masa lalu? Ada baiknya masa lalu itu kita lepaskan, dan dari masa lalu itu kita buat pelajaran untuk hidup kita kedepannya."Sofia mengerti itu tidak mudah untuk Fajar. Jadi yang bisa Sofia lakukan sekarang adalah menasehatin
"Kenapa harus nunggu aku lahiran? Sekarang calonnya sudah ada di depan mata lho, Jar! Masa kamu mau menggantung anak orang begitu lama sih!" protes Riska."Dua bulan itu tidak lama lagi Ris! Aku sudah membuat kelonggaran untuk mencari pasangan setelah kamu melahirkan. Jangan dorong aku lagi ya! Aku ingin nanti wanitaku bisa menerima anakmu seperti aku menerimanya! Untuk sekarang aku benar-benar tidak berniat untuk mencari pasangan!" balas Fajar panjang lebar.Riska merengut mendengar jawaban Fajar.Fajar bisa menjadi lembut selembut-lembutnya kepada orang-orang yang disayanginya. Tapi Fajar juga bisa menjadi sangat keras kepala jika dia tidak menginginkan sesuatu."Jangan jadikan anakku sebagai alasan untuk kamu menolak wanita, Jar! Atau aku akan merasa bersalah padamu!" ucap Riska."Jangan merasa bersalah! Bagaimanapun ini sudah menjadi keputusanku. Kamu adalah orang yang sangat penting untukku!" balas Fajar tidak mau kalah."Jika saja kamu tidak memintaku untuk mencari pasangan, mu
Riska sudah tidak terkejut lagi mendengar pertanyaan dari Maria."Maksud kamu gimana?" tanya Riska memastikan.Pertanyaan Maria bukanlah pertanyaan pertama yang didengarnya. Cukup sering dia mendapatkan pertanyaan serupa dari orang-orang yang melihat kedekatannya dengan Fajar.Hal serupa juga terjadi jika dia bersama dengan Angga dulu."Maaf! Bukan apa-apa!"Maria sangat tidak menyangka jika dirinya akan kelepasan bertanya seperti itu."Bodoh banget sih kamu Maria. Bisa-bisanya kamu menanyakan hal sensitif kayak gitu," rutuk Maria dalam hati."Kamu nggak perlu merasa tidak enak! Ini juga bukan pertama kalinya aku mendapatkan pertanyaan yang serupa!" ucap Riska.Melihat Maria yang terdiam dan memukuli mulutnya, Riska tahu jika Marai merasa tidak enak karena sudah menanyakan hal seperti itu.Pada akhirnya, Riska memilih untuk menjelaskan kepada Maria, supaya Maria nanti tidak salah paham kepada Fajar."Kalau kamu tanya aku suka nggak sama Fajar, maka jawaban aku suka! Jika kamu bertanya
Fajar tengah memberikan makanan ke piring Riska. Itu adalah pemandangan yang Nita tangkap begitu dia kembali dari kamar mandi."Pada akhirnya aku masihlah kalah dengan Riska! Aku yang sudah berusaha dengan sebaik yang aku bisa, ternyata masih saja kalah dengan Riska yang bahkan tidak perlu melakukan apa-apa!""Kamu sudah kembali, Nit!" ucap Mama Maria.Sontak hal itu membuat semua orang yang berada di sana langsung terdiam.Mereka masih merasa agak canggung setelah mereka mengetahui apa yang sudah Nita lakukan kepada Riska dan kenyataan bahwa Nita ternyata adalah mantan pacar Fajar."Iya, Tan!" Nita yang masih tidak tahu apa-apa pun kemudian duduk kembali di kursinya, meskipun dengan perasaan yang berdebar-debar.Nita sebenarnya merasa takut dengan keberadaan Angga disana. Hanya saja sisi egois Nita masih tidak mau menyerah untuk kembali mengejar Fajar.Jarang-jarang kesempatan berdekatan dengan Fajar terjadi. Maka dari itu Nita harus memanfaatkan kesempatan yang jarang sekali terjadi
"Nita!" ucap Riska dengan suara pelan.Namun mau sepelan apapun Riska mengucapkannya. Angga yang tepat berada di sampingnya bisa mendengarnya dengan jelas.Angga mendengar dengan jelas jika Riska mengucapkan satu nama yang benar-benar bisa membuatnya murka seketika.Orang yang sama besarnya dia benci. Seperti dia membenci Risty."Sayang! Barusan kamu bilang apa?" tanya Angga memastikan.Di mata Angga, hanya ada Riska dan Angga tidak peduli dengan keadaan disekitarnya. Apalagi Riska sekarang tengah hamil, jadi perhatian Angga sepenuhnya dia curahkan kepada Riska. Dan Angga benar-benar menghiraukan sekitarnya.Tapi meskipun begitu. Jika ada bahaya yang mengancam Riska, entah bagaimana Angga akan selalu menyadarinya.Angga pun kemudian mengikuti ke arah mana Riska melihat.Betapa syoknya dia saat melihat sosok Nita. Wanita yang paling dia benci. Tidak pernah sebelumnya Angga membenci seseorang sebagaimana dia membenci sosok Nita.Sontak saja Angga langsung menatap tajam Fajar.Tatapan An
"Berati Nita adalah mantanmu itu?" tanya Maria, tapi lebih terdengar seperti untuk memastikan."Benar sekali! Nita adalah wanita brengsek itu. Apa kamu mau tau apa yang sudah dilakukannya kepada Riska?" tanya Fajar.Lebih tepatnya Fajar mengatakan itu untuk semua orang yang ada di sana.Orang tuanya saja hanya tahu jika mantannya dulu merundung Riska karena cemburu, sampai membuat Riska mengalami mimpi buruk.Atau bisa dikatakan jika orangtua Fajar hanya mengetahui setengah dari cerita yang sesungguhnya."Nita tidak mungkin melakukan hal yang buruk seperti itu kan?" tanya Papa Maria dengan suara yang terdengar tidak yakin.Sepengetahuannya, keponakannya itu selalu bersikap baik jika berada di rumah. Tapi dia juga tahu dengan temperamen sahabatnya itu. Tidak mungkin mereka akan mengatakan hal yang buruk hanya untuk menjatuhkan seseorang. Itu bukan gaya mereka."Aku juga bukannya mau menjelek-jelekkan orang, tapi menurutku wanita itu memang sudah sangat keterlaluan karena merundung tema