"Riska, kumohon!" bujuk Angga dengan masih memeluknya erat."Angga lepas! Aku mau ketemu Papa," teriak Riska.Teriakan Riska berhasil menarik perhatian pasien dan penunggu pasien di sekitarnya.Bahkan ada beberapa orang yang berbisik-bisik membicarakan mereka."Papa! Papa jangan tinggalin Riska, Pa!" ucap Riska di sela-sela tangisannya.Sebodoh-bodohnya Riska, dia masih tahu jika orang yang berada di ruang ICU, itu pasti mereka terluka parah.Kakek serta yang lainnya yang sudah tidak kuasa melihat Riska yang histeris, mendekati dan mencoba untuk ikut menenangkannya.Fajar yang melihat mereka mendekat langsung menggelengkan kepalanya. Seperti berkata, biarkan Angga yang menenangkan Riska.Menurut Fajar saat ini, lebih baik Angga lah yang menenangkan Riska, itulah yang Fajar pikirkan."Ada apa sebenarnya?" tanya Rahmat pelan kepada Fajar."Om Rosyad mengalami kecelakaan kemarin, dan kondisinya…," ucap Fajar terputus karena menangis sambil menggelengkan kepalanya.Mereka juga bukan orang
"Papa!" Riska kembali histeris setelah berhasil mengingat kembali apa yang tengah terjadi.Angga memeluk Riska dengan begitu erat. Sedangkan Riska, dia berusaha sekuat tenaga untuk bisa lepas dari pelukan Angga.Riska mencoba mendorong Angga menjauh dan mencoba untuk turun dari brankar.Namun meskipun Riska sudah mencoba mendorong Angga. Pelukannya bukannya terlepas, tapi malah semakin kencang.Riska yang menangis sesegukan, mencoba untuk mencabut jarum infus di tangannya.Fajar yang melihatnya tentu saja tidak bisa tinggal diam."Riska, hentikah!"Fajar menggenggam tangan Riska dengan erat. Mencegahnya untuk mencabut jarum infus di tangannya.Angga tidak kuasa menahan air matanya. Angga merasa dia menjadi Suami yang buruk sekarang karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk Riska."Aku mau ketemu Papa," ucap Riska dengan histeris."Sayang! Tenang ya!" bujuk Angga dengan suara serak.Riska yang emosinya kembali tidak stabil, merasa sangat marah dalam hatinya.Riska kecewa, marah dan juga
Sudah dua hari berlalu. Kondisi Rosyad juga masih sama, masih tidak sadarkan diri.Riska sendiri juga memaksakan dirinya untuk bolak-balik dari rumah ke rumah sakit.Kondisi Riska juga bisa dibilang menurun mengingat kondisi Rosyad yang masih belum sadar juga.Untuk yang lainnya, mereka tidak mengatakan kepada Riska apa yang telah Dokter sampaikan.Saat Riska bertanya kepada Angga atau yang lainnya kenapa Papanya masih belum bangun juga. Mereka akan menjawab jika Rosyad mengalami benturan yang agak keras sehingga membuatnya koma."Hari ini kamu juga mau ke rumah sakit sayang?" tanya Sofia setelah mereka sekeluarga selesai sarapan."Iya, Ma! Riska akan pergi ke rumah sakit.""Kamu butuh istirahat sayang! Lihatlah wajah pucat kamu," ucap Sofia.Angga dan yang lainnya sudah meminta Riska untuk tetap berada di rumah, biar mereka yang menjaga Rosyad di rumah sakit.Tapi bagaimanapun mereka menasehatinya, Riska tetap dengan keras kepala menolak untuk tetap di rumah."Sayang! Hari ini kita c
Riska langsung histeris dan memberontak dari dekapan Angga begitu dia melihat Fajar kembali.Tapi yang membuat Riska histeris adalah, Fajar tidak pulang sendirian. Melainkan Fajar pulang dengan membawa serta jasad Rosyad.Hal itu tentu saja membuat Riska sangat syok."Papa!"Riska masih terus berteriak saat melihat jenazah Papanya tiba di rumah.Riska ingin berlari ke arah jenazah Rosyad untuk memastikan jika apa yang dia lihat itu salah."Riska!"Angga menangis sambil memeluk Riska. Angga tidak kuasa menahan tangis saat melihat Riska histeris seperti ini."Aku mau Papa! Aku mau Papa! Lepasin aku, Ga!""Iya. Kita temui Papa! Tapi kamu jangan kayak gini ya," bujuk Angga.Apapun yang dikatakan Angga, Riska menghiraukannya, tidak merespon sama sekali."Baik! Ayo kita ke Papa," ucap Angga.Angga tidak kuat menahan Riska yang seperti mengamuk itu. Riska seperti kesurupan setelah melihat jasad Rosyad.Tidak mendengarkan ucapannya. Memberontak dari pelukannya hingga membuat Angga cemas.Angg
Seminggu berlalu sejak kematian Rosyad.Kondisi Riska semakin hari semakin menurun. Walaupun Angga dan yang lainnya sudah mencoba seketat mungkin menjaga Riska tetap saja mereka masih kecolongan.Wajah Riska juga terlihat semakin pucat karena Riska masih belum bisa merelakan kepergian Rosyad.Sering kali di tengah malam Riska akan menangis dalam tidurnya, hingga membuat Angga yang melihatnya sangat khawatir."Riska! Makan dulu ya sayang!" bujuk Angga.Kini Angga tengah menemani Riska yang duduk termenung di balkon kamar mereka."Nanti saja! Aku belum lapar," jawab Riska.Jawaban yang sama keluar dari bibir Riska selama seminggu ini."Sayang! Sedikit aja! Kasihan Baby nya kalau kamu nggak mau makan. Dikit aja ya, Hhmmm!"Selama seminggu ini, pekerjaan Angga bertambah, yaitu membujuk Riska agar mau makan.Angga hampir terbiasa menggunakan kandungan Riska untuk membujuknya agar mau makan."Tapi aku belum lapar," balas Riska.Angga semakin khawatir dengan keadaan Riska. Angga tahu jika Ri
"Iya dong! Aku kan kangen sama calon Anak aku. Kan aku juga bakal jadi Papanya nanti"Mendengar kata-kata Fajar, Riska seketika langsung mengusap perutnya.Riska sekarang merasa jika dia bukanlah seorang calon Ibu yang baik. Bagaimana bisa dia dikatakan calon Ibu yang baik, sementara belakangan ini dia mengabaikan anak yang masih dalam kandungannya.Tapi Riska sendiri juga tidak tahu bagaimana caranya untuk melepaskan kesedihannya ini.Riska merasa hatinya sakit. Seperti ada lubang yang menganga di hatinya."Kamu belum makan ya? Kamu mau makan apa? Aku cariin ya. Atau mau aku masakin?"Fajar juga mencoba untuk membujuk Riska agar mau makan."Tapi aku belum lapar," jawab Riska.Mendengar jawaban Riska. Angga dan Fajar langsung saling memandang."Kamu mau nggak ke makam Om Rosyad?" tanya Fajar.Mendengar tentang Papanya, Riska seketika langsung meresponnya."Sungguh?""Iya! Tapi kamu makan dulu ya! Nanti kalau kamu sudah makan, kita kunjungi makam Om Rosyad. Gimana?""Kamu nggak bohong
Angga mendadak kaku setelah mendengar ungkapan cinta Riska yang begitu tiba-tiba.Bahkan telur yang berada di tangannya seketika terjatuh ke piring lagi saking kagetnya."Ka-kamu bilang apa tadi?" tanya Angga terbata-bata."Aku mencintaimu Angga Hermawan!" ucap Riska dengan nada tegas."Sayang! Aku lebih mencintaimu!"Angga begitu senang dan bersemangat mendengar Riska bilang mencintainya.Sangat jarang Riska mau mengungkapkan rasa cinta padanya.Riska tersenyum manis melihat Angga yang terlihat begitu sangat bahagia."Apa selama ini aku kelewatan ya! Angga sampai sesenang itu mendengar aku bilang mencintainya," batin Riska.Angga kembali mengambil telur yang tadi sempat terjatuh.Sekarang Angga mengupas kulit telur dengan senyum bodoh di wajahnya."Ini, silahkan dimakan Istriku tercinta!" ucap Angga setelah menaruh telur di piring Riska.Kebetulan, Fajar yang baru saja tiba mendengarkan kata-kata Angga.Fajar mengernyit geli mendengar kata-kata Angga yang menurutnya terlalu norak.Fa
"Riska mau ikut Angga bekerja, Ma!" jawab Riska.Jawaban Riska membuat yang lainnya merasa ketar-ketir dalam hatinya.Mereka kompak memandang Angga meminta jawaban darinya.Angga yang ditatap seperti itu hanya menaikkan pundaknya dengan tidak berdaya."Sayang! Apa nggak sebaiknya kamu di rumah saja!" bujuk Sofia.Sofia masih tidak tenang jika harus membiarkan Riska keluar rumah, apalagi belakangan ini kondisi Riska sangat drop.Sofia takut jika Riska keluar rumah, kondisinya akan kembali drop.Apalagi nanti Angga akan bekerja. Otomatis Angga tidak akan memperhatikan Riska seratus persen."Riska bosen di rumah, Ma! Sudah lama sekali Riska nggak keluar. Boleh ya, Ma!"Riska memandang Sofia dengan puppy eyesnya. Andalan senjatanya yang paling ampuh jika Riska menginginkan sesuatu."Kamu juga bosan ya, tiap hari sama Mama terus?""Nggak gitu, Ma! Mana ada Riska bosen sama Mama. Riska hanya ingin keluar saja. Nggak ada maksud lain," balas Riska."Sudahlah, Ma! Biarkan saja. Toh itu juga ma