Jenn dibesarkan oleh dua orang tua yang jarang ada di rumah, tapi tetap memastikan kebutuhan dan kemauannya terpenuhi. Ditambah kakaknya, Ken, adalah orang yang dipenuhi cinta yang berlimpah. Maka, beruntunglah Jenn menjadi anak dan adik yang keinginannya tak pernah dikatakan tidak.
Sewaktu SMA, Jenn pernah meminta Ken untuk memutuskan pacarnya yang saat itu—menurutnya—tidak menyukai Jenn karena mereka tak saling follow di media sosial. Ken tak perlu banyak berpikir, ia langsung menyetujui.
Saat memasuki semester akhir di universitas, untuk kali pertamanya, Ken dibuat bingung dengan keinginan sang adik.
"Kok bisa?" tanyanya dengan kening mengerut.
Sedang Jenn hanya angkat bahu, "gak tahu. Kayak seneng aja."
Itu kali pertama Ken tahu jika adiknya senang merebut lelaki orang lain. Entah itu pacar, ataupun suami.
Sebagai seorang kakak, ia tentu menasehati bahkan mengadukannya pada orang tua. Namun, Jenn tetaplah Jenn. Ia tidak pernah suka dibantah, segala keinginannya haruslah terpenuhi.
Tugas Ken dari yang mengasuh, berubah menjadi menghapus kebiasaan buruk Jenn yang terendus publik. Sebab saat adiknya memutuskan untuk masuk ke dunia entertainment, Ken paham imagenya haruslah sempurna. Namun, Jenn tak pernah mengerti itu. Ia membiarkan semuanya berjalan seperti aliran air di sungai. Tanpa tahu, bahwa di sungai juga banyak batu sebagai penghadang.
Mulai sekarang, Jenn agaknya harus belajar sesuatu. Kedatangan Naysila di depan reporter yang sedang meliputnya, tentu bukan kemauannya.
Dan keinginannya tentang mereka yang harus memaafkan segala kesalahan Jenn, seharusnya ia pertimbangkan.
Naysila berhak marah bahkan jika itu terjadi bertahun-tahun yang lalu. Seorang istri mana yang masih bisa bersikap biasa saja ketika tahu suaminya pernah selingkuh?
Hari ini, Chelssa menegurnya untuk pertama kali. Bukan tanpa alasan, gadis itu terlalu takut akan karirnya yang baru saja dimulai dengan baik.
"Well, menurut gue, lo harus stop jadi pelakor sih!"
Jenn mengerutkan hidung. Kata pelakor baginya terlalu kasar. Toh ia tidak benar-benar mengambil mereka.
Chelssa meneruskan pekerjaannya, tangannya masih memegang catokan dan sisir. Rambut Jenn belum sepenuhnya ditata.
"Gue juga udah stop," jawab Jenn dengan tenang.
Si personal assistaint itu menggeleng tak setuju, "stop karena belum nemu yang baru aja setelah Dwitama, ya, 'kan?"
Jenn menatap pantulan dirinya di cermin, ia sedikit tersenyum lalu mengangguk pelan, "bisa dibilang ya."
"Gila!"
"Dari dulu."
"Terus, lo mau ke mana sekarang minta gue dandanin gini? Date sama Ethan?"
Btw, setelah kejadian tadi, Ethan dan Chelssa sudah sempat kenalan dan mereka memutuskan bertukar nomor telepon dengan alasan lelaki itu siap dibutuhkan kapan saja jika itu menyangkut Jenn. Terdengar manis di kuping Chelssa.
Dan ya, tak butuh waktu lama baginya untuk tahu siapa itu Ethan. Yang terpenting, lelaki itu tidak terikat hubungan dengan siapa pun. Jenn seharusnya mempertimbangkan keberadaan Ethan daripada terus-menerus masuk di hubungan orang lain.
Ya, andai saja Chelssa tahu, hubungan keduanya dimulai dengan sangat buruk.
"Males, ada seseorang yang mau ngajak ketemu."
***
"Anjirlah Jenn, nyesel gue ikut!" Itu kalimat pertama yang Chelssa lontarkan saat masuk ke sebuah restoran yang sudah di reservasi oleh lelaki tampan yang sedang menunggu mereka.
Jenn tak menanggapi, wanita itu memilih duduk di depan lelaki dengan setelan casual itu. Ternyata dia masih mengikuti selera Jenn soal fashion dan wewangian. Lelaki itu masih ingat parfum apa yang cocok di hidung Jenn.
"Udah lama nunggu?"
Chelssa memilih duduk di meja yang agak jauh dari mereka berdua. Awalnya misuh-misuh, tapi kemudian takjub karena menu utama yang disajikan untuknya mengandung caviar!
"Gak, aku juga baru datang." Dwitama mengulum senyum, kumis tipisnya tampak manis, pas dengan wajahnya yang bersih dan sehat.
Ini kali pertama keduanya bertemu lagi sejak memutuskan untuk berpisah. Ada pendar kerinduan di mata lelaki itu. Apalagi saat ia menarik napas dengan pelan, Jenn tahu lelaki itu masih menjadikannya rumah.
"Ada apa, Mas?"
"Ini soal ... kita."
"Ya?"
"Jenn, bisa gak kamu jadi rumah lagi buat aku?"
"Jenn, bisa gak kamu jadi rumah lagi buat aku?"Rumah, ya?Satu kata yang Dwitama pikirkan selama berhari-hari. Dwitama pernah bilang, kan jika Naysila itu baik? Tapi, hubungan mereka yang buruk bahkan meski keduanya sudah diberi momongan tetap menghantuinya.Ditambah dengan kalimat 'Mariage Is Scary' yang viral di salah satu media sosial, membuatnya dapat menyimpulkan bahwa pernikahannya termasuk mengerikan. Hubungan yang dibangun tanpa komunikasi yang baik, menurut Dwitama tak lagi pantas diharapkan. Jadi, apa salahnya jika dia mencari hunian baru? Sebagai rumah tempatnya pulang?Jenn, di tempatnya masih diam. Wanita itu menyipitkan matanya sebelum benar-benar menelan menu pembukanya. Bagi Jenn, ia tidak pernah serius dalam menjalin hubungan. Ikatan semacam itu sama sekali tidak cocok dengannya.Jadi, alasan apa yang dijadikan pertimbangan oleh Dwitama untuk menjadikannya sebagai rumah?"Mas, tadi siang aku dilabrak Naysila." Jenn mengerucutkan bibir sebentar. "Di depan wartawan."D
"Arght, hurry up, Honey!" "No, it's too tight!" "Damn, you're so hot!"Mulut lelaki itu terus memaki dalam balutan kenikmatan. Di atas pahanya, seorang perempuan tengah naik-turun dengan tempo yang cepat.Sialan, ia tidak bisa terus bertahan seperti ini!Dicengkeramnya pinggang ramping itu, lalu menggulingkan tubuh mungil si perempuan hingga punggungnya terhempas di kasur yang empuk. Ia menunduk, berada di atas. Mengambil alih rasa dominan dari perempuannya. Ia mengisi penuh, maju-mundur dengan teratur.Bulir-bulir keringat basah di tubuh mereka yang semakin panas diiringi suara-suara berat dan lengkingan keputusasaan hendak menjemput kepuasan.Tidak! Ini terlalu sempit!Dan ... ledakan itu akhirnya terjadi. Mereka mencapai putihnya secara bersamaan.***(Masa sekarang)Jenn Angeline kembali tiba di Bali setelah 2 Minggu penuh menghabiskan waktu di Jakarta. Udara khas air laut langsung menyambut begitu kakinya menapak di pasir pantai. Angin sekitar menerbangkan helai-helai rambut co
Chelssa sudah memutari pantai tempat di mana Jenn meminta dijemput di sana. Tetapi tak ada tanda-tanda keberadaan perempuan itu. Ini sudah 4 jam sejak HP Jenn tak bisa dihubungi. Tidak biasanya begini.Supir yang ditugaskan untuk menjemput juga masih ada di tempat yang sama. Tempat teduh kesukaan Jenn ketika mobilnya harus terparkir.Chelssa hampir putus asa, ia akan menelepon Ken dan memberitahu bahwa adiknya menghilang. Tetapi belum sempat panggilan tersambung, di depannya terparkir sebuah mobil SUV keluaran terbaru dengan Jenn yang keluar dari dalamnya. Perempuan itu terlihat kacau.Rambutnya acak-acakan dengan leher yang merah-merah, ia kemeja oversize sampai menutupi setengah paha. Chelssa tersentak, sebelum tangannya ditarik untuk menjauh dengan cepat.Mobil itu tiba-tiba meledak!Tadi, sebelum keluar. Jenn menyulut satu batang rokok yang ada di atas kursi samping dan dimasukan ke bagian AC mobil.***Jenn tidak ingin ada satu orang pun yang tahu apa yang telah terjadi padanya.
Ethan menghadiri pers itu. Tapi karena banyak yang hadir, mungkin Jenn tidak menangkap kehadirannya, atau perempuan itu mungkin terlalu cuek untuk memperhatikan orang-orang yang hadir. Beberapa kali, Ethan kedapatan tersenyum tipis saat bagaimana lelaki itu mendengar Jenn berbicara.Perempuan yang lugas, apa adanya, dan penuh tantangan.Saat melihat Jenn pergi, Ethan tanpa pikir panjang lalu mengikuti diam-diam. Langkahnya dibuat tanpa suara. Karena begitu Jenn sampai di bilik toilet perempuan, ia tidak sadar saat seorang lelaki ikut masuk ke dalam dan mengunci pintu.Jenn membasuh tangan dan sedikit menyemprotkan minyak wangi ke depan tubuhnya. Saat akan touch up, ia dikejutkan dengan bayangan seorang lelaki di cermin. Ia balik badan, lalu mendapati Ethan dengan senyum lebar di wajahnya.Matanya membola, sebelum akhirnya ia kembali menguasai wajah tanpa ekspresi. Lagi."Senang bertemu lagi," ucap Ethan dengan suara berat, yang sialnya cukup enak didengar di telinga Jenn."Ngapain lo
Jenn Angeline, karirnya sebagai aktris baru mungkin membuat beberapa orang terasa iri. Hobinya yang buruk terus menghantui langkah-langkahnya ke masa yang mendatang. Serapi apa pun Ken menghapus image buruk itu, nyatanya kebenaran selalu menemukan jalannya.Tidak ada yang bisa melarang bagaimana wanita berbaju silky glamour itu melangkahkan kakinya dengan cepat, melewati beberapa orang yang berkerumun di kawasan mall itu dengan dagu terangkat tinggi. Badannya yang ramping memudahkannya untuk menyalip tubuh orang-orang, hingga tangan lembutnya mendarat dengan baik di pipi sang aktris yang sedang diwawancara beberapa reporter.Chelssa terlambat untuk menghalangi bagaimana tangan itu menyentuh pipi putih milik Jenn. Menghasilkan warna merah alami yang sialnya terasa panas. Semua orang terpekik, Chelssa menjerit, tapi Jenn tetap tenang.Tak ada emosi yang tergambar dalam wajahnya. Terlalu tenang, sampai membuat beberapa orang mundur, memberi mereka ruang. Atau mungkin siap meliput untuk m
Bulan bersinar terang di langit malam, dikelilingi gemerlap bintang yang tak mau kalah menunjukkan sinarnya. Di bawah pekatnya langit, berdiri Dwitama dengan segelas kopi panas di tangannya.Tak ada yang peduli dengan kosongnya ruang hati di dadanya. Dwitama sadar betul, ada yang aneh dengan istrinya setahun belakangan ini. Tetapi ia tidak begitu peduli awalnya, karena sibuk menjalin hubungan diam-diam dengan Jenn Angeline.Saat itu, Jenn datang padanya sebelum menjadi artis utama dalam sebuah film. Gadis itu masih mencari job sebagai figuran yang tampilnya tidak begitu sering. Mulanya hanya menjalin kerjasama antar dua pengusaha yang sama-sama ingin untung.Namun, siapa sangka keduanya malah memiliki keuntungan yang lain.Dwitama jelas menjadi yang mengawali. Bagaimana ia gencar mencari perhatian gadis 26 tahun itu. Hingga mereka sepakat untuk mempunyai hubungan terlarang itu, tentu Dwitama dari awal sudah terbuka bahwa dia adalah seorang suami sekaligus ayah dari dua orang anak kemb
"Jenn, bisa gak kamu jadi rumah lagi buat aku?"Rumah, ya?Satu kata yang Dwitama pikirkan selama berhari-hari. Dwitama pernah bilang, kan jika Naysila itu baik? Tapi, hubungan mereka yang buruk bahkan meski keduanya sudah diberi momongan tetap menghantuinya.Ditambah dengan kalimat 'Mariage Is Scary' yang viral di salah satu media sosial, membuatnya dapat menyimpulkan bahwa pernikahannya termasuk mengerikan. Hubungan yang dibangun tanpa komunikasi yang baik, menurut Dwitama tak lagi pantas diharapkan. Jadi, apa salahnya jika dia mencari hunian baru? Sebagai rumah tempatnya pulang?Jenn, di tempatnya masih diam. Wanita itu menyipitkan matanya sebelum benar-benar menelan menu pembukanya. Bagi Jenn, ia tidak pernah serius dalam menjalin hubungan. Ikatan semacam itu sama sekali tidak cocok dengannya.Jadi, alasan apa yang dijadikan pertimbangan oleh Dwitama untuk menjadikannya sebagai rumah?"Mas, tadi siang aku dilabrak Naysila." Jenn mengerucutkan bibir sebentar. "Di depan wartawan."D
Jenn dibesarkan oleh dua orang tua yang jarang ada di rumah, tapi tetap memastikan kebutuhan dan kemauannya terpenuhi. Ditambah kakaknya, Ken, adalah orang yang dipenuhi cinta yang berlimpah. Maka, beruntunglah Jenn menjadi anak dan adik yang keinginannya tak pernah dikatakan tidak.Sewaktu SMA, Jenn pernah meminta Ken untuk memutuskan pacarnya yang saat itu—menurutnya—tidak menyukai Jenn karena mereka tak saling follow di media sosial. Ken tak perlu banyak berpikir, ia langsung menyetujui.Saat memasuki semester akhir di universitas, untuk kali pertamanya, Ken dibuat bingung dengan keinginan sang adik."Kok bisa?" tanyanya dengan kening mengerut.Sedang Jenn hanya angkat bahu, "gak tahu. Kayak seneng aja."Itu kali pertama Ken tahu jika adiknya senang merebut lelaki orang lain. Entah itu pacar, ataupun suami.Sebagai seorang kakak, ia tentu menasehati bahkan mengadukannya pada orang tua. Namun, Jenn tetaplah Jenn. Ia tidak pernah suka dibantah, segala keinginannya haruslah terpenuhi.
Bulan bersinar terang di langit malam, dikelilingi gemerlap bintang yang tak mau kalah menunjukkan sinarnya. Di bawah pekatnya langit, berdiri Dwitama dengan segelas kopi panas di tangannya.Tak ada yang peduli dengan kosongnya ruang hati di dadanya. Dwitama sadar betul, ada yang aneh dengan istrinya setahun belakangan ini. Tetapi ia tidak begitu peduli awalnya, karena sibuk menjalin hubungan diam-diam dengan Jenn Angeline.Saat itu, Jenn datang padanya sebelum menjadi artis utama dalam sebuah film. Gadis itu masih mencari job sebagai figuran yang tampilnya tidak begitu sering. Mulanya hanya menjalin kerjasama antar dua pengusaha yang sama-sama ingin untung.Namun, siapa sangka keduanya malah memiliki keuntungan yang lain.Dwitama jelas menjadi yang mengawali. Bagaimana ia gencar mencari perhatian gadis 26 tahun itu. Hingga mereka sepakat untuk mempunyai hubungan terlarang itu, tentu Dwitama dari awal sudah terbuka bahwa dia adalah seorang suami sekaligus ayah dari dua orang anak kemb
Jenn Angeline, karirnya sebagai aktris baru mungkin membuat beberapa orang terasa iri. Hobinya yang buruk terus menghantui langkah-langkahnya ke masa yang mendatang. Serapi apa pun Ken menghapus image buruk itu, nyatanya kebenaran selalu menemukan jalannya.Tidak ada yang bisa melarang bagaimana wanita berbaju silky glamour itu melangkahkan kakinya dengan cepat, melewati beberapa orang yang berkerumun di kawasan mall itu dengan dagu terangkat tinggi. Badannya yang ramping memudahkannya untuk menyalip tubuh orang-orang, hingga tangan lembutnya mendarat dengan baik di pipi sang aktris yang sedang diwawancara beberapa reporter.Chelssa terlambat untuk menghalangi bagaimana tangan itu menyentuh pipi putih milik Jenn. Menghasilkan warna merah alami yang sialnya terasa panas. Semua orang terpekik, Chelssa menjerit, tapi Jenn tetap tenang.Tak ada emosi yang tergambar dalam wajahnya. Terlalu tenang, sampai membuat beberapa orang mundur, memberi mereka ruang. Atau mungkin siap meliput untuk m
Ethan menghadiri pers itu. Tapi karena banyak yang hadir, mungkin Jenn tidak menangkap kehadirannya, atau perempuan itu mungkin terlalu cuek untuk memperhatikan orang-orang yang hadir. Beberapa kali, Ethan kedapatan tersenyum tipis saat bagaimana lelaki itu mendengar Jenn berbicara.Perempuan yang lugas, apa adanya, dan penuh tantangan.Saat melihat Jenn pergi, Ethan tanpa pikir panjang lalu mengikuti diam-diam. Langkahnya dibuat tanpa suara. Karena begitu Jenn sampai di bilik toilet perempuan, ia tidak sadar saat seorang lelaki ikut masuk ke dalam dan mengunci pintu.Jenn membasuh tangan dan sedikit menyemprotkan minyak wangi ke depan tubuhnya. Saat akan touch up, ia dikejutkan dengan bayangan seorang lelaki di cermin. Ia balik badan, lalu mendapati Ethan dengan senyum lebar di wajahnya.Matanya membola, sebelum akhirnya ia kembali menguasai wajah tanpa ekspresi. Lagi."Senang bertemu lagi," ucap Ethan dengan suara berat, yang sialnya cukup enak didengar di telinga Jenn."Ngapain lo
Chelssa sudah memutari pantai tempat di mana Jenn meminta dijemput di sana. Tetapi tak ada tanda-tanda keberadaan perempuan itu. Ini sudah 4 jam sejak HP Jenn tak bisa dihubungi. Tidak biasanya begini.Supir yang ditugaskan untuk menjemput juga masih ada di tempat yang sama. Tempat teduh kesukaan Jenn ketika mobilnya harus terparkir.Chelssa hampir putus asa, ia akan menelepon Ken dan memberitahu bahwa adiknya menghilang. Tetapi belum sempat panggilan tersambung, di depannya terparkir sebuah mobil SUV keluaran terbaru dengan Jenn yang keluar dari dalamnya. Perempuan itu terlihat kacau.Rambutnya acak-acakan dengan leher yang merah-merah, ia kemeja oversize sampai menutupi setengah paha. Chelssa tersentak, sebelum tangannya ditarik untuk menjauh dengan cepat.Mobil itu tiba-tiba meledak!Tadi, sebelum keluar. Jenn menyulut satu batang rokok yang ada di atas kursi samping dan dimasukan ke bagian AC mobil.***Jenn tidak ingin ada satu orang pun yang tahu apa yang telah terjadi padanya.
"Arght, hurry up, Honey!" "No, it's too tight!" "Damn, you're so hot!"Mulut lelaki itu terus memaki dalam balutan kenikmatan. Di atas pahanya, seorang perempuan tengah naik-turun dengan tempo yang cepat.Sialan, ia tidak bisa terus bertahan seperti ini!Dicengkeramnya pinggang ramping itu, lalu menggulingkan tubuh mungil si perempuan hingga punggungnya terhempas di kasur yang empuk. Ia menunduk, berada di atas. Mengambil alih rasa dominan dari perempuannya. Ia mengisi penuh, maju-mundur dengan teratur.Bulir-bulir keringat basah di tubuh mereka yang semakin panas diiringi suara-suara berat dan lengkingan keputusasaan hendak menjemput kepuasan.Tidak! Ini terlalu sempit!Dan ... ledakan itu akhirnya terjadi. Mereka mencapai putihnya secara bersamaan.***(Masa sekarang)Jenn Angeline kembali tiba di Bali setelah 2 Minggu penuh menghabiskan waktu di Jakarta. Udara khas air laut langsung menyambut begitu kakinya menapak di pasir pantai. Angin sekitar menerbangkan helai-helai rambut co