Jenn Angeline, karirnya sebagai aktris baru mungkin membuat beberapa orang terasa iri. Hobinya yang buruk terus menghantui langkah-langkahnya ke masa yang mendatang. Serapi apa pun Ken menghapus image buruk itu, nyatanya kebenaran selalu menemukan jalannya.
Tidak ada yang bisa melarang bagaimana wanita berbaju silky glamour itu melangkahkan kakinya dengan cepat, melewati beberapa orang yang berkerumun di kawasan mall itu dengan dagu terangkat tinggi. Badannya yang ramping memudahkannya untuk menyalip tubuh orang-orang, hingga tangan lembutnya mendarat dengan baik di pipi sang aktris yang sedang diwawancara beberapa reporter.
Chelssa terlambat untuk menghalangi bagaimana tangan itu menyentuh pipi putih milik Jenn. Menghasilkan warna merah alami yang sialnya terasa panas. Semua orang terpekik, Chelssa menjerit, tapi Jenn tetap tenang.
Tak ada emosi yang tergambar dalam wajahnya. Terlalu tenang, sampai membuat beberapa orang mundur, memberi mereka ruang. Atau mungkin siap meliput untuk menjadikannya berita baru yang akan trending di Minggu ini.
Wanita itu adalah seorang istri dengan 2 anak lelaki yang mengikutinya dari belakang, memegang pinggiran baju sang ibu dengan erat. Ia adalah istri Dwitama, pemilik pertambangan. Lelaki yang menjadikan Jenn simpanannya.
"Wanita sialan!" Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari bibir Naysila.
Sebagai istri sah, tentu ia berhak untuk melakukan ini. Publik berhak tahu bahwa aktris baru yang mereka idolakan, tidak lebih adalah sampah yang senang menjadi duri dalam hubungan orang. Biarlah ia menanggung amarah Dwitama nanti tentang ini, yang terpenting adalah ia menjunjung hak-haknya sebagai seorang istri yang cintanya telah dirusak sang suami.
Jenn tersenyum miring, ia menyilangkan tangan di dada. Menyorot penampilan Naysila dari atas sampai bawah. Tidak ada yang salah, dia cantik. Hanya saja kesalahan pertamanya adalah mengusik Jenn Angeline.
"Apa maksudmu?" tanya Jenn datar.
Naysila hampir saja mendaratkan tangannya yang lain, sebelum akhirnya Chelssa maju ke depan dan menghalangi Jenn dari amukan wanita di depannya.
"Wanita sialan! Pelakor! Berapa kali kau tidur dengan suamiku?!" Pertanyaan itu diserukan dengan nada lantang.
Orang-orang di belakang mereka terkejut, tapi tidak ada yang lebih terkejut daripada Naysila sendiri. Wanita itu mundur selangkah ketika seseorang berdiri di samping Jenn dan merengkuh pinggangnya dengan posesif.
Chelssa menoleh ke belakang, ia sama terkejutnya. Tetapi kemudian ia mengingat sesuatu. Tahu siapa lelaki yang saat ini tiba-tiba muncul di samping Jenn.
"Dia tidak mengenal Dwitama." Suara berat itu berhasil mengalihkan atensi orang-orang. Matanya yang segelap arang, menyorot tajam Naysila yang kemudian terdiam dengan kaku.
Wanita itu mengapit kedua putranya dengan cepat, tak perlu banyak waktu untuk memikirkan kapan ia harus menyingkir. Karena Naysila paham lelaki seperti apa dia.
Tidak ada orang waras yang mau berurusan atau membuat masalah dengan Ethan Sam. Atau kau akan menyesal dibuatnya.
Jenn menatap lelaki itu tanpa kedip, baru sadar wajahnya adalah campuran barat dengan aksen Southern.
"Kau membutuhkanku saat ini, Angeline." Lelaki itu berbisik di telinganya. Napasnya menyentuh daun telinga Jenn dengan hangat, mengalirkan desir-desir aneh di tubuhnya.
Jenn masih diam, terlampau tenang. Wanita itu tidak ingin menunjukkan ekspresi apa pun terlebih masih ada media yang menyorot. Mungkin beberapa jam ke depan, kejadian ini akan menjadi berita di mana-mana.
Jenn Angeline yang ternyata pernah menjadi simpanan seorang Dwitama.
Ia sama sekali tak mengira bahwa hubungan terlarangnya akan terendus oleh istri sah. Selama menjalin hubungan dengan Dwitama, Jenn terlanjur nyaman. Ia suka cara ketika Dwitama memperlakukannya dengan istimewa. Jadi, tidak ada di pikirannya untuk membocorkannya pada istri sah. Jenn menyimpat rapat-rapat hubungan mereka dengan baik.
Dwitama juga bukanlah orang yang sering memberinya warning buruk. Lelaki itu tahu bagaimana caranya tetap berhubungan dengan Jenn.
Keduanya sepakat mengakhiri semuanya sekitar 2 bulan yang lalu.
Saat itu adalah malam purnama, bulan menampakkan diri dengan utuh di langit. Dikelilingi gemerlap bintang yang enggan meninggalkan.
Mereka berdua duduk bersisian di balkon apartemen milik Dwitama. Jenn menyandarkan kepalanya di bahu kokoh milik lelaki itu dengan lengan Dwitama yang mengelus rambutnya dengan lembut.
"Ini mungkin malam terakhir kita, tapi aku gak pernah menyesal memutuskan terlibat denganmu."
Saat itu Jenn masih mempunyai jadwal syuting. Filmnya belum selesai. Padatnya jadwal kadang membuatnya stress. Tetapi, dada bidang Dwitama dengan otot-otot perut yang keras selalu membuatnya kembali temukan nyaman. Ia suka ketika mengelus dan menghitung kotak-kotak itu, lalu lengannya dicekal Dwitama karena telah membangunkan sesuatu. Jenn tertawa kencang.
"Hmm, aku mungkin akan berhenti menjadi simpanan." Jawaban Jenn cukup membuat Dwitama menoleh. Lelaki itu cukup terkejut tapi berakhir menarik napas dalam.
"Jika posisinya berbeda, mungkin aku takkan melepasmu." Dwitama mencium pelipis Jenn cukup lama.
Lelaki itu suka Jenn yang manja seperti ini, menampilkan sisi wanitanya dengan sempurna. Tidak seperti istrinya, Naysila terlalu mandiri. Kadang, ia tidak membutuhkan kehadiran Dwitama di sampingnya karena selalu bisa menghandle apa pun seorang diri.
Dwitama tak menemukan sosok manja pada diri Naysila. Hubungan mereka baik, tapi tidak hangat. Ada jarak yang dibuat Naysila secara tidak sadar, dan jarak itulah yang dimanfaatkan Dwitama untuk mencari kesenangan.
Menjadi pria yang dibutuhkan seorang wanita, sebagaimana keinginannya.
"Mas, aku mungkin gak akan bisa lagi tidur di perutmu setelah ini. Jadi mungkin pas nanti aku tiba-tiba capek dengan semuanya, aku bakalan tidur atau minum sih."
Dwitama menggeleng pelan, "kamu bisa hubungi aku. Aku bisa nemenin kamu tidur, meluk sepanjang malam, supaya kamu nyenyak."
Keduanya tertawa.
Jenn memeluk Dwitama dengan erat, lalu mendaratkan ciuman tipis di rahang lelaki itu. Tak lama kemudian, suara getar HP menginterupsi keduanya.
Itu adalah HP Dwitama, ada panggilan telepon yang masuk dari istrinya. Jenn langsung sadar, ia tak boleh bersuara sedikitpun begitu Dwitama menggeser ikon warna hijau dan telepon tersambung.
"Ya."
"Aku akan pulang dua jam lagi."
"Tidurlah, jangan menungguku."
Lalu panggilan ditutup. Dwitama menipiskan bibir, ia melihat bagaimana jari-jari nakal Jenn bermain di celananya. Mulainya hanya mengelus, tetapi kemudian masuk ke dalam dan menemukan bagian dari dirinya yang sudah mengeras.
Lelaki itu menggeram pelan saat Jenn mengeluarkan miliknya, lalu tanpa aba-aba dimasukannya ke dalam mulutnya yang hangat. Dwitama mengumpulkan helai-helai rambut Jen, menariknya menjadi satu dan membenamkan miliknya sedalam mungkin di mulut wanita itu.
"Oh, terus, Sayang. Aku selalu suka."
Jenn tidak pernah mengecewakan Dwitama dengan keahliannya. Wanita itu maju mundur dengan teratur, satu tangannya memainkan buah yang menggantung, sedang lidahnya menari di pucuk kepala Dwitama.
Lelaki itu mendesis, kemudian menekan bagian belakang Jenn agar miliknya terasa sampai ujung kemudian memuntahkannya di sana.
"Telan milikku, Jenn ...."
Bulan bersinar terang di langit malam, dikelilingi gemerlap bintang yang tak mau kalah menunjukkan sinarnya. Di bawah pekatnya langit, berdiri Dwitama dengan segelas kopi panas di tangannya.Tak ada yang peduli dengan kosongnya ruang hati di dadanya. Dwitama sadar betul, ada yang aneh dengan istrinya setahun belakangan ini. Tetapi ia tidak begitu peduli awalnya, karena sibuk menjalin hubungan diam-diam dengan Jenn Angeline.Saat itu, Jenn datang padanya sebelum menjadi artis utama dalam sebuah film. Gadis itu masih mencari job sebagai figuran yang tampilnya tidak begitu sering. Mulanya hanya menjalin kerjasama antar dua pengusaha yang sama-sama ingin untung.Namun, siapa sangka keduanya malah memiliki keuntungan yang lain.Dwitama jelas menjadi yang mengawali. Bagaimana ia gencar mencari perhatian gadis 26 tahun itu. Hingga mereka sepakat untuk mempunyai hubungan terlarang itu, tentu Dwitama dari awal sudah terbuka bahwa dia adalah seorang suami sekaligus ayah dari dua orang anak kemb
Jenn dibesarkan oleh dua orang tua yang jarang ada di rumah, tapi tetap memastikan kebutuhan dan kemauannya terpenuhi. Ditambah kakaknya, Ken, adalah orang yang dipenuhi cinta yang berlimpah. Maka, beruntunglah Jenn menjadi anak dan adik yang keinginannya tak pernah dikatakan tidak.Sewaktu SMA, Jenn pernah meminta Ken untuk memutuskan pacarnya yang saat itu—menurutnya—tidak menyukai Jenn karena mereka tak saling follow di media sosial. Ken tak perlu banyak berpikir, ia langsung menyetujui.Saat memasuki semester akhir di universitas, untuk kali pertamanya, Ken dibuat bingung dengan keinginan sang adik."Kok bisa?" tanyanya dengan kening mengerut.Sedang Jenn hanya angkat bahu, "gak tahu. Kayak seneng aja."Itu kali pertama Ken tahu jika adiknya senang merebut lelaki orang lain. Entah itu pacar, ataupun suami.Sebagai seorang kakak, ia tentu menasehati bahkan mengadukannya pada orang tua. Namun, Jenn tetaplah Jenn. Ia tidak pernah suka dibantah, segala keinginannya haruslah terpenuhi.
"Jenn, bisa gak kamu jadi rumah lagi buat aku?"Rumah, ya?Satu kata yang Dwitama pikirkan selama berhari-hari. Dwitama pernah bilang, kan jika Naysila itu baik? Tapi, hubungan mereka yang buruk bahkan meski keduanya sudah diberi momongan tetap menghantuinya.Ditambah dengan kalimat 'Mariage Is Scary' yang viral di salah satu media sosial, membuatnya dapat menyimpulkan bahwa pernikahannya termasuk mengerikan. Hubungan yang dibangun tanpa komunikasi yang baik, menurut Dwitama tak lagi pantas diharapkan. Jadi, apa salahnya jika dia mencari hunian baru? Sebagai rumah tempatnya pulang?Jenn, di tempatnya masih diam. Wanita itu menyipitkan matanya sebelum benar-benar menelan menu pembukanya. Bagi Jenn, ia tidak pernah serius dalam menjalin hubungan. Ikatan semacam itu sama sekali tidak cocok dengannya.Jadi, alasan apa yang dijadikan pertimbangan oleh Dwitama untuk menjadikannya sebagai rumah?"Mas, tadi siang aku dilabrak Naysila." Jenn mengerucutkan bibir sebentar. "Di depan wartawan."D
"Arght, hurry up, Honey!" "No, it's too tight!" "Damn, you're so hot!"Mulut lelaki itu terus memaki dalam balutan kenikmatan. Di atas pahanya, seorang perempuan tengah naik-turun dengan tempo yang cepat.Sialan, ia tidak bisa terus bertahan seperti ini!Dicengkeramnya pinggang ramping itu, lalu menggulingkan tubuh mungil si perempuan hingga punggungnya terhempas di kasur yang empuk. Ia menunduk, berada di atas. Mengambil alih rasa dominan dari perempuannya. Ia mengisi penuh, maju-mundur dengan teratur.Bulir-bulir keringat basah di tubuh mereka yang semakin panas diiringi suara-suara berat dan lengkingan keputusasaan hendak menjemput kepuasan.Tidak! Ini terlalu sempit!Dan ... ledakan itu akhirnya terjadi. Mereka mencapai putihnya secara bersamaan.***(Masa sekarang)Jenn Angeline kembali tiba di Bali setelah 2 Minggu penuh menghabiskan waktu di Jakarta. Udara khas air laut langsung menyambut begitu kakinya menapak di pasir pantai. Angin sekitar menerbangkan helai-helai rambut co
Chelssa sudah memutari pantai tempat di mana Jenn meminta dijemput di sana. Tetapi tak ada tanda-tanda keberadaan perempuan itu. Ini sudah 4 jam sejak HP Jenn tak bisa dihubungi. Tidak biasanya begini.Supir yang ditugaskan untuk menjemput juga masih ada di tempat yang sama. Tempat teduh kesukaan Jenn ketika mobilnya harus terparkir.Chelssa hampir putus asa, ia akan menelepon Ken dan memberitahu bahwa adiknya menghilang. Tetapi belum sempat panggilan tersambung, di depannya terparkir sebuah mobil SUV keluaran terbaru dengan Jenn yang keluar dari dalamnya. Perempuan itu terlihat kacau.Rambutnya acak-acakan dengan leher yang merah-merah, ia kemeja oversize sampai menutupi setengah paha. Chelssa tersentak, sebelum tangannya ditarik untuk menjauh dengan cepat.Mobil itu tiba-tiba meledak!Tadi, sebelum keluar. Jenn menyulut satu batang rokok yang ada di atas kursi samping dan dimasukan ke bagian AC mobil.***Jenn tidak ingin ada satu orang pun yang tahu apa yang telah terjadi padanya.
Ethan menghadiri pers itu. Tapi karena banyak yang hadir, mungkin Jenn tidak menangkap kehadirannya, atau perempuan itu mungkin terlalu cuek untuk memperhatikan orang-orang yang hadir. Beberapa kali, Ethan kedapatan tersenyum tipis saat bagaimana lelaki itu mendengar Jenn berbicara.Perempuan yang lugas, apa adanya, dan penuh tantangan.Saat melihat Jenn pergi, Ethan tanpa pikir panjang lalu mengikuti diam-diam. Langkahnya dibuat tanpa suara. Karena begitu Jenn sampai di bilik toilet perempuan, ia tidak sadar saat seorang lelaki ikut masuk ke dalam dan mengunci pintu.Jenn membasuh tangan dan sedikit menyemprotkan minyak wangi ke depan tubuhnya. Saat akan touch up, ia dikejutkan dengan bayangan seorang lelaki di cermin. Ia balik badan, lalu mendapati Ethan dengan senyum lebar di wajahnya.Matanya membola, sebelum akhirnya ia kembali menguasai wajah tanpa ekspresi. Lagi."Senang bertemu lagi," ucap Ethan dengan suara berat, yang sialnya cukup enak didengar di telinga Jenn."Ngapain lo
"Jenn, bisa gak kamu jadi rumah lagi buat aku?"Rumah, ya?Satu kata yang Dwitama pikirkan selama berhari-hari. Dwitama pernah bilang, kan jika Naysila itu baik? Tapi, hubungan mereka yang buruk bahkan meski keduanya sudah diberi momongan tetap menghantuinya.Ditambah dengan kalimat 'Mariage Is Scary' yang viral di salah satu media sosial, membuatnya dapat menyimpulkan bahwa pernikahannya termasuk mengerikan. Hubungan yang dibangun tanpa komunikasi yang baik, menurut Dwitama tak lagi pantas diharapkan. Jadi, apa salahnya jika dia mencari hunian baru? Sebagai rumah tempatnya pulang?Jenn, di tempatnya masih diam. Wanita itu menyipitkan matanya sebelum benar-benar menelan menu pembukanya. Bagi Jenn, ia tidak pernah serius dalam menjalin hubungan. Ikatan semacam itu sama sekali tidak cocok dengannya.Jadi, alasan apa yang dijadikan pertimbangan oleh Dwitama untuk menjadikannya sebagai rumah?"Mas, tadi siang aku dilabrak Naysila." Jenn mengerucutkan bibir sebentar. "Di depan wartawan."D
Jenn dibesarkan oleh dua orang tua yang jarang ada di rumah, tapi tetap memastikan kebutuhan dan kemauannya terpenuhi. Ditambah kakaknya, Ken, adalah orang yang dipenuhi cinta yang berlimpah. Maka, beruntunglah Jenn menjadi anak dan adik yang keinginannya tak pernah dikatakan tidak.Sewaktu SMA, Jenn pernah meminta Ken untuk memutuskan pacarnya yang saat itu—menurutnya—tidak menyukai Jenn karena mereka tak saling follow di media sosial. Ken tak perlu banyak berpikir, ia langsung menyetujui.Saat memasuki semester akhir di universitas, untuk kali pertamanya, Ken dibuat bingung dengan keinginan sang adik."Kok bisa?" tanyanya dengan kening mengerut.Sedang Jenn hanya angkat bahu, "gak tahu. Kayak seneng aja."Itu kali pertama Ken tahu jika adiknya senang merebut lelaki orang lain. Entah itu pacar, ataupun suami.Sebagai seorang kakak, ia tentu menasehati bahkan mengadukannya pada orang tua. Namun, Jenn tetaplah Jenn. Ia tidak pernah suka dibantah, segala keinginannya haruslah terpenuhi.
Bulan bersinar terang di langit malam, dikelilingi gemerlap bintang yang tak mau kalah menunjukkan sinarnya. Di bawah pekatnya langit, berdiri Dwitama dengan segelas kopi panas di tangannya.Tak ada yang peduli dengan kosongnya ruang hati di dadanya. Dwitama sadar betul, ada yang aneh dengan istrinya setahun belakangan ini. Tetapi ia tidak begitu peduli awalnya, karena sibuk menjalin hubungan diam-diam dengan Jenn Angeline.Saat itu, Jenn datang padanya sebelum menjadi artis utama dalam sebuah film. Gadis itu masih mencari job sebagai figuran yang tampilnya tidak begitu sering. Mulanya hanya menjalin kerjasama antar dua pengusaha yang sama-sama ingin untung.Namun, siapa sangka keduanya malah memiliki keuntungan yang lain.Dwitama jelas menjadi yang mengawali. Bagaimana ia gencar mencari perhatian gadis 26 tahun itu. Hingga mereka sepakat untuk mempunyai hubungan terlarang itu, tentu Dwitama dari awal sudah terbuka bahwa dia adalah seorang suami sekaligus ayah dari dua orang anak kemb
Jenn Angeline, karirnya sebagai aktris baru mungkin membuat beberapa orang terasa iri. Hobinya yang buruk terus menghantui langkah-langkahnya ke masa yang mendatang. Serapi apa pun Ken menghapus image buruk itu, nyatanya kebenaran selalu menemukan jalannya.Tidak ada yang bisa melarang bagaimana wanita berbaju silky glamour itu melangkahkan kakinya dengan cepat, melewati beberapa orang yang berkerumun di kawasan mall itu dengan dagu terangkat tinggi. Badannya yang ramping memudahkannya untuk menyalip tubuh orang-orang, hingga tangan lembutnya mendarat dengan baik di pipi sang aktris yang sedang diwawancara beberapa reporter.Chelssa terlambat untuk menghalangi bagaimana tangan itu menyentuh pipi putih milik Jenn. Menghasilkan warna merah alami yang sialnya terasa panas. Semua orang terpekik, Chelssa menjerit, tapi Jenn tetap tenang.Tak ada emosi yang tergambar dalam wajahnya. Terlalu tenang, sampai membuat beberapa orang mundur, memberi mereka ruang. Atau mungkin siap meliput untuk m
Ethan menghadiri pers itu. Tapi karena banyak yang hadir, mungkin Jenn tidak menangkap kehadirannya, atau perempuan itu mungkin terlalu cuek untuk memperhatikan orang-orang yang hadir. Beberapa kali, Ethan kedapatan tersenyum tipis saat bagaimana lelaki itu mendengar Jenn berbicara.Perempuan yang lugas, apa adanya, dan penuh tantangan.Saat melihat Jenn pergi, Ethan tanpa pikir panjang lalu mengikuti diam-diam. Langkahnya dibuat tanpa suara. Karena begitu Jenn sampai di bilik toilet perempuan, ia tidak sadar saat seorang lelaki ikut masuk ke dalam dan mengunci pintu.Jenn membasuh tangan dan sedikit menyemprotkan minyak wangi ke depan tubuhnya. Saat akan touch up, ia dikejutkan dengan bayangan seorang lelaki di cermin. Ia balik badan, lalu mendapati Ethan dengan senyum lebar di wajahnya.Matanya membola, sebelum akhirnya ia kembali menguasai wajah tanpa ekspresi. Lagi."Senang bertemu lagi," ucap Ethan dengan suara berat, yang sialnya cukup enak didengar di telinga Jenn."Ngapain lo
Chelssa sudah memutari pantai tempat di mana Jenn meminta dijemput di sana. Tetapi tak ada tanda-tanda keberadaan perempuan itu. Ini sudah 4 jam sejak HP Jenn tak bisa dihubungi. Tidak biasanya begini.Supir yang ditugaskan untuk menjemput juga masih ada di tempat yang sama. Tempat teduh kesukaan Jenn ketika mobilnya harus terparkir.Chelssa hampir putus asa, ia akan menelepon Ken dan memberitahu bahwa adiknya menghilang. Tetapi belum sempat panggilan tersambung, di depannya terparkir sebuah mobil SUV keluaran terbaru dengan Jenn yang keluar dari dalamnya. Perempuan itu terlihat kacau.Rambutnya acak-acakan dengan leher yang merah-merah, ia kemeja oversize sampai menutupi setengah paha. Chelssa tersentak, sebelum tangannya ditarik untuk menjauh dengan cepat.Mobil itu tiba-tiba meledak!Tadi, sebelum keluar. Jenn menyulut satu batang rokok yang ada di atas kursi samping dan dimasukan ke bagian AC mobil.***Jenn tidak ingin ada satu orang pun yang tahu apa yang telah terjadi padanya.
"Arght, hurry up, Honey!" "No, it's too tight!" "Damn, you're so hot!"Mulut lelaki itu terus memaki dalam balutan kenikmatan. Di atas pahanya, seorang perempuan tengah naik-turun dengan tempo yang cepat.Sialan, ia tidak bisa terus bertahan seperti ini!Dicengkeramnya pinggang ramping itu, lalu menggulingkan tubuh mungil si perempuan hingga punggungnya terhempas di kasur yang empuk. Ia menunduk, berada di atas. Mengambil alih rasa dominan dari perempuannya. Ia mengisi penuh, maju-mundur dengan teratur.Bulir-bulir keringat basah di tubuh mereka yang semakin panas diiringi suara-suara berat dan lengkingan keputusasaan hendak menjemput kepuasan.Tidak! Ini terlalu sempit!Dan ... ledakan itu akhirnya terjadi. Mereka mencapai putihnya secara bersamaan.***(Masa sekarang)Jenn Angeline kembali tiba di Bali setelah 2 Minggu penuh menghabiskan waktu di Jakarta. Udara khas air laut langsung menyambut begitu kakinya menapak di pasir pantai. Angin sekitar menerbangkan helai-helai rambut co