BYURR!!!"BANGUN, PEMALAS!"Zoya terkesiap saat sesuatu yang sangat bau disiramkan padanya. Napasnya sedikit sesak mencoba meraup udara dengan benar. Bau busuk dari air yang disiramkan ke wajahnya membuat wanita itu langsung muntah."Ugh! A-apa--!""Sudah bangun?" Suara itu! Zoya yang matanya masih ditutup langsung menegakkan tubuh begitu mendengar suara wanita yang cukup familier baginya. Aileen, wanita itu kini duduk di sebuah kursi tidak jauh dari Zoya."Lepas penutup matanya!"Perintah yang Zoya dengar disambut dengan langkah kaki mendekat ke arahnya, pandangannya buram saat kain hitam itu dilepaskan darinya. Perlahan, saat pandangannya menjadi lebij jelas, Zoya bisa melihat Aileen yang duduk sambil menyilangkan kaki, kedua tangannya bersedekap dan menatap Zoya dengan pandangan menghina."Aileen! Di mana El?! Di mana putraku?! Aku sudah menuruti keinginanmu dan datang sendiri--!"Plak!!!"Ah, berisik sekali!" Zoya yang baru saja ditampar dengan sangat keras oleh pria yang membuk
Zoya berteriak saat Aileen menginjak kepala Elvio, membuat hak dari sepatunya menekan pipi Elvio hingga robek. Zoya menangis melihat pelipis putranya berdarah, lebam-lebam di wajah Elvio menutupi pipi putihnya yang biasa penuh. Meski begitu, anak itu tidak menangis. Ia hanya berkedip pelan, menatap ke arah Zoya, seolah meyakinkan sang ibu bahwa ia baik-baik saja."Beraninya ... BERANI-BERANINYA ANAK SEORANG JALANG MENERTAWAKANKU!" Aileen berteriak, pijakannya pada kepala Elvio semakin kuat. Meski begitu, tidak peduli seberapa keras Aileen menginjaknya, Elvio tidak terlihat takut. "Aileen, kumohon! Pukul aku, siksa aku saja, tolong lepaskan Elvio! Dia tidak bersalah, kamu benar ... aku yang salah, aku telah merebut kekasihmu, tapi tolong ... jangan membawa El dalam kesalahanku ...." Zoya mengiba, air matanya mengalir deras melihat darah yang merembes dari tubuh putranya.Elvio memang anak yang kuat, Zoya mengakui putranya berbeda dari anak-anak lainnya. Elvio nyaris tidak pernah menge
Sebenarnya ... cinta itu apa? Zoya bertanya-tanya sejak dulu, makna sesungguhnya dari kata 'cinta' yang sering diagungkan orang-orang. Saat kecil, Zoya pikir kemesraan orang tuanya adalah cinta, tapi mereka bercerai dan menjadi asing, bahkan pada Zoya dan Kaindra yang sebelumnya juga banyak mendengar kata-kata cinta dari mereka.Pertama kali melihat Arvin dan terpesona pada betapa tampan dan keren pemuda itu, Zoya pikir akhirnya ia mengerti apa itu cinta. Ketika pria itu tidak pulang, bahkan ketika Zoya patah hati teramat dalam akibat kesalahpahaman yang Aileen ciptakan, Zoya masih berpikir kalau seperti itulah cinta sesungguhnya."Tapi, apa bedanya cinta dan luka?" Zoya bergumam pelan, mendongak pada langit biru yang membentang luas. Zoya tidak menemukan perbedaan dari cinta dan luka, karena setiap kali ia mencoba memahami tentang cinta, maka ia pasti terluka. Mulai dari orang tuanya, Arvin, dan kini Aileen.Kenapa Aileen sampai nekat berbuat seperti itu, menyiksa orang lain, menya
Memasuki bulan ke tiga sejak Zoya tertidur, tidak ada perubahan berarti dengan kondisi wanita itu. Elvio yang menerima luka fisik paling banyak bahkan sudah dinyatakan sembuh total hari ini. Kecepatannya dalam memulihkan diri membuatnya memiliki julukan 'anak ajaib' dari para dokter. Pasalnya, Elvio juga pernah mengalami luka parah di kepala sebelumnya dan harus melewati operasi yang rumit, tapi ia bangun dan kembali beraktivitas normal seminggu kemudian."Semua orang bilang bangga karena aku sembuh lebih cepat dari anak-anak lain pada umumnya, lho! Kalau Mama bangun, pasti akan mengatakan hal yang sama, kan?" Sekarang, Elvio yang mendapat julukan sebagai anak ajaib itu sedang duduk di sisi ranjang Zoya dan memegang tangan sang ibu. Meski suaranya terdengar ceria, juga senyum di bibirnya tidak pernah lepas, air mata tetap mengalir di pipi anak itu."Oh ya, aku sudah nggak ke sekolah lagi, pendaftaran untuk masuk SD harus ditunda karena Papa bilang untuk sembuh total dulu. Mama juga m
Setelah mengantarkan Elvio pulang, menungguinya mandi dan mengganti pakaiannya, Arvin kembali ke rumah sakit. Pria itu juga juga sudah memastikan Kaindra ada di rumah dan mewanti-wantinya agar tidak mengalihkan pandangan dari Elvio.Kembali ke bangunan besar yang akhir-akhir ini selalu didatanginya, Arvin menghela napas berat. Memasuki lobi, pemuda itu langsung menuju resepsionis dan menanyakan tentang salah satu dokter bedah yang merupakan ibu kandung Zoya."Saat ini dokter Vanya sedang melakukan operasi dan akan selesai sekitar empat jam lagi. Kalau Anda ingin bertemu, saya akan berikan nomor telepon pribadinya."Kata-kata petugas administrasi di hadapannya membuat Arvin mengeratkan rahang. Seharusnya tidak boleh memberitahukan jadwal dan keberadaan seseorang tanpa membuat janji terlebih dahulu, apalagi sampai memberikan nomor telepon pribadi.Arvin yakin Vanya sudah memberitahu pada setiap dokter dan perawat di rumah sakit ini untuk langsung memberikan nomor teleponnya saat Arvin b
Tidak ada yang salah dari kata-kata Arvin. Meski lelaki itu tidak tahu dan mungkin tidak akan mengerti alasan Narendra membiarkan anak-anaknya berada dalam pengasuhan orang tuanya. "Aku akan memegang janjiku, Tuan Kalandra. Terima kasih sudah memberikan izin padaku. Apa aku bisa memulainya dari malam ini?" Vanya mengerjap penuh harap, rasa rindu dan keinginan kuat untuk bicara pada putrinya membuat dadanya bergemuruh.Arvin menggeleng. "Sudah sangat larut sekarang, sebaiknya kau pulang dan beristirahat. Biar aku yang menjaga Lovania malam ini." Meski sedikit kecewa, tapi Vanya memahami maksud baik pria di hadapannya. Ia telah melihat bagaimana Arvin tenggelam dalam tangis dan selalu tampak kosong setiap kali berpapasan dengannya. Tapi, tidak sekali pun pria itu menunjukkan kesedihan dan kekosongannya di depan Elvio. Vanya sempat berandai-andai ketika melihat bagaimana Arvin tetap menjaga putranya dengan baik dan memeluknya lembut. Kalau saja Narendra memiliki sedikit saja rasa cint
Wanita itu, yang memiliki nama asli Threya Varsya merupakan seorang yatim piatu yang sejak kecil sudah dididik untuk menjadi seorang pembunuh. "Aku melewati masa kecil hingga remajaku dalam pelatihan intens dan misi ke berbagai negara, tentu saja untuk membunuh seseorang." Vanya menghela napas, menatap mesin-mesin yang menopang kehidupan putrinya sebelum melanjutkan kata-katanya. "Misiku selalu sukses, Love, aku dikenal sebagai Perempuan Seribu Wajah yang telah berhasil membunuh ratusan orang penting. Ada banyak darah di tangan ibumu ini, Lovania, sangat banyak sampai aku takut untuk menyentuh kalian yang berharga dengan tangan kotorku." Threya Varsya tidak hanya mendapat julukan Perempuan Seribu Wajah, tapi banyak juga yang memanggilnya Black Magician hanya karena wanita itu tidak pernah tertangkap atau tercium keberadaannya. Varsya adalah pembunuh paling sempurna yang pernah diciptakan organisasi."Lalu, suatu hari, ada petunjuk tentang orang tua kandungku. Aku baru mengetahui jik
Langitnya menghilang, begitu pun laut di bawah kakinya. Zoya menoleh ke arah air terjun yang juga perlahan memudar dan menyayangkan saat taman di sisi kirinya juga turut menghilang. Zoya hanya bisa melihat kabut putih di sekitarnya kini, mirip seperti ruang hampa di mana tidak ada yang bisa dilihat maupun didengar. Wanita itu juga tidak duduk di kursi, tubuhnya berdiri di tengah ruang putih tak terbatas."Apa aku bisa berjalan sekarang?" Zoya bergumam sembari mulai melangkah ke depan, entah bagaimana tidak ada kekhawatiran akan menabrak sesuatu yang tidak terlihat di depan. Perjalanannya jauh dan Zoya tidak tahu kapan ia harus berhenti atau sampai di tempat tujuan, tapi sama seperti saat ia duduk di kursi sebelumnya, tubuhnya tidak mau berhenti berjalan meski Zoya ingin berhenti."Aku benar-benar akan ke akhirat?" Zoya berguman entah untuk yang ke berapa kali, keningnya mengernyit setelah beberapa saat. "Kenapa aku bisa ada di sini, ya?" Pikiran wanita itu kosong, jangankan menging