Selama tujuh tahun melarikan diri dari luka-lukanya, Zoya tidak pernah berpikir akan kembali ke tempat di mana luka itu berasal. Waktu berlalu dengan sangat cepat. Rasanya Zoya baru saja meninggalkan rumah ini kemarin, tapi ternyata tujuh tahun berlalu begitu saja, anehnya tidak ada yang berubah di sini.Ya, Zoya resmi kembali ke kediaman utama Kalandra hari ini, bersama Elvio dan Arvin yang akhirnya juga bisa kembali fokus di perusahaan pusat. Beberapa hari terakhir Zoya memikirkan sikap apa yang harus ia ambil, kata-kata apa yang harus ia sampaikan dan kesan seperti apa yang harus ditunjukkan saat kembali ke kediaman utama Kalandra. Zoya sudah siap dengan pandangan tidak senang mau pun bisik-bisik ketidakpuasan para pekerja di rumah itu."Selamat kembali ke rumah, Nyonya." Sambutan hangat dari pria yang cukup renta di hadapannya membuat Zoya mengerjap, sedikit tidak siap dengan sikap sopan para pekerja yang diketuai oleh kepala pelayan. Mereka melakukan pekerjaan dengan baik, meny
Zoya terbangun saat mendengar gedoran di pintu kamarnya disertai panggilan keras dari Elvio. Entah apa yang sedang terjadi hingga anak yang selalu bersikap sopan, tiba-tiba memanggil dengan keras seperti itu. Wanita itu menguap sembari berjalan pelan menuju pintu.“Kenapa kamu teriak-teriak--!”“MAMA, PESAWATKU KETINGGALAN!!!”Zoya mengerjap saat Elvio berteriak sambil menangis, air matanya mengalir deras dan merah di bawah matanya menunjukkan jika anak itu sudah menangis cukup lama.“Coba tenang dulu, El.” Zoya langsung mengusap air mata di pipi Elvio sebelum meraihnya ke dalam gendongan. Wanita itu membawa putranya masuk ke kamar.“Ada apa?” Arvin yang juga terbangun sejak mendengar tangisan Elvio, bertanya seraya meregangkan tubuhnya yang sedikit kaku. Pria itu berjalan menuju kulkas kecil di sudut ruangan, meraih satu botol air mineral dan membawanya mendekat pada Zoya.Zoya menurunkan Elvio di sofa, menerima uluran air mineral dari Arvin dan menyodorkannya pada Elvio. “Minum dulu
Elvio hampir melemparkan miniatur Menara Eiffel yang sedang dilihatnya, kalau saja tidak cepat melihat jika yang baru saja mengagetkannya adalah seorang pria tua yang siang tadi menyambut kedatangannya di pintu.“Ah, maafkan saya jika membuat Anda terkejut, Tuan Muda.” Hannes membungkuk saat menyadari kesalahannya. “Nama saya Hannes, kepala pelayan di kediaman utama Kalandra. Saya sungguh memohon maaf atas kelancangan saya yang tiba-tiba mengganggu waktu Anda,” ucapnya tulus.Elvio berdeham, sedikit kikuk saat seseorang yang ia yakin tidak jauh berbeda usianya dari Narendra, sedang membungkuk padanya. “Aku tidak terkejut, jadi jangan berlebihan,” ucapnya acuh.Hannes sedikit tersentak, tapi segera tersenyum lembut. Ia kembali menegakkan tubuhnya dan menatap hangat pada Elvio. “Ruangan ini baru kami modifikasi dan siapkan secara terburu-buru sejak Tuan bilang akan membawa putranya ke sini beberapa bulan lalu. Kami mohon maaf jika masih banyak yang kurang karena ada beberapa barang yang
Elvio mendengarkan bisikan Hannes yang perlahan semakin jauh dan tidak lagi terdengar saat mereka benar-benar memasuki ruang makan. Ruangan yang terlalu megah dan besar bagi Elvio, termasuk meja makan panjang yang mungkin bisa digunakan untuk dua puluh orang lebih. Tapi, fungsi ruang makan ini sepertinya memang dibuat untuk menjamu para tamu juga, jadi Elvio tidak bisa protes. “Bagaimana jalan-jalannya?” Zoya bertanya setelah Elvio duduk di kursinya, tepat di sisi kiri Arvin. Elvio yang sempat khawatir para pelayan akan mulai menghidangkan makanan, sedikit menghela napas lega saat semua makanannya ternyata sudah tertata di atas meja. Entah Elvio yang terlalu lama bermain hingga makanannya sudah dihidangkan sebelum kedatangannya atau benar seperti yang Hannes katakan tadi, bahwa tidak akan ada yang membuatnya tidak nyaman di rumah ini. Hanya saja … kenapa? Elvio tidak mengerti kenapa mereka memperlakukannya dengan baik padahal belum pernah bertemu dengan Elvio sebelumnya. “Aku nggak
Zoya tercekat, tahu dengan pasti apa yang Arvin maksud dengan mental yang tidak baik-baik saja. Bagaimana Zoya harus menanggapi masalah ini saat ia sendiri tidak tahu bagian mana dari mental anaknya yang terganggu? "Bisa kamu katakan lebih jelas? Aku tidak melihat sesuatu yang salah dari El," ucap Zoya setelah berhasil menenangkan diri. "Ya, tentu saja, dia selalu baik-baik saja jika bersamamu atau Mia. Sejak penculikan itu, Gavin tidak bisa berdekatan dengan wanita, tapi dia baik-baik saja dengan anak-anak seusianya. Gejalanya terlihat saat Gavin sudah sadar setelah kejadian itu, ketika perawat mendekat untuk memeriksa kondisinya, Gavin gemetar ketakutan, dia kesulitan bernapas sebelum perawat itu menjauh darinya." Penjelasan Arvin membuat tubuh Zoya gemetar, membayangkan putranya menderita hanya dengan mengingat bagaimana Aileen menyiksanya membuat Zoya menangis, rasa bersalahnya kembali bercokol dan menyesakkan dadanya. Padahal selama Zoya dirawat di rumah sakit, Elvio sering men
"Adik? Apa maksudmu dengan adik, Frey?" Pertanyaan itu diajukan oleh Zoya yang baru saja turun dan tidak sengaja mendengarkan obrolan mereka. Ia juga tidak menyangka Mia akan datang bersama Freya, lalu apa katanya tadi, Mia habis main dari rumah Freya? "Kamu bilang ingin mengurus sesuatu, makanya kami pulang duluan, tapi apa maksudnya ini?" Zoya kembali bertanya pada Mia yang tampak kikuk di tempatnya. "Kamu hamil?""Tidak, mana mungkin!" Mia menggeleng tegas, jawabannya yang terlalu keras membuat Freya dan Elvio sedikit tersentak. "Ah, maaf, Tante tidak bermaksud membuat kalian terkejut. Bagaimana jika kalian main dulu? Kak El mau menemani Freya bermain, kan?"Elvio yang cepat memahami situasi langsung mengangguk, menggenggam tangan Freya dan melambai pada Mia dan Zoya, membawa sepupunya menjauh.Sepeninggal Elvio dan Freya, Mia yang tahu jika Zoya membutuhkan penjelasan segera menghampirinya. "Ayo bicara di tempat yang lebih tenang, Lova."Zoya menghela napas, berusaha menghilangk
Sepeninggal Zoya, terjadi keheningan yang pekat antara Arvin dan Mia. "Lalu, bagaimana sekarang?" Arvin bertanya dengan suara dingin, menatap datar adiknya yang sedang menunduk."Bagaimana apanya? Ya tidak bagaimana-bagaimana, karena sejak dulu juga aku dan tuan muda tidak memiliki hubungan apa-apa." Mia menjawab pertanyaan kakaknya tanpa mengangkat wajah, suaranya gemetar meski ia berusaha tersenyum. "Kalau begitu, aku ke kamar dulu, Kak. Aku belum tidur dari kemarin."Mia bangkit dari duduknya dan langsung pergi tanpa mendengar jawaban dari sang kakak. Wanita itu memang sudah pulang ke kediaman utama Kalandra saat hasil tes DNA keluar dan mengambil semua haknya di rumah ini, termasuk kamar masa kecilnya yang direnovasi ulang dan dua pelayan pribadi yang kebetulan juga merupakan para pelayannya saat masih anak-anak. Memasuki kamar di samping kamar utama, Mia yang telah mengusir dua pelayannya untuk tidak mengganggunya sebelum Zoya datang, langsung mengunci kamar dan terduduk di lan
Kata-kata Grace membuat Arvin mundur, perlahan kembali ke ruang kerjanya dan mengunci diri. Tidak ada satu pun kata-kata Grace yang salah. Arvin sekarang mengerti dengan baik rasanya saat seseorang yang berharga baginya disakiti seseorang. Seandainya dulu Arvin mendengarkan Grace dengan benar, apa ia akan memiliki kesempatan untuk menghapus sedikit saja kesedihan Zoya?Padahal Arvin juga telah melukai dan mengabaikan Zoya, membuat wanita itu salah paham dan merasa tidak dicintai, tapi beraninya Arvin ingin memukul Kaindra yang juga melakukan hal yang sama pada adiknya? Mungkin saja yang terjadi pada Mia saat ini adalah salah satu balasan untuk Arvin. Seandainya sejak dulu Arvin tidak terpedaya oleh Aileen dan memperlakukan Zoya seperti keinginannya, memberikan semua cinta yang tidak pernah wanita itu dapatkan, Arvin mungkin akan bertemu Mia lebih cepat dan situasi di mana perasaan Mia yang terlanjur terlalu dalam pada Kaindra bisa dicegah meski sedikit."Aku benar-benar orang brengse