Share

Rasa Aneh

Penulis: El khiyori
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-25 22:47:39
Tatapan mata Morgan seketika berkilat karena amarah. Tangannya beralih mencengkeram leher Serena.

"Jadi kau ingin mati?!"

Diperlakukan seperti itu Serena sama sekali tak melawan meski rasa sakit mulai datang menghampiri. Hanya lelehan bening dari sudut matanya yang mewakili kehancurannya saat ini.

Ia sedih karena tak bisa bertemu dengan orang-orang yang baik seperti saat kedua orangtuanya masih hidup. Ia lelah selalu ditindas oleh orang lain. Menurutnya kematian adalah yang paling bisa menyelamatkannya saat ini.

Wajah Serena semakin pucat. Ia pikir Morgan akan benar-benar menghabisinya malam ini, tapi ternyata dirinya salah. Dengan tiba-tiba kedua tangan Morgan justru beralih merengkuh tubuhnya dan mendekapnya dengan erat.

Tak ada apapun yang dikatakan pria itu, namun pelukannya terasa hangat. Kedua tangan Serena pun perlahan terangkat, membalas apa yang Morgan lakukan terhadapnya. Saat ini ia memang sangat membutuhkan perlakuan seperti itu.

Tak lama tubuhnya pun diangkat m
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
keren banget alur ceritanya thor .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Perilaku Aneh

    "Sial, kenapa aku malah memikirkannya," gerutu Morgan sambil meremas gelas di tangannya. Ini adalah pertama kalinya ia merasa gelisah hanya karena seorang wanita. Morgan tentu tak ingin mengakui hal itu. Ia masih yakin dan berpegang teguh pada keyakinannya. Serena hanya tempat ia menyalurkan hasrat, tidak lebih. Berharap kegelisahannya bisa hilang, Morgan pun memilih menunju ke shooting range pribadi miliknya. Ruangan tempat ia melampiaskan segala emosi yang menyesakkan dengan mengarahkan tembakan pada target di depan sana. Cukup lama ia berada di tempat itu, namun saat kembali terdiam ingatannya masih saja tertuju pada Serena. "Sial," umpat Morgan yang kemudian menyerah. Pada akhirnya ia memutuskan untuk pulang setelah kembali memeriksa sang ibu di kamarnya. Maxime yang baru saja memejamkan mata sampai terlonjak saat Morgan menepuk bahunya. "I _ iya Tuan .... " "Antar aku pulang sekarang!" titah Morgan tak terbantahkan. Meski merasa heran, Maxime hanya bergegas mengikuti

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Tawanan Hati sang Penguasa    Gengsi

    Setelah mencium aroma minyak penghangat, mata Serena mulai terbuka. Tanpa sadar Morgan sampai melotot saat menantikan wanita di hadapannya benar-benar sadar, alhasil ia harus menerima teguran yang membuatnya buru-buru mencari alasan untuk melindungi harga dirinya. "Aku hanya tak suka jika sampai ada orang yang mati di ranjangku!!" Itulah jawaban yang Morgan berikan saat Serena mempertanyakan alasan dirinya terus menatap ke arah wanita itu. "Dasar sinting," gumam Serena. Apa yang baru saja ia katan sontak membuat semua orang yang masih berdiri di sekitarnya menjadi ketakutan. Bagaimana tidak, selama ini tak pernah ada yang berani berkata seperti itu kepada Morgan. Morgan yang sadar jika ucapan Serena sudah melebihi batas hanya tersenyum miring. "Kalian semua keluarlah!" titahnya kemudian. Tidak ada bentakan namun suara pelan penuh penekanan itu mampu membuat bulu kuduk merinding. Kini di dalam kamar hanya tinggal Serena dan Morgan. Masih tak ada pergerakan yang pria itu laku

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-30
  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bertemu Masa lalu

    Morgan tersenyum samar mendengar jawaban Serena. Sejauh ini ia masih menganggap Serena adalah wanita yang sama, 'rendahan' tapi anehnya ia tak ingin melepaskan wanita itu. Ada rasa asing yang belum pernah ia rasakan. Di lain tempat, Julie dan Sean tengah mempersiapkan ulang tahun Lusie. Wanita yang usianya lebih dari setengah abad itu akan merayakan ulangtahunnya di tengah-tengah kemewahan. Beberapa tamu undangan dari kelas atas turut hadir, mengingat status Julie yang memang cukup populer di kalangan pebisnis. Morgan dan keluarganya ternyata juga masuk dalam daftar party mewah itu. Awalnya Morgan tak ingin peduli pada hal-hal yang ia anggap tak terlalu penting, namun karena malam ini Serena akan berada di sana, menurutnya akan cukup menarik. Tanpa mengatakan apapun pada Serena Morgan akan duduk diantara tamu undangan. Ia juga sudah membantu wanita itu untuk mendapatkan akses masuk. Malam semakin merayap. Para undangan sudah mulai memasuki hole sebuah hotel mewah yang berada

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-31
  • Tawanan Hati sang Penguasa    Luka Lama

    Kaki Serena terus melangkah cepat mencari jalan untuk keluar dari. Ia mulai panik saat mendengar ada suara langkah kaki yang mengikuti di belakangnya dan ternyata benar. Sean mengikutinya. Begitu jarak diantara mereka sudah berdekatan, pria itu langsung menarik tangan Serena hingga membuat mereka berada di posisi saling berhadapan. "Kau sengaja melakukan ini?" desis Sean tanpa melepaskan cengkeraman tangannya. "Kenapa? kau tidak suka?" tantang Serena yang kini juga membalas tatapan mata Sean. "Apa tujuanmu?!" Pertanyaan Sean kali ini membuat Serena tertawa. "Mengacaukan hidupmu, apalagi .... " jawab Serena kemudian di tengah-tengah tawanya. Mata Sean masih terus menatap Serena. Ia akui, istri yang sudah ia khianati habis-habisan itu sekarang jauh lebih cantik. Mendadak ia menjadi penasaran dan ingin merasakan sentuhannya. "Tak kusangka, sekian lama kita berpisah, kau masih saja mencari perhatianku." Ucapan Sean kali ini membuat dahi Serena berkerut. Ia hendak menghemp

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Tawanan Hati sang Penguasa    Sikap Morgan

    Begitu dokter selesai memberikan tindakan, Morgan langsung datang menghampiri. "Serena ... kau bisa mendengarku kan?" Mendengar itu Serena perlahan membuka mata. Bibirnya tersenyum tipis lalu bertanya, "kau masih di sini?" "Ya ...." jawab Morgan singkat diikuti ekspresi salah tingkah. "Kalau kau lelah pulanglah! aku baik-baik saja!" ujar Serena yang membuat kedua mata Morgan mendelik seketika. "Jangan mengaturku!! aku tidak suka!!" ketusnya sambil menyeret sebuah kursi lalu menariknya ke dekat ranjang tempat Serena terbaring. "Aku tidak mengaturmu, aku hanya khawatir kau akan kelelahan," ucap Serena lembut. "Khawatir ... kaulah yang mengkhawatirkan, bukan aku!!" Morgan kembali bersuara ketus tapi kali ini justru membuat Serena tersenyum. Ia masih ingat kata-kata manis Morgan beberapa saat yang lalu, lagi-lagi itu membuat Serena tersenyum. "Apa yang kau tertawakan Serena? Wajahmu babak belur jadi jangan terlalu banyak tertawa." "Maaf Tuan Morgan yang baik hati," sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-04
  • Tawanan Hati sang Penguasa    Semakin Manis

    Dua hari lamanya Serena dirawat di rumah sakit. Selama itu pula Morgan selalu berada di sisinya. Membuat Serena merasa senang. Hari pertama berada di mansion, Morgan juga melakukan sesuatu yang tak biasa. Saat Serena keluar dari kamar mandi, pria itu sudah membawa nampan berisi sarapan yang ia letakkan di atas nakas. "Ini sarapanku?" tanya Serena memastikan. "Hmm .... " jawab pria yang kini tengah sibuk dengan tab di tangannya. "Padahal aku bisa makan di meja makan, tak perlu diantar kemari." Mendengar ucapan Serena kali ini barulah Morgan mengalihkan pandangannya ke arah wanita itu. Tatapannya tajam, tak ada senyum sama sekali di bibirnya. "A _ ada apa? kau jangan selalu menatapku seperti itu, kau membuatku takut." Serena berucap lirih di tengah degupan jantungnya. "Kalau begitu bisakah kau mengucapkan terimakasih?! hargailah apa yang kulakukan padamu!!" "Ah iya maaf, terimakasih untuk sarapannya," sahut Serena cepat. Tapi ternyata Morgan tak membiarkannya begitu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05
  • Tawanan Hati sang Penguasa    Rasa Yang Tak Bisa Ditepis

    Jatuh cinta, itulah yang Morgan rasakan saat ini. Membuat semua orang bertanya-tanya karena raut wajahnya yang sangat berbeda. "Morgan, kau mendengarku!!" bentak Vincent de Calister yang merupakan ayah kandung Morgan. "Hmm .... " Hanya itu jawaban yang Morgan berikan. Membuat sang ayah semakin penasaran. "Sebenarnya apa yang membuatmu senang hari ini? apa Ibumu kembali bisa melihat dengan jelas?" Mendengar itu, bibir kemerahan alami yang semula tersenyum tipis kini berubah.Ekspresinya pun menjadi dingin. "Asal Ayah tahu, ibu mungkin tak bisa melihat dengan jelas. Tapi ia jauh lebih cerdas dari Ayah, jika tidak, Ayah pasti sudah berhasil menceraikannya." "Tutup mulutmu bedebah kecil!! ingatlah, keselamatan wanita itu ada di tanganmu!!" bentak Vincent yang sama sekali tak mempedulikan perasaan Morgan. Seolah-olah ia tak pernah menganggap anak lelakinya itu ada. Hanya anak istri mudanya yang ia pedulikan, Rainer. Sayangnya Rainer yang polos justru sangat peduli pada Morgan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-07
  • Tawanan Hati sang Penguasa    Baby Girl

    Tak ada yang Morgan katakan, ia hanya menatap dalam-dalam wajah cantik Serena sebelum membawa wanita itu ke dinding, membalik tubuhnya agar menghadap ke sana lalu menciumi punggung semulus porselen yang memang dibiarkan terbuka. "Morgan .... " Lenguhan itu menjadi pertanda bahwa Serena menikmati apa yang Morgan lakukan terhadapnya saat ini. Disusul gigitan kecil di telinga dan lehernya, yang membuat tubuh Serena mulai meliuk. Menggoda pria di belakangnya agar berbuat lebih. Gaun satin berwarna maroon yang melilit tubuh seksi Serena kini sudah tersingkap ke atas. Tanpa diminta, kaki jenjang berbalut high heels hitam itu sudah terbuka, memberikan akses pada Morgan untuk kembali menyentuhnya. Satu hal yang Serena tak pernah tahu. Selama ini Morgan selalu membubuhkan serbuk pil anti kehamilan yang sudah dicampur ke dalam minumannya, tapi mulai hari ini hal itu tak lagi dilakukan. Suara hati Morgan mulai bermain di tengah ambisinya. Ia ingin memiliki Serena seutuhnya meski belum b

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-07

Bab terbaru

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Posesif

    Serena duduk di kamar seorang diri. Ia sengaja tak mengunci pintu, berharap Morgan segera masuk ke sana tapi ternyata hasilnya nihil. Pria itu sama sekali tak menampakkan batang hidungnya, membuat hati Serena kian kesal."Bukannya dia pernah bilang kalau akan membantuku mencaritahu apakah Sean terlibat dalam peristiwa yang terjadi pada ayah dan ibu, tapi apa ... sekarang yang ada aku malah disuruh melupakan semuanya. Dasar pembohooonggg!!""Siapa yang kau sebut pembohong. Aku tidak berbohong, aku hanya tak ingin melibatkanmu," sahut Morgan yang tiba-tiba saja sudah duduk di belakang Serena."Kenapa kau kemari?" tanya Serena ketus."Untuk menenangkan kelinci manisku yang sedang marah. Kemarilah Serena, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu!"Morgan menyentuh tangan Serena. Awalnya Serena ingin menepis sentuhan itu, namun dengan cepat tangan Morgan menangkap jemarinya dan meremasnya lembut."Apa yang ingin kau tunjukkan?" tanya Serena pada akhirnya."Sean Anderson, sebelum bersamamu dia

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Omelan Serena yang menakutkan

    Keesokan harinya Morgan membawa Serena keluar dari mansion. Mereka menuju ke suatu tempat yang indah. Melihat Serena nampak begitu senang ternyata menumbuhkan kebahagiaan di hati Morgan. Ia terus memandangi Serena yang berlarian ke sana kemari menikmati sapuan ombak yang mengenai kakinya. Pantai tempat mereka saat ini begitu tenang. Tak ada siapapun di sana karena saat ini mereka berada di pulau pribadi milik Morgan. Disaat Serena berhenti, barulah Morgan mendekat. Memeluk pinggang wanita itu dari belakang dan menyingkap rambut panjangnya lalu menciumi tengkuknya dengan lembut. "More ... jangan lakukan itu," ucap Serena saat tubuhnya mulai meremang karena apa yang Morgan lakukan. "Kenapa tak boleh melakukannya hmm?" sahut Morgan masih sambil menikmati kelembutan kulit leher Serena. "Ini di luar," jawab Serena yang mulai kesulitan mengontrol diri karena sesuatu di dadanya juga mulai disentuh dengan lembut. "Tapi tempat ini adalah milikku, tak ada yang berani masuk kemari kec

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Kerinduan

    Mendengar pintu diketuk membuat Serena menghentikan aktivitas yang tengah ia lakukan. Tangannya membuka pintu perlahan lalu tersenyum ke arah pria yang sudah berdiri di ambang pintu. "Hei, kau sudah pulang?" sambut Serena sambil beringsut mundur, memberikan jalan agar Morgan ikut masuk ke ruangannya yang dipenuhi botol-botol parfum dengan berbagai bentuk, tapi ternyata Morgan tidak nampak senang, bibirnya justru cemberut. "Apa hanya begitu?" tanya Morgan saat sudah sampai di dalam. Ia duduk di atas meja dengan kedua tangan bersedekap di dada, sementara matanya menatap dalam ke arah Serena, membuat wanita itu menjadi kebingungan. "Apanya yang hanya begitu?" tanya Serena kemudian. Matanya membalas sorot mata setajam elang milik pria beralis tebal yang saat ini memperlihatkan kekecewaannya. Morgan memang tengah merasa kecewa lantaran mengira Serena akan menyambut kedatangannya dengan cara mencium dan mencumbunya dengan mesra. "Oh ayolah Morgan ... apa yang kau pikirkan?" Serena

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Rahasia Senyuman

    Tepat saat Amber tiba di sana, Vincent baru keluar dari kamar Lucia. Tak mampu lagi menahan emosi, wanita itu langsung memukuli dada suaminya dan memberinya tamparan cukup keras. "Kendalikan dirimu Amber!!" seru Vincent sambil menahan kedua tangan istrinya. "Apa hah?! kau bilang dia hanya wanita tua yang tak menarik bagimu, tapi ternyata kau masih bisa melakukan itu padanya!!" balas Amber dengan tatapan tajam. "Melakukan apa maksudmu?" Vincent masih berakting dan pura-pura bodoh, membuat Amber semakin muak melihatnya. "Kau ... masih bisa berkata begitu?! Wanita itu mengirimkan rekaman vidio kalian ke ponselku. Anakmu masih kedinginan di luar sana, tapi hasratmu masih saja tak bisa kau tahan, dasar binatang!!" Amber kembali memaki sebelum akhirnya ia menerobos masuk ke kamar Lucia dan mengarahkan senjata api ke arah wanita itu. Beruntung saat jari Amber menarik pelatuknya, Vincent berhasil menahan dan mengarahkan bidikan ke tempat lain. Satu bingkai lukisan berukuran besar

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Menggemaskan

    "Emm ... maksudku ... kenapa kau harus bekerja juga di malam hari?" tanya Serena gugup. "Karena aku diminta menghabisi seseorang." Serena hampir tak bisa bernapas begitu mendengar jawaban pria yang masih menatapnya dengan tatapan dingin di depan sana. "Menghabisi seseorang? i _ itu kenapa harus dilakukan?" Bukannya memberikan jawaban lagi-lagi Morgan malah menertawakan. "Aku bercanda, kenapa kau selalu menanggapi ucapanku dengan serius begitu?" celetuk Morgan yang membuat Serena bersungut-sungut kesal. Tak ingin wanitanya semakin marah akhirnya Morgan mendekat. Memeluk pinggang Serena dari belakang lalu meminta maaf. "Apa harga diri seorang Morgan Calister tak akan runtuh jika meminta maaf seperti ini?" Serena sengaja menyindir, mengingat sikap Morgan di awal yang tak memiliki perasaan sama sekali. Tapi ternyata Morgan tak bergeming. Sambil menenggelamkan wajahnya di cetuk leher Serena pria itu memberikan jawaban, "asalkan orang itu adalah kau, jangankan harga diri,

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Semakin Ingin Mengenal

    "Serena, apa kau tak merasakan adanya kejanggalan pada peristiwa itu?" "Maksudmu?" sahut Serena. "Sean ... apa kau tak pernah berpikir jika apa yang terjadi pada orang tuamu ada hubungannya dengan Sean?" Serena terdiam. Ia sungguh tak pernah berpikir sampai ke sana. Entah karena perasaannya terhadap Sean atau karena dia memang benar-benar bodoh setelah terus menerus menerima doktrin dari ibu mertuanya. Melihat Serena nampak berpikir keras, Morgan merasa tak tega. "Hei ... apa yang kau pikirkan? lupakan saja, mungkin aku terlalu berlebihan karena sangat cemburu pada Sean," ucap Morgan pada akhirnya. Tangannya kembali mengusap lembut pipi Serena. "Apa yang kau cemburukan darinya?" sahut Serena. "Kau pernah mencintai pria itu dengan begitu dalam. Jujur saja, aku belum pernah diperlakukan seperti itu oleh wanita." "Sekarang kau sudah merasakannya. Aku mencintamu Morgan, meski memang masih membatasi diri, hatiku sungguh untukmu. Aku hanya takut kembali merasakan sakit yang m

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Baby Girl

    Tak ada yang Morgan katakan, ia hanya menatap dalam-dalam wajah cantik Serena sebelum membawa wanita itu ke dinding, membalik tubuhnya agar menghadap ke sana lalu menciumi punggung semulus porselen yang memang dibiarkan terbuka. "Morgan .... " Lenguhan itu menjadi pertanda bahwa Serena menikmati apa yang Morgan lakukan terhadapnya saat ini. Disusul gigitan kecil di telinga dan lehernya, yang membuat tubuh Serena mulai meliuk. Menggoda pria di belakangnya agar berbuat lebih. Gaun satin berwarna maroon yang melilit tubuh seksi Serena kini sudah tersingkap ke atas. Tanpa diminta, kaki jenjang berbalut high heels hitam itu sudah terbuka, memberikan akses pada Morgan untuk kembali menyentuhnya. Satu hal yang Serena tak pernah tahu. Selama ini Morgan selalu membubuhkan serbuk pil anti kehamilan yang sudah dicampur ke dalam minumannya, tapi mulai hari ini hal itu tak lagi dilakukan. Suara hati Morgan mulai bermain di tengah ambisinya. Ia ingin memiliki Serena seutuhnya meski belum b

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Rasa Yang Tak Bisa Ditepis

    Jatuh cinta, itulah yang Morgan rasakan saat ini. Membuat semua orang bertanya-tanya karena raut wajahnya yang sangat berbeda. "Morgan, kau mendengarku!!" bentak Vincent de Calister yang merupakan ayah kandung Morgan. "Hmm .... " Hanya itu jawaban yang Morgan berikan. Membuat sang ayah semakin penasaran. "Sebenarnya apa yang membuatmu senang hari ini? apa Ibumu kembali bisa melihat dengan jelas?" Mendengar itu, bibir kemerahan alami yang semula tersenyum tipis kini berubah.Ekspresinya pun menjadi dingin. "Asal Ayah tahu, ibu mungkin tak bisa melihat dengan jelas. Tapi ia jauh lebih cerdas dari Ayah, jika tidak, Ayah pasti sudah berhasil menceraikannya." "Tutup mulutmu bedebah kecil!! ingatlah, keselamatan wanita itu ada di tanganmu!!" bentak Vincent yang sama sekali tak mempedulikan perasaan Morgan. Seolah-olah ia tak pernah menganggap anak lelakinya itu ada. Hanya anak istri mudanya yang ia pedulikan, Rainer. Sayangnya Rainer yang polos justru sangat peduli pada Morgan

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Semakin Manis

    Dua hari lamanya Serena dirawat di rumah sakit. Selama itu pula Morgan selalu berada di sisinya. Membuat Serena merasa senang. Hari pertama berada di mansion, Morgan juga melakukan sesuatu yang tak biasa. Saat Serena keluar dari kamar mandi, pria itu sudah membawa nampan berisi sarapan yang ia letakkan di atas nakas. "Ini sarapanku?" tanya Serena memastikan. "Hmm .... " jawab pria yang kini tengah sibuk dengan tab di tangannya. "Padahal aku bisa makan di meja makan, tak perlu diantar kemari." Mendengar ucapan Serena kali ini barulah Morgan mengalihkan pandangannya ke arah wanita itu. Tatapannya tajam, tak ada senyum sama sekali di bibirnya. "A _ ada apa? kau jangan selalu menatapku seperti itu, kau membuatku takut." Serena berucap lirih di tengah degupan jantungnya. "Kalau begitu bisakah kau mengucapkan terimakasih?! hargailah apa yang kulakukan padamu!!" "Ah iya maaf, terimakasih untuk sarapannya," sahut Serena cepat. Tapi ternyata Morgan tak membiarkannya begitu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status