Share

13

Author: El khiyori
last update Last Updated: 2025-04-04 16:58:36

Begitu dokter selesai memberikan tindakan, Morgan langsung datang menghampiri.

"Serena ... kau bisa mendengarku kan?"

Mendengar itu Serena perlahan membuka mata.

Bibirnya tersenyum tipis lalu bertanya, "kau masih di sini?"

"Ya ...." jawab Morgan singkat diikuti ekspresi salah tingkah.

"Kalau kau lelah pulanglah! aku baik-baik saja!" ujar Serena yang membuat kedua mata Morgan mendelik seketika.

"Jangan mengaturku!! aku tidak suka!!" ketusnya sambil menyeret sebuah kursi lalu menariknya ke dekat ranjang tempat Serena terbaring.

"Aku tidak mengaturmu, aku hanya khawatir kau akan kelelahan," ucap Serena lembut.

"Khawatir ... kaulah yang mengkhawatirkan, bukan aku!!"

Morgan kembali bersuara ketus tapi kali ini justru membuat Serena tersenyum. Ia masih ingat kata-kata manis Morgan beberapa saat yang lalu, lagi-lagi itu membuat Serena tersenyum.

"Apa yang kau tertawakan Serena? Wajahmu babak belur jadi jangan terlalu banyak tertawa."

"Maaf Tuan Morgan yang baik hati," sahut Serena yang membu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tawanan Hati sang Penguasa    14

    Dua hari lamanya Serena dirawat di rumah sakit. Selama itu pula Morgan selalu berada di sisinya. Membuat Serena merasa senang. Hari pertama berada di mansion, Morgan juga melakukan sesuatu yang tak biasa. Saat Serena keluar dari kamar mandi, pria itu sudah membawa nampan berisi sarapan yang ia letakkan di atas nakas. "Ini sarapanku?" tanya Serena memastikan. "Hmm .... " jawab pria yang kini tengah sibuk dengan tab di tangannya. "Padahal aku bisa makan di meja makan, tak perlu diantar kemari." Mendengar ucapan Serena kali ini barulah Morgan mengalihkan pandangannya ke arah wanita itu. Tatapannya tajam, tak ada senyum sama sekali di bibirnya. "A _ ada apa? kau jangan selalu menatapku seperti itu, kau membuatku takut." Serena berucap lirih di tengah degupan jantungnya. "Kalau begitu bisakah kau mengucapkan terimakasih?! hargailah apa yang kulakukan padamu!!" "Ah iya maaf, terimakasih untuk sarapannya," sahut Serena cepat. Tapi ternyata Morgan tak membiarkannya begitu

    Last Updated : 2025-04-05
  • Tawanan Hati sang Penguasa    15

    Jatuh cinta, itulah yang Morgan rasakan saat ini. Membuat semua orang bertanya-tanya karena raut wajahnya yang sangat berbeda."Morgan, kau mendengarku!!" bentak Vincent de Calister yang merupakan ayah kandung Morgan."Hmm .... "Hanya itu jawaban yang Morgan berikan. Membuat sang ayah semakin penasaran."Sebenarnya apa yang membuatmu senang hari ini? apa Ibumu kembali bisa melihat dengan jelas?"Mendengar itu, bibir kemerahan alami yang semula tersenyum tipis kini berubah.Ekspresinya pun menjadi dingin."Asal Ayah tahu, ibu mungkin tak bisa melihat dengan jelas. Tapi ia jauh lebih cerdas dari Ayah, jika tidak, Ayah pasti sudah berhasil menceraikannya.""Tutup mulutmu bedebah kecil!! ingatlah, keselamatan wanita itu ada di tanganmu!!" bentak Vincent yang sama sekali tak mempedulikan perasaan Morgan.Seolah-olah ia tak pernah menganggap anak lelakinya itu ada. Hanya anak istri mudanya yang ia pedulikan, Rainer. Sayangnya Rainer yang polos justru sangat peduli pada Morgan.Seperti saat

    Last Updated : 2025-04-07
  • Tawanan Hati sang Penguasa    16

    Tak ada yang Morgan katakan, ia hanya menatap dalam-dalam wajah cantik Serena sebelum membawa wanita itu ke dinding, membalik tubuhnya agar menghadap ke sana lalu menciumi punggung semulus porselen yang memang dibiarkan terbuka."Morgan .... "Lenguhan itu menjadi pertanda bahwa Serena menikmati apa yang Morgan lakukan terhadapnya saat ini. Disusul gigitan kecil di telinga dan lehernya, yang membuat tubuh Serena mulai meliuk. Menggoda pria di belakangnya agar berbuat lebih.Gaun satin berwarna maroon yang melilit tubuh seksi Serena kini sudah tersingkap ke atas. Tanpa diminta, kaki jenjang berbalut high heels hitam itu sudah terbuka, memberikan akses pada Morgan untuk kembali menyentuhnya.Satu hal yang Serena tak pernah tahu. Selama ini Morgan selalu membubuhkan serbuk pil anti kehamilan yang sudah dicampur ke dalam minumannya, tapi mulai hari ini hal itu tak lagi dilakukan.Suara hati Morgan mulai bermain di tengah ambisinya. Ia ingin memiliki Serena seutuhnya meski belum bisa mengo

    Last Updated : 2025-04-07
  • Tawanan Hati sang Penguasa    17

    "Serena, apa kau tak merasakan adanya kejanggalan pada peristiwa itu?""Maksudmu?" sahut Serena."Sean ... apa kau tak pernah berpikir jika apa yang terjadi pada orang tuamu ada hubungannya dengan Sean?"Serena terdiam. Ia sungguh tak pernah berpikir sampai ke sana. Entah karena perasaannya terhadap Sean atau karena dia memang benar-benar bodoh setelah terus menerus menerima doktrin dari ibu mertuanya.Melihat Serena nampak berpikir keras, Morgan merasa tak tega."Hei ... apa yang kau pikirkan? lupakan saja, mungkin aku terlalu berlebihan karena sangat cemburu pada Sean," ucap Morgan pada akhirnya. Tangannya kembali mengusap lembut pipi Serena."Apa yang kau cemburukan darinya?" sahut Serena."Kau pernah mencintai pria itu dengan begitu dalam. Jujur saja, aku belum pernah diperlakukan seperti itu oleh wanita.""Sekarang kau sudah merasakannya. Aku mencintamu Morgan, meski memang masih membatasi diri, hatiku sungguh untukmu. Aku hanya takut kembali merasakan sakit yang membuat kewarasa

    Last Updated : 2025-04-08
  • Tawanan Hati sang Penguasa    18

    "Emm ... maksudku ... kenapa kau harus bekerja juga di malam hari?" tanya Serena gugup. "Karena aku diminta menghabisi seseorang." Serena hampir tak bisa bernapas begitu mendengar jawaban pria yang masih menatapnya dengan tatapan dingin di depan sana. "Menghabisi seseorang? i _ itu kenapa harus dilakukan?" Bukannya memberikan jawaban lagi-lagi Morgan malah menertawakan. "Aku bercanda, kenapa kau selalu menanggapi ucapanku dengan serius begitu?" celetuk Morgan yang membuat Serena bersungut-sungut kesal. Tak ingin wanitanya semakin marah akhirnya Morgan mendekat. Memeluk pinggang Serena dari belakang lalu meminta maaf. "Apa harga diri seorang Morgan Calister tak akan runtuh jika meminta maaf seperti ini?" Serena sengaja menyindir, mengingat sikap Morgan di awal yang tak memiliki perasaan sama sekali. Tapi ternyata Morgan tak bergeming. Sambil menenggelamkan wajahnya di cetuk leher Serena pria itu memberikan jawaban, "asalkan orang itu adalah kau, jangankan harga diri,

    Last Updated : 2025-04-09
  • Tawanan Hati sang Penguasa    Tekanan Pembawa Kenikmatan

    Malam semakin larut, suasana dingin mulai menyelimuti, namun Serena masih harus berkutat dengan pekerjaan. Ini adalah hari pertama ia bekerja sebagai seorang pelayan. Peluh bercucuran di sekujur tubuhnya dan Serena tetap tak akan menyerah walau itu sangat menyiksa. Ia harus mendapatkan uang demi pengobatan sang suami yang lumpuh setelah terserang stroke. Tak ada pilihan lain, kini Serena harus melakukan apa saja demi bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Ditengah-tengah kegiatannya mengepel, salah seorang pelayan menepuk bahunya. "Serena, masuklah ke kamar itu dan bersihkan semua kotoran yang ada di sana!" ujarnya dengan nada serius. "Iya baiklah," sahut Serena tanpa berpikir panjang, membuat teman seprofesinya menyeringai tipis saat melihatnya langsung melakukan apa yang sudah ia minta. Serena pun bergegas melangkah memasuki kamar yang sudah ditunjukkan. Begitu masuk ke dalam, tubuh Serena sempat mematung beberapa detik. Aroma therapy yang menguar dari sudut-sudut ruang

    Last Updated : 2025-03-03
  • Tawanan Hati sang Penguasa    Suami dan Mertua Laknat

    Dengan langkah tertatih Serena melangkah menyusuri jalanan yang dipenuhi dedaunan kering karena saat ini memang tengah musim gugur. Matanya terpejam beberapa saat sebelum akhirnya ia masuk ke dalam sebuah rumah. Rumah kecil yang ia tinggali bersama suami dan ibu mertuanya. "Darimana saja? kukira kau sudah tak ingat pulang?" Itulah kata sambutan yang Sean layangkan begitu melihat kehadiran istrinya. "Apa maksudmu Sean? aku baru saja bekerja, kau tak lupa tentang itu kan?" sahut Serena sambil menuangkan air minum ke dalam gelas yang ia genggam lalu meneguknya perlahan. "Apa saja yang kau kerjakan sampai pulang selarut ini?!" pertanyaan itu sekarang muncul dari bibir Lucy, ibu mertua Serena. Ditanya seperti itu Serena justru tersenyum sinis. "Kenapa Ibu harus bertanya? bukankah Ibu sendiri yang memaksaku bekerja di rumah itu. Harusnya Ibu lebih tahu segalanya daripada aku," ujarnya sambil melenggang pergi, tapi ternyata jawaban yang baru saja ia berikan membuat Lucy tak terim

    Last Updated : 2025-03-06
  • Tawanan Hati sang Penguasa    Penolakan yang Membuat Penasaran

    Ditengah-tengah rasa takut yang mendera, Serena merasakan seseorang menarik tubuhnya dengan kuat. Membawanya ke dalam dekapan yang hangat dan ia tahu siapa yang melakukan itu, Morgan. Tatapan mata mereka sempat beradu beberapa saat sebelum Morgan kembali menatap lurus ke depan. Memberikan perintah pada anak buahnya untuk menyingkirkan orang-orang Aroon. Belum sempat Serena bertanya, Morgan sudah membawanya masuk ke salah satu kamar hotel. Sampai di sana tubuh Serena di tekan ke dinding. "Apa yang kau lakukan di sini hmm?" tanya Morgan dengan mendekatkan bibir ke telinga Serena. "Seseorang ... menangkap ... saya Tuan," jawab Serena tergagap. "Begitu ya? jadi hari ini aku sudah menjadi pahlawan untukmu?" "Iya Tuan, karena itu saya ucapkan banyak-banyak terimakasih. Sekarang tolong biarkan saya pergi." Ucapan Serena kali ini membuat Morgan tertawa menggelegar. "Beraninya kau menyuruhku. Aku tak akan melepaskanmu sebelum mendapatkan imbalan darimu. Buat aku melayang seperti malam

    Last Updated : 2025-03-07

Latest chapter

  • Tawanan Hati sang Penguasa    18

    "Emm ... maksudku ... kenapa kau harus bekerja juga di malam hari?" tanya Serena gugup. "Karena aku diminta menghabisi seseorang." Serena hampir tak bisa bernapas begitu mendengar jawaban pria yang masih menatapnya dengan tatapan dingin di depan sana. "Menghabisi seseorang? i _ itu kenapa harus dilakukan?" Bukannya memberikan jawaban lagi-lagi Morgan malah menertawakan. "Aku bercanda, kenapa kau selalu menanggapi ucapanku dengan serius begitu?" celetuk Morgan yang membuat Serena bersungut-sungut kesal. Tak ingin wanitanya semakin marah akhirnya Morgan mendekat. Memeluk pinggang Serena dari belakang lalu meminta maaf. "Apa harga diri seorang Morgan Calister tak akan runtuh jika meminta maaf seperti ini?" Serena sengaja menyindir, mengingat sikap Morgan di awal yang tak memiliki perasaan sama sekali. Tapi ternyata Morgan tak bergeming. Sambil menenggelamkan wajahnya di cetuk leher Serena pria itu memberikan jawaban, "asalkan orang itu adalah kau, jangankan harga diri,

  • Tawanan Hati sang Penguasa    17

    "Serena, apa kau tak merasakan adanya kejanggalan pada peristiwa itu?""Maksudmu?" sahut Serena."Sean ... apa kau tak pernah berpikir jika apa yang terjadi pada orang tuamu ada hubungannya dengan Sean?"Serena terdiam. Ia sungguh tak pernah berpikir sampai ke sana. Entah karena perasaannya terhadap Sean atau karena dia memang benar-benar bodoh setelah terus menerus menerima doktrin dari ibu mertuanya.Melihat Serena nampak berpikir keras, Morgan merasa tak tega."Hei ... apa yang kau pikirkan? lupakan saja, mungkin aku terlalu berlebihan karena sangat cemburu pada Sean," ucap Morgan pada akhirnya. Tangannya kembali mengusap lembut pipi Serena."Apa yang kau cemburukan darinya?" sahut Serena."Kau pernah mencintai pria itu dengan begitu dalam. Jujur saja, aku belum pernah diperlakukan seperti itu oleh wanita.""Sekarang kau sudah merasakannya. Aku mencintamu Morgan, meski memang masih membatasi diri, hatiku sungguh untukmu. Aku hanya takut kembali merasakan sakit yang membuat kewarasa

  • Tawanan Hati sang Penguasa    16

    Tak ada yang Morgan katakan, ia hanya menatap dalam-dalam wajah cantik Serena sebelum membawa wanita itu ke dinding, membalik tubuhnya agar menghadap ke sana lalu menciumi punggung semulus porselen yang memang dibiarkan terbuka."Morgan .... "Lenguhan itu menjadi pertanda bahwa Serena menikmati apa yang Morgan lakukan terhadapnya saat ini. Disusul gigitan kecil di telinga dan lehernya, yang membuat tubuh Serena mulai meliuk. Menggoda pria di belakangnya agar berbuat lebih.Gaun satin berwarna maroon yang melilit tubuh seksi Serena kini sudah tersingkap ke atas. Tanpa diminta, kaki jenjang berbalut high heels hitam itu sudah terbuka, memberikan akses pada Morgan untuk kembali menyentuhnya.Satu hal yang Serena tak pernah tahu. Selama ini Morgan selalu membubuhkan serbuk pil anti kehamilan yang sudah dicampur ke dalam minumannya, tapi mulai hari ini hal itu tak lagi dilakukan.Suara hati Morgan mulai bermain di tengah ambisinya. Ia ingin memiliki Serena seutuhnya meski belum bisa mengo

  • Tawanan Hati sang Penguasa    15

    Jatuh cinta, itulah yang Morgan rasakan saat ini. Membuat semua orang bertanya-tanya karena raut wajahnya yang sangat berbeda."Morgan, kau mendengarku!!" bentak Vincent de Calister yang merupakan ayah kandung Morgan."Hmm .... "Hanya itu jawaban yang Morgan berikan. Membuat sang ayah semakin penasaran."Sebenarnya apa yang membuatmu senang hari ini? apa Ibumu kembali bisa melihat dengan jelas?"Mendengar itu, bibir kemerahan alami yang semula tersenyum tipis kini berubah.Ekspresinya pun menjadi dingin."Asal Ayah tahu, ibu mungkin tak bisa melihat dengan jelas. Tapi ia jauh lebih cerdas dari Ayah, jika tidak, Ayah pasti sudah berhasil menceraikannya.""Tutup mulutmu bedebah kecil!! ingatlah, keselamatan wanita itu ada di tanganmu!!" bentak Vincent yang sama sekali tak mempedulikan perasaan Morgan.Seolah-olah ia tak pernah menganggap anak lelakinya itu ada. Hanya anak istri mudanya yang ia pedulikan, Rainer. Sayangnya Rainer yang polos justru sangat peduli pada Morgan.Seperti saat

  • Tawanan Hati sang Penguasa    14

    Dua hari lamanya Serena dirawat di rumah sakit. Selama itu pula Morgan selalu berada di sisinya. Membuat Serena merasa senang. Hari pertama berada di mansion, Morgan juga melakukan sesuatu yang tak biasa. Saat Serena keluar dari kamar mandi, pria itu sudah membawa nampan berisi sarapan yang ia letakkan di atas nakas. "Ini sarapanku?" tanya Serena memastikan. "Hmm .... " jawab pria yang kini tengah sibuk dengan tab di tangannya. "Padahal aku bisa makan di meja makan, tak perlu diantar kemari." Mendengar ucapan Serena kali ini barulah Morgan mengalihkan pandangannya ke arah wanita itu. Tatapannya tajam, tak ada senyum sama sekali di bibirnya. "A _ ada apa? kau jangan selalu menatapku seperti itu, kau membuatku takut." Serena berucap lirih di tengah degupan jantungnya. "Kalau begitu bisakah kau mengucapkan terimakasih?! hargailah apa yang kulakukan padamu!!" "Ah iya maaf, terimakasih untuk sarapannya," sahut Serena cepat. Tapi ternyata Morgan tak membiarkannya begitu

  • Tawanan Hati sang Penguasa    13

    Begitu dokter selesai memberikan tindakan, Morgan langsung datang menghampiri."Serena ... kau bisa mendengarku kan?"Mendengar itu Serena perlahan membuka mata.Bibirnya tersenyum tipis lalu bertanya, "kau masih di sini?""Ya ...." jawab Morgan singkat diikuti ekspresi salah tingkah."Kalau kau lelah pulanglah! aku baik-baik saja!" ujar Serena yang membuat kedua mata Morgan mendelik seketika."Jangan mengaturku!! aku tidak suka!!" ketusnya sambil menyeret sebuah kursi lalu menariknya ke dekat ranjang tempat Serena terbaring."Aku tidak mengaturmu, aku hanya khawatir kau akan kelelahan," ucap Serena lembut."Khawatir ... kaulah yang mengkhawatirkan, bukan aku!!"Morgan kembali bersuara ketus tapi kali ini justru membuat Serena tersenyum. Ia masih ingat kata-kata manis Morgan beberapa saat yang lalu, lagi-lagi itu membuat Serena tersenyum."Apa yang kau tertawakan Serena? Wajahmu babak belur jadi jangan terlalu banyak tertawa.""Maaf Tuan Morgan yang baik hati," sahut Serena yang membu

  • Tawanan Hati sang Penguasa    12

    "Dimana kau selama ini Serena?" tanya pria itu lirih diikuti tatapan yang tak biasa, membuat Morgan akhirnya gagal menahan diri. Dengan tiba-tiba ia mengarahkan tembakan ke udara, membuat suasana menjadi ribut dan kacau balau. Walau tak mengerti apa yang terjadi, Serena memanfaatkan peristiwa itu untuk kabur dari sana sebelum ada hal buruk yang terjadi padanya.Kaki Serena terus melangkah cepat mencari jalan untuk keluar dari. Ia mulai panik saat mendengar ada suara langkah kaki yang mengikuti di belakangnya dan ternyata benar. Sean mengikutinya.Begitu jarak diantara mereka sudah berdekatan, pria itu langsung menarik tangan Serena hingga membuat mereka berada di posisi saling berhadapan."Kau sengaja melakukan ini?" desis Sean tanpa melepaskan cengkeraman tangannya."Kenapa? kau tidak suka?" tantang Serena yang kini juga membalas tatapan mata Sean."Apa tujuanmu?!"Pertanyaan Sean kali ini membuat Serena tertawa."Mengacaukan hidupmu, apalagi .... " jawab Serena kemudian di tengah-te

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bab 11

    "Apa maumu Serena?""Jika mereka melakukan apa yang kau katakan tadi, lindungilah aku. Bukankah kau masih membutuhkan kepuasan dariku?"Morgan tersenyum samar mendengar jawaban Serena. Sejauh ini ia masih menganggap Serena adalah wanita yang sama, 'rendahan' tapi anehnya ia tak ingin melepaskan wanita itu. Ada rasa asing yang belum pernah ia rasakan.Di lain tempat, Julie dan Sean tengah mempersiapkan ulang tahun Lusie. Wanita yang usianya lebih dari setengah abad itu akan merayakan ulangtahunnya di tengah-tengah kemewahan.Beberapa tamu undangan dari kelas atas turut hadir, mengingat status Julie yang memang cukup populer di kalangan pebisnis. Morgan dan keluarganya ternyata juga masuk dalam daftar party mewah itu.Awalnya Morgan tak ingin peduli pada hal-hal yang ia anggap tak terlalu penting, namun karena malam ini Serena akan berada di sana, menurutnya akan cukup menarik.Tanpa mengatakan apapun pada Serena Morgan akan duduk diantara tamu undangan. Ia juga sudah membantu wanita it

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bab 10

    Apa yang mereka lihat kali ini tentu saja aneh, pasalnya seumur hidup Morgan tak pernah terlihat panik seperti sekarang. Harga dirinya terlalu tinggi, jangankan panik karena mendapati seseorang yang sakit, peduli pada orang lain saja tidak pernah.Setelah mencium aroma minyak penghangat, mata Serena mulai terbuka. Tanpa sadar Morgan sampai melotot saat menantikan wanita di hadapannya benar-benar sadar, alhasil ia harus menerima teguran yang membuatnya buru-buru mencari alasan untuk melindungi harga dirinya."Aku hanya tak suka jika sampai ada orang yang mati di ranjangku!!"Itulah jawaban yang Morgan berikan saat Serena mempertanyakan alasan dirinya terus menatap ke arah wanita itu."Dasar sinting," gumam Serena. Apa yang baru saja ia katan sontak membuat semua orang yang masih berdiri di sekitarnya menjadi ketakutan. Bagaimana tidak, selama ini tak pernah ada yang berani berkata seperti itu kepada Morgan.Morgan yang sadar jika ucapan Serena sudah melebihi batas hanya tersenyum mirin

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status