Air mata Raylene telah mengering, wanita itu kini terbaring di ranjang dengan tatapan kosong. Tidak ada yang ingin ia lakukan sekarang, bahkan untuk sekedar membasuh tubuhnya yang dipenuhi oleh jejak Xinlaire saja dia enggan bergerak.Rasa sakit yang ia rasakan semakin lama semakin mengerikan hingga membawanya ke titik ini.Melissa masuk ke dalam, wanita itu lagi-lagi menemukan Raylene dalam kondisi menyedihkan."Yang Mulia, mari saya bantu Anda membersihkan tubuh Anda." Melissa bersuara hati-hati.Raylene tidak menjawab, dia sudah kehabisan seluruh energinya bahkan hanya untuk sekedar membuka mulutnya."Yang Mulia." Melissa bersuara lagi.Raylene masih mengabaikan Melissa, dan itu membuat hati Melissa berdenyut sakit. Melissa mengutuk Xinlaire di dalam hatinya karena tidak melepaskan Raylene yang sudah hancur berkeping-keping.Xinlaire sudah menggunakan Raylene untuk membalas dendam, pria itu seharusnya sedikit menunjukan belas kasihannya.Melissa mentertawakan dirinya sendiri, pria
Hari pernikahan Xinlaire dan Charlotte tiba, para tetua adat yang akan memimpin ritual pernikahan telah mengambil tempat mereka.Xinlaire dan Charlotte kini berdiri berdampingan. Keduanya terlihat begitu serasi. Yang satu tampan dan gagah, sementara yang lainnya indah dan menawan.Xinlaire mengenakan pakaian hitam dengan ornamen emas seperti biasanya, pria itu tidak menyukai pakaian dengan warna lain sehingga di hari pernikahannya pun dia masih mengenakan warna hitam yang identik dengan berkabung.Charlotte tampak menawan dalam balutan gaun pernikahan yang indah. Wajah wanita itu berseri-seri, hari ini dia benar-benar menjadi pusat perhatian.Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Kehadiran Raylene di sana segera mencuri perhatian semua orang termasuk Xinlaire.Raylene mengenakan gaun berwarna emas yang elegan dan mewah. Hari ini adalah hari bahagia suaminya, dia harus menunjukan penampilan terbaiknya. Ia tahu bahwa orang-orang di aula pernikahan hanya akan mentertawakannya dengan keh
Pesta telah berakhir, saat ini Charlotte telah berada di kamar pengantin mereka yang telah dihias dengan indah.Perasaan Charlotte campur aduk, wanita itu merasa sedikit malu, tapi juga bersemangat untuk malam pertamanya dengan Xinlaire.Ia menunggu kedatangan Xinlaire, seharusnya tidak lama lagi. Detik demi detik berlalu, Charlotte yang sudah mempersiapkan dirinya dengan baik terus melihat ke arah pintu. Sebelumnya dia telah diajari oleh nenek dan ibunya mengenai apa yang harus dia lakukan malam ini.Benar saja, beberapa saat kemudian pintu terbuka. Sosok gagah Xinlaire tampak di depan mata Charlotte.Charlotte segera berdiri menyambut Xinlaire. "Anda sudah datang, Yang Mulia."Raut wajah Xinlaire tidak menunjukan kehangatan seperti biasanya. Pengkhianatan yang terjadi pada keluarganya membuatnya sulit untuk mempercayai orang lain, tanpa terkecuali. Oleh sebab itu dia sulit untuk didekati.Charlotte sudah hampir terbiasa dengan sikap Xinlaire yang seperti ini, oleh sebab itu dia tida
Dengan langkah tergesa Xinlaire pergi ke paviliun Raylene. Beberapa saat lalu dia telah menerima laporan dari Domenico bahwa Raphael berhasil melarikan diri.Di dalam kamar pengantin, Charlotte bertanya-tanya masalah mendesak apa yang membuat Xinlaire meninggalkannya tanpa mengatakan apapun.Ini adalah malam pernikahan mereka dan Xinlaire tadi mengatakan bahwa pria itu tidak akan meninggalkannya, tapi nyatanya Xinlaire tetap pergi setelah kedatangan Domenico.Apakah mungkin ada kaitannya dengan Raylene? Charlotte mulai merasa tercekik, dia segera keluar dan mengirim pelayan utamanya untuk mencari tahu ke mana Xinlaire pergi."Di mana putri Raylene?" Xinlaire bertanya pada Vivian."Putri Raylene berada di dalam, Yang Mulia."Xinlaire mendorong pintu utama paviliun, kemudian melangkah lebih ke dalam untuk memastikan bahwa Raylene benar-benar berada di dalam. Pria itu kemudian mendorong pintu kamar Raylene dengan pelan.Di atas ranjang ia melihat Raylene sedang tidur, sementara itu ada M
Satu minggu berlalu, hari ini adalah waktu kunjungan Charlotte dan Xinlaire ke kediaman orangtua Charlotte. Hal ini harus dilakukan oleh pengantin baru, meski Xinlaire adalah seorang raja dia masih tetap melakukan tradisi itu, setidaknya untuk menghormati orangtua Charlotte.Usai makan bersama, Xinlaire pergi ke ruang kerja perdana menteri. Dua pria itu membahas mengenai pemerintahan.Sementara itu Charlotte kini minum teh bersama dengan ibu dan neneknya."Apakah kau masih terus meminum ramuan penyubur yang nenek berikan padamu?" tanya Dorothy."Aku masih meminumnya, Nenek.""Itu bagus, sebentar lagi kediaman ini akan mendapatkan kabar baik." Dorothy tersenyum senang."Itu mungkin tidak akan terjadi. Obat itu tidak berguna sama sekali," seru Charlotte."Apa maksudmu, Nak?" Rebecca tampak heran. Ramuan penyubur dari ibu mertuanya adalah yang terbaik, dahulu ia juga meminum ramuan itu dan setelahnya ia segera mengandung Charlotte."Aku dan Yang Mulia Raja belum berhubungan badan." Charl
Xinlaire sampai di kamar Raylene, pria itu melihat istrinya sedang menutup mata di atas kursi, tapi detik selanjutnya mata Raylene terbuka dan langsung terarah padanya.Kaki Xinlaire melangkah mendekati kursi, dari jaraknya saat ini ia bisa mencium aroma tubuh Raylene yang sangat dia sukai. Hanya dengan mencium bau itu saja sudah membuatnya menggila.Tanpa mengatakan apapun, Xinlaire meraih tubuh Raylene. Mengangkatnya lalu membawanya ke ranjang.Raylene sedikit terkejut dengan tindakan Xinlaire yang tiba-tiba, tapi wanita itu tidak memberontak sama sekali karena dia telah banyak belajar, tidak ada gunanya memberontak dari Xinlaire karena pada akhirnya dia akan kalah.Saat ini dia hanya bertindak seperti boneka yang tidak memiliki nyawa, mungkin saja suatu hari nanti Xinlaire akan bosan bermain-main dengannya dan mencampakannya karena sudah tidak menyenangkan lagi.Satu minggu tidak menyalurkan nafsunya membuat Xinlaire menjadi lebih lapar dari biasanya. Ditambah efek ramuan cinta di
"Yang Mulia, ini sarapan Anda." Melissa membawakan sarapan untuk Raylene yang sedang melamun.Raylene tidak memiliki selera untuk sarapan seperti hari-hari sebelumnya, wanita itu akan membiarkan sarapannya menjadi dingin sebelum akhirnya ia memaksa dirinya untuk menyantap makanan yang diberikan dari belas kasihan Xinlaire.Dia selalu diingatkan oleh kata-kata Xinlaire, jika ia tidak makan maka kakaknya akan kelaparan selama beberapa hari."Apa yang sedang Anda pikirkan, Yang Mulia?" Melissa meletakan sarapan di meja dengan hati-hati. Kejadian semalam membuatnya sedikit bertanya-tanya, apakah benar majikannya yang membuka jendela lagi setelah ia kunci."Tidak ada." Raylene menjawab singkat. Ia hanya melamun, pikirannya kosong.Melissa ingin bertanya, tapi dia akhirnya mengurungkan niatnya. Dia hanyalah seorang pelayan yang tidak boleh meragukan kata-kata majikannya.Raylene sendiri tidak memikirkan apa yang terjadi semalam, seseorang jelas mencoba membunuhnya semalam, tapi dia tidak pe
"Yang Mulia, apakah Anda akan benar-benar pergi ke jamuan teh yang diadakan oleh Ratu?" Melissa mengkhawatirkan Raylene. Dia tahu bahwa Charlotte tidak menyukai Raylene, dan ia yakin bahwa Charlotte pasti akan mempermukan Raylene di jamuan itu nanti.Sudah satu minggu sejak Charlotte dinobatkan sebagai ratu, dan dalam jangka waktu itu juga hidup Raylene mulai dipersulit. Charlotte mulai memotong uang untuk keperluan Raylene tanpa alasan.Selain itu bagian dapur juga tidak memberikan Raylene makanan mewah seperti biasanya. Raylene nyaris menyantap makanan yang sama dengan pelayan.Mendapatkan perlakuan seperti itu tidak membuat Raylene mengeluh. Pada dasarnya apapun yang ia makan rasanya akan tetap sama, tidak terasa nikmat sama sekali.Bahkan begitu lebih baik, setidaknya dia merasakan apa yang dirasakan oleh kakaknya di penjara yang mungkin mendapatkan makanan tidak layak."Aku harus mematuhi perintah Ratu." Raylene tidak ingin mencari masalah, dia akan baik-baik saja