Home / Fantasi / Tawanan Hati Sang Raja / 1. Mencintaimu Adalah Penyelesan Terbesar Dalam Hidupku

Share

1. Mencintaimu Adalah Penyelesan Terbesar Dalam Hidupku

Author: Yuyun Batalia
last update Last Updated: 2024-04-24 07:35:08

"Kenapa?  Kenapa kau membunuh keluargaku?" Raylene bertanya pilu. Dia tidak ingin  mempercayai apa yang ada di hadapannya saat ini, tapi kenyataan  menamparnya dengan keras.

Pria  yang menikah dengannya tadi pagi kini duduk di singgasana yang biasa  diduduki oleh ayahnya. Hal ini memperkuat bahwa suaminya benar-benar  dalang dibalik semua pengkhianatan di istana.

"Karena mereka semua pantas mendapatkannya." Suara itu sedingin es, membuat hati Raylene membeku seketika.

"Jadi, kau telah merencanakan semua ini sejak awal?"

"Kau  tahu jawabannya, Putri Raylene." Cara suaminya memanggilnya terdengar  seperti orang asing. Jadi, inikah arti dirinya bagi sang suami.

"Sejak  awal hingga akhir kau hanya memanfaatkanku? Cinta dan kasih sayangmu  padaku semuanya adalah kebohongan?" Semakin banyak Raylene bertanya  semakin sesak dadanya, dia sudah tahu jawabannya, tapi dia masih  bertanya seolah ingin menambah luka pada dirinya sendiri.

"Benar,  aku memanfaatkanmu. Dari awal aku sudah merencanakan segalanya. Bandit  yang merampokmu adalah orangku. Aku menggunakanmu untuk mendekati  seluruh anggota keluargamu.

Kau  juga benar, semua yang aku tunjukan padamu adalah kebohongan. Aku tidak  akan pernah mencintai putri  pendosa sepertimu. Aku membenci Winston  dan seluruh keturunannya!"

Hati  Raylene tercabik-cabik, racun menyebar di dalam hatinya mulai  menyiksanya tanpa ampun. Kakinya mundur satu langkah, dia kehilangan  pijakannya dan akhirnya duduk bersimpuh di lantai dan tampak begitu  menyedihkan.

Dia  tertawa, tapi air matanya mengalir deras. Dia tidak pernah menyangka  bahwa pria yang sangat dicintainya adalah pria yang sangat kejam.

Kilasan  masa lalu berputar di otaknya. Pertemuan pertamanya dengan Luca terjadi  lebih dari tiga tahun lalu. Saat itu dia sedang bepergian ke sebuah  tempat bersama dengan pelayan dan prajurit yang menjaganya.

Dia  dihadang oleh para bandit, semua prajurit tewas. Pada saat genting  Raylene diselamatkan oleh seorang pria, dan pria itu adalah Luca.

Raylene  tidak sadarkan diri karena luka yang dia dapatkan, dia dibawa oleh Luca  ke tempat tinggal pria itu. Dan dari sanalah cinta Raylene bersemi pada  pria yang baru saja dia temui.

Untuk  bersama Luca lebih lama, Raylene tidak memberitahukan identitas dirinya  yang merupakan seorang putri. Dia menikmati dirawat oleh Luca yang  meski tampak dingin, tapi penuh perhatian.

Hingga suatu hari Luca menemukan kebenarannya dan pada akhirnya Raylene tidak memiliki pilihan lain selain kembali ke istana.

Karena jasa Luca yang menyelamatkan Raylene, pria itu diangkat menjadi prajurit di istana.

Hari-hari yang dilalui berikutnya, Raylene sering menemui Luca di barak militer.

Tiga  tahun berlalu, Luca diangkat menjadi jenderal muda karena prestasinya.  Dalam waktu tiga tahun juga hubungan Raylene dan Luca menjadi semakin  intim.

Suatu hari  Luca melamar Raylene pada sang ayah, saat itu Raylene menyaksikannya  sendiri. Dia menjadi wanita yang paling bahagia di dunia karena akhirnya  dia akan menikah dengan pria yang dia cintai.

Akan  tetapi, dongeng indah itu tidak bertahan lama. Raylene harus menghadapi  kehancuran yang tidak terbayangkan olehnya. Orang yang paling dia  cintai membantai seluruh keluarganya, memanfaatkannya, mempermainkan  hatinya dan menipunya.

Wanita itu mengambil pedang yang tergeletak di lantai. Dia berdiri dengan susah payah. "Luca, aku akan membunuhmu!"

Langkah  kaki Raylene tidak seimbang, tapi dirinya masih bisa mencapai posisi  suaminya. Tangan kanannya menggenggam hulu pedang dengan kuat. Di  matanya tampak sekali niat membunuh.

Namun, suaminya jelas bukan lawannya. Sehebat apapun Raylene dalam bela diri dia tidak akan bisa menyakiti pria itu.

Serangan Raylene dipatahkan oleh suaminya. Sekarang wanita itu berada dalam cekikan sang suami.

"Ingin  membunuh seseorang yang telah mengajarimu bela diri, Putri Raylene?  Sangat tidak tahu diri."  Dalam satu gerakan kasar tubuh Raylene  terhempas ke lantai.

Raylene  mengangkat wajahnya, menatap sang suami yang berhati dingin. "Kau  benar, Luca. Aku tidak akan pernah bisa membunuhmu." Wanita itu bersuara  putus asa. Dia mengalihkan pandangannya pada pedang yang tergeletak di  dekatnya. "Luca, mencintaimu adalah penyesalan terbesar dalam hidupku.  Mari kita akhiri sampai di sini dan tidak bertemu lagi di kehidupan yang  akan datang."

Raylene  mengambil pedang dengan cepat, dengan satu gerakan mantap wanita itu  mengangkat pedang dan mengarahkannya ke lehernya. Mengakhiri hidupnya  adalah satu-satunya keinginannya saat ini.

Akan  tetapi, untuk mati pun tidak semudah itu. Suaminya kembali menahannya.  Bilah pedang yang dingin hanya menggores sedikit leher Raylene, membuat  darah menetes di leher indahnya.

"Kau tidak akan mati tanpa izin dariku, Putri Raylene."

Sekali  lagi Raylene mendengkus sinis. "Bukankah kau sangat membenci ayahku dan  seluruh keturunannya? Aku membantumu dengan mengakhiri hidupku  sendiri."

"Aku,  Xinlaire Allegra tidak akan mengizinkan kau dan kakakmu mati dengan  mudah. Penjahat Winston membantai seluruh keluargaku untuk memastikan  tahta jatuh ke dirinya serta keturunannya jadi aku akan membiarkan  seluruh keturunan Winston melihat bahwa tahta hanya akan dimiliki oleh  keturunan sah Allegra."

Xinlaire Allegra? Raylene tidak mungkin tidak tahu nama ini meski di seluruh kerajaan Allegra tabu untuk menyebutkan nama ini.

Jadi,  inilah identitas sebenarnya sang suami. Hati Raylene semakin tertikam,  jadi tidak ada satu pun yang dia ketahui tentang suaminya, bahkan  namanya.

Sekarang dia  tahu alasan kenapa suaminya tega membantai seluruh keluarganya.  Pembalasan dendam. Meski seluruh kejadian dua puluh tahun lalu telah  ditutupi dengan rapat, tapi masih ada beberapa orang yang menyebutkan  kejadian kelam itu.

Ayahnya,  Winston Allegra merebut tahta dari kakaknya sendiri dengan cara  membunuh seluruh anggota keluarganya. Tidak disangka ternyata putra  mahkota yang seharusnya menduduki tahta masih hidup setelah peristiwa  itu.

Jadi, yang dirinya dan keluarganya terima saat ini adalah karma dari apa yang telah ditabur oleh ayahnya sendiri di masa lalu.

Hanya  saja, dari sekian banyak cara untuk  membalas dendam, Xinlaire memilih  untuk memanfaatkan dirinya. Membuatnya menjadi penyebab kematian kedua  orangtuanya dan kerabatnya yang lain.

Selain itu dia juga telah jatuh cinta pada saudaranya sendiri, benar-benar sebuah lelucon.

Lagi-lagi  Raylene tertawa seperti orang yang telah terganggu akal sehatnya.  Guncangan yang begitu besar, rasa sakit yang tak tertahankan. Raylene  hanyalah wanita berusia dua puluhan tahun, dia jelas tidak bisa  menghadapinya.

"Rupanya  semesta masih mengasihaniku. Pernikahan antara kau dan aku tidak sah  karena kita adalah saudara." Raylene masih bisa mensyukuri satu hal.  Setidaknya dia tidak harus menjadi istri Xinlaire seumur hidupnya.

"Suadara?"  Xinlaire bersuara mengejek. "Allegra hanya memiliki satu keturunan dan  itu adalah Dawson Allegra. Jangan mengotori keturunan Allegra dengan  menyebut bahwa dirimu adalah saudaraku. Ayahmu dan seluruh keturunannya  tidak memiliki darah kerajaan sama sekali!"

Raylene  tidak mengetahui tentang kebenaran yang diucapkan oleh Xinlaire karena  semua orang yang mengetahui rahasia itu sudah tewas ditangan ayahnya.

Namun,  meski tidak mengetahuinya Raylene tidak berani meragukan kata-kata  Xinlaire. Mereka sudah berada di titik seperti ini, tidak mungkin jika  pria itu masih akan membohonginya.

Perasaan  Raylene saat ini benar-benar tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.  Jangankan tentang suaminya, dia bahkan tidak tahu tentang asal usul  dirinya sendiri. Siapa sebenarnya ayah dari ayahnya?

Xinlaire  mendekati Raylene, mencengkram dagu Raylene dengan kuat. Matanya  menatap Raylene ganas. "Sekarang yang tersisa hanya kau dan kakakmu,  kalian berdua yang akan menanggung hukuman dari perbuatan tercela  penjahat Winston."

Setelah  kalimat penuh kebencian itu diucapkan, Xinlaire melepaskan tangannya  dengan kasar sehingga membuat wajah Raylene menghadap ke samping.

Kata-kata Xinlaire menggema di kepala Raylene. Dia tidak melakukan kesalahan apapun, tapi dia harus menanggung segalanya.

Namun,  itu juga pantas untuknya.  Dia dalah putri ayahnya, selain itu dia juga  yang telah menyebabkan orangtuanya tiada. Jika dia tidak masuk dalam  tipu daya Xinlaire, maka kedua orangtuanya tidak akan mengalami  peristiwa mengenaskan.

Dia  tahu bahwa ayahnya telah melakukan kesalahan yang sangat besar, dia  juga tahu bahwa ayahnya tidak pantas mendapatkan pengampunan dari  Xinlaire tapi sebagai seorang anak dia tidak mengharapkan ayahnya  mendapatkan balasan yang sama.                                                                                                                                       

"Vivian!" Xinlaire memanggil seseorang sembari duduk kembali di singgasana.

Seorang wanita serba hitam segera muncul. "Saya menghadap, Yang Mulia."

"Bawa Putri Raylene kembali ke kamarnya."

"Baik, Yang Mulia." Vivian segera meraih tangan Raylene membantu wanita itu berdiri.

"Jika  Putri Raylene mencoba untuk mengakhiri hidupnya segera pergi ke penjara  untuk memotong kaki dan tangan Pangeran Raphael, biarkan dia mati  perlahan."

Ucapan  Xinlaire membuat kepala Raylene terarah pada pria itu. "Jangan khawatir,  aku tidak akan bunuh diri. Aku akan terus hidup untuk menerima hukuman  yang pantas aku dapatkan."

Setelahnya  Raylene mulai melangkah dengan jiwa yang hancur. Mulai saat ini  hidupnya tidak akan pernah sama lagi. Sesakit apapun yang dia rasakan,  dia akan terus hidup. Dia tidak akan membiarkan kakaknya kehilangan  tangan dan kaki karena dirinya.

"Aku ingin melihat kakakku." Raylene ingin mengetahui kondisi kakaknya saat ini.

"Anda  harus mendapatkan izin Yang Mulia Putra Mahkota terlebih dahulu."  Vivian tidak akan mengikuti kata-kata Raylene karena dia hanya bekerja  atas perintah dari tuannya.

Raylene  sudah sangat kelelahan berhadapan dengan Xinlaire. Pria itu mungkin  juga tidak akan mengizinkannya bertemu dengan kakaknya. Daripada  diinjak-injak, dia lebih baik tidak bicara dengan pria itu.

"Bagaimana kondisi kakakku saat ini?"

"Pangeran  Raphael mengalami beberapa luka, tapi itu tidak mengancam nyawanya.  Yang Mulia Putra Mahkota masih cukup baik membiarkannya hidup."

Masih  cukup baik? Raylene mendengkus dingin. Pria itu jelas memiliki maksud  yang tidak baik dengan membiarkan dia dan kakaknya tetap hidup.

Kakaknya  adalah putra mahkota setidaknya sampai beberapa saat lalu. Dan sekarang  dari status tinggi itu dia jatuh ke kubangan lumpur, berada dalam  penjara dengan status sebagai penjahat.

Raylene  paham dengan baik bahwa Xinlaire memiliki maksud untuk menginjak-injak  harga diri kakaknya dengan penghinaan. Rasa sakitnya jelas lebih tidak  tertahankan dari sebuah kematian.

tbc

Related chapters

  • Tawanan Hati Sang Raja   2. Kau Iblis!

    Raylene masuk ke dalam ruang istirahatnya, wanita itu tidak memiliki tenaga lagi. Ia terduduk di lantai dengan wajah yang menyedihkan.Wanita itu mengangkat kedua tangannya, bayangan kedua orangtuanya yang tergeletak di lantai dengan darah yang menggenang di sekitar mereka membuat air mata Raylene jatuh berderai.Dengan kedua tangannya ini lah ia mengantarkan orangtuanya ke kematian yang mengerikan."Yang Mulia." Melissa mendekati Raylene, wanita itu tidak akan melarikan diri dari sana tanpa majikannya.Melihat Raylene masih hidup membuatnya merasa sangat lega. Dia takut jika majikannya tidak akan selamat seperti anggota keluarga kerajaan yang lain.Melissa segera memeluk Raylene, dengan kondisi Raylene yang seperti ini Melissa yakin bahwa Raylene telah menemukan kebenarannya."Yang Mulia." Melissa bersuara pelan."Aku telah menyebabkan kematian orangtuaku, Melissa. Ini semua adalah salahku.""Itu tidak benar, Putri. Apa yang terjadi saat ini bukanlah salah Anda. Ini semua karena kes

    Last Updated : 2024-04-24
  • Tawanan Hati Sang Raja   3. Jatuh Hati Pada Putri Musuh

    "Vivian!" Xinlaire kembali menghadap ke papan nama mendiang orangtua dan adiknya.Vivian segera masuk ke dalam sana. "Ya, Yang Mulia.""Bawa Putri Raylene kembali ke tempatnya. Di masa depan, pastikan agar dia tidak menginjakan kakinya ke ruangan ini karena aku tidak ingin darah kotor Winston menodai tempat ini.""Baik, Yang Mulia."Jantung Raylene seperti ditusuk oleh ratusan pisau tidak kasat mata, rasanya seperti tercabik-cabik. Wanita itu tertawa masih dengan air mata yang berderai."Selama tiga tahun ini kau telah melakukan sandiwara dengan sangat baik, Xinlaire. Kau sangat jijik padaku, tapi yang kau tunjukan padaku adalah tatapan penuh cinta dan kasih sayang.Aku harus memujimu, tidak ada orang yang lebih berbakat darimu dalam hal bersandiwara."Apa yang dikatakan oleh Raylene tidak sepenuhnya salah, dia memang sangat berbakat dalam hal bersandiwara. Di depan Winston dan yang lainnya dia bertindak begitu patuh dan setia, tidak ada yang tahu seperti apa perasaannya saat itu.Dia

    Last Updated : 2024-04-24
  • Tawanan Hati Sang Raja   4. Penjara Emas

    Hari-hari berlalu, Xinlaire telah mengerahkan pasukannya untuk memburu semua pendukung Winston yang melarikan diri. Tidak terhitung jumlahnya berapa ribu orang yang telah binasa dalam rentang waktu singkat itu.Selain itu Xinlaire juga telah mulai membangun kembali pemerintahan Allegra yang tentu saja terkena dampak karena perebutan kembali kekuasaan yang dia lakukan.Posisi Xinlaire saat ini sudah resmi menjadi raja dari kerajaan Allegra. Pria itu telah melewati serangkaian prosesi pengangkatan sebagai pemimpin baru Allegra.Saat ini pria itu sedang berada di ruang pemerintahan dengan barisan para pejabat yang telah dipilih oleh Xinlaire berdasarkan pengamatannya selama bertahun-tahun berada di kerajaan itu sebagai Luca, si jenderal muda yang berbakat.Sementara untuk posisi lain yang kosong, Xinlaire telah memberikan perintah pada pejabat berwenang untuk membuat ujian penerimaan pegawai yang bisa diikuti oleh semua orang yang berada di kerajaan Allegra.Selain memburu pendukung Win

    Last Updated : 2024-04-24
  • Tawanan Hati Sang Raja   5. Tubuhmu Adalah Milikku

    Xinlaire datang mengunjungi Raylene, pria itu menemukan Raylene sedang duduk di taman dengan sebotol arak di tangannya.Sudah dua minggu dia tidak melihat Raylene, dan malam ini dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mendatangi Raylene.Cahaya rembulan menyinari wajah Raylene yang menempel di meja. Mata wanita itu tertutup, tapi tangannya masih bergerak mendekatkan botol arak ke mulutnya.Kelopak matanya terbuka, ia melihat ke arah botol yang berada di depan wajahnya. Tidak ada lagi air dari sana. Raylene segera membuang botol itu ke tanah."Melissa, bawakan aku satu botol lagi!" seru Raylene. Dia telah meminum dua botol arak malam ini, tapi dia masih menginginkan arak lagi.Ia bukan peminum yang hebat, tapi sejak beberapa hari lalu dia sudah mulai berteman dengan arak. Dia berharap dengan arak itu dia bisa melupakan semua yang terjadi padanya walaupun itu hanya dalam waktu yang singkat.Melissa sudah lama menjauh ketika Xinlaire datang ke sana."Melissa!" Raylene bersuara lagi ke

    Last Updated : 2024-04-24
  • Tawanan Hati Sang Raja   6. Membenahi Hati Yang Hancur

    "Ibu, Nenek." Charlotte beralih mengeluh pada dua perempuan di dekatnya."Sayang, jangan terlalu khawatir." Dorothy mengelus kepala cucunya dengan penuh kasih sayang."Bagaimana aku tidak terlalu khawatir, Nenek? Yang Mulia Raja mungkin akan benar-benar jatuh cinta pada Putri Raylene jika dia terus mendatangi wanita itu. Aku tahu bahwa posisi ratu hanya akan menjadi milikku, tapi aku tidak sudi berbagi hati Yang Mulia Raja dengan wanita mana pun, apalagi putri pendosa itu.""Nenek mengerti perasaanmu. Nenek akan mengurusnya untukmu." Dorothy juga tidak rela jika cucu kesayangannya harus bersaing dengan orang lain.Seorang raja bisa memiliki banyak selir, dan Dorothy sangat tahu akan hal itu, tapi ada juga raja yang tidak memiliki selir seperti raja-raja sebelumnya."Bu, bagaimana dengan Perdana Menteri? Dia mungkin akan marah jika Ibu mengambil tindakan sendiri." Rebecca bertanya pada mertuanya."Aku adalah ibunya, dia tidak akan mungkin marah padaku. Selain itu ini demi kebaikan kelu

    Last Updated : 2024-05-24
  • Tawanan Hati Sang Raja   7. Cinta dan Benci Yang Dibalut Oleh Dendam

    Perbatasan kota Heath memanas, Xinlaire memimpin peperangan, membunuh para prajurit musuh yang tidak terhitung jumlahnya.Tangan pria itu dinodai oleh darah, tubuhnya dibasahi oleh keringat. Semangat juangnya untuk mempertahankan wilayah kerajaan Allegra telah menular ke seluruh pasukannya.Persiapan yang matang, strategi tempur yang tanpa celah telah membuat Xinlaire dan pasukannya berhasil memukul mundur pasukan kerajaan Onyx dan membuat pasukan musuh menderita kekalahan.Burung pemakan bangkai berpesta sore ini, mereka melahap tubuh para prajurit yang gugur dari pihak musuh, sementara prajurit dari kerajaan Allegra yang gugur telah dipindahkan untuk segera dimakamkan dengan penuh penghormatan.Xinlaire merupakan seorang pemimpin yang selalu menghargai setiap tetes darah prajuritnya yang tumpah di medan peperangan. Selain memberikan pemakaman yang layak, dia juga akan memberikan kompensasi atas jasa prajurit tersebut dan akan diberikan pada keluarganya.Tiga hari setelah mengamankan

    Last Updated : 2024-05-24
  • Tawanan Hati Sang Raja   8. Cemburu

    Air mata Raylene telah mengering, wanita itu kini terbaring di ranjang dengan tatapan kosong. Tidak ada yang ingin ia lakukan sekarang, bahkan untuk sekedar membasuh tubuhnya yang dipenuhi oleh jejak Xinlaire saja dia enggan bergerak.Rasa sakit yang ia rasakan semakin lama semakin mengerikan hingga membawanya ke titik ini.Melissa masuk ke dalam, wanita itu lagi-lagi menemukan Raylene dalam kondisi menyedihkan."Yang Mulia, mari saya bantu Anda membersihkan tubuh Anda." Melissa bersuara hati-hati.Raylene tidak menjawab, dia sudah kehabisan seluruh energinya bahkan hanya untuk sekedar membuka mulutnya."Yang Mulia." Melissa bersuara lagi.Raylene masih mengabaikan Melissa, dan itu membuat hati Melissa berdenyut sakit. Melissa mengutuk Xinlaire di dalam hatinya karena tidak melepaskan Raylene yang sudah hancur berkeping-keping.Xinlaire sudah menggunakan Raylene untuk membalas dendam, pria itu seharusnya sedikit menunjukan belas kasihannya.Melissa mentertawakan dirinya sendiri, pria

    Last Updated : 2024-05-24
  • Tawanan Hati Sang Raja   9. Tidak Rela Berbagi

    Hari pernikahan Xinlaire dan Charlotte tiba, para tetua adat yang akan memimpin ritual pernikahan telah mengambil tempat mereka.Xinlaire dan Charlotte kini berdiri berdampingan. Keduanya terlihat begitu serasi. Yang satu tampan dan gagah, sementara yang lainnya indah dan menawan.Xinlaire mengenakan pakaian hitam dengan ornamen emas seperti biasanya, pria itu tidak menyukai pakaian dengan warna lain sehingga di hari pernikahannya pun dia masih mengenakan warna hitam yang identik dengan berkabung.Charlotte tampak menawan dalam balutan gaun pernikahan yang indah. Wajah wanita itu berseri-seri, hari ini dia benar-benar menjadi pusat perhatian.Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Kehadiran Raylene di sana segera mencuri perhatian semua orang termasuk Xinlaire.Raylene mengenakan gaun berwarna emas yang elegan dan mewah. Hari ini adalah hari bahagia suaminya, dia harus menunjukan penampilan terbaiknya. Ia tahu bahwa orang-orang di aula pernikahan hanya akan mentertawakannya dengan keh

    Last Updated : 2024-05-24

Latest chapter

  • Tawanan Hati Sang Raja   61. Mari Akhiri Sampai Di Sini - End

    Pemakaman Raphael telah dilakukan, saat ini Raylene sedang menggendong putranya."Raylene, ayo kembali." Xinlaire harus menjelaskan pada Raylene ketika Raylene sudah lebih tenang. Kali ini ia merasakan bagaimana rasanya difitnah dan ia tidak memiliki bukti untuk menunjukan bahwa ia tidak bersalah sama seperti yang terjadi ketika Raylene difitnah oleh Charlotte ketika Raylene mengalami keguguran.Raylene mengangkat kepalanya, matanya masih sembab karena menangisi kepergian kakaknya."Kembali? Aku tidak akan pernah kembali bersamamu."Xinlaire tidak menepati janjinya, pria itu sekali lagi telah menghancurkan hati dan kepercayaannya."Menyingkir!" Raylene mengeluarkan belati yang ia simpan di balik gaunnya. Siapapun yang berani menghalanginya maka orang itu akan mati.Di sebelahnya ada Nora yang juga mengeluarkan belati, Nora akan menemani ke mana pun Raylene pergi."Jangan menyakiti Ratu ataupun Putra Mahkota!" Xinlaire memperingati orang-orangnya yang saat ini sudah siaga.Namun

  • Tawanan Hati Sang Raja   60. Hari Ini Aku Pasti Akan Membunuhmu

    Hari ini Xinlaire membuka gerbang, ia dan seluruh pasukannya kini berada di tanah lapang menghadapi Bennedict dan juga Raphael.Kedua belah pihak berada di tempat masing-masing saling berhadapan dengan keinginan untuk saling mengalahkan.Bennedict memiringkan wajahnya menatap Raphael mengejek. "Tampaknya adikmu gagal menjalankan tugasnya."Jika Raylene gagal maka bagaimana keadaan Raylene saat ini apakah Raylene dibunuh oleh Xinlaire?"Kau tidak perlu mencemaskan adikmu, Mantan Putra Mahkota Raphael. Raja Xinlaire pasti tidak akan membunuhnya. Adikmu terlalu cantik untuk menjadi mayat, selain itu Raja Xinlaire juga memiliki anak dengan adikmu, tapi mungkin saat ini nasib adikmu tidak terlalu baik.""Aku pasti akan membunuh bajingan itu hari ini!" Raphael berkata dengan tatapan sinis pada Xinlaire yang berada jauh di sana.Pasukan dua kerajaan itu mulai bergerak saat pemimpin mereka memberikan arahan untuk menyerang.Pagi itu cuaca sangat cerah, semangat dari kedua pasukan membara.

  • Tawanan Hati Sang Raja   59. Karena Aku Masih Manusia

    Raylene membuka matanya ketika ia merasa bahwa Xinlaire telah terlelap. Tangan wanita itu bergerak ke bawah bantalnya, ia mengambil belati yang sudah ia simpan sejak beberapa saat lalu.Tangan wanita itu menggenggam belatinya dengan kuat, ia duduk dengan perlahan lalu kemudian mengayunkan belatinya ke dada Xinlaire.Namun, gerakannya yang semula dipenuhi oleh keyakinan kini terhenti tepat ketika ujung runcing belati itu hanya kurang satu senti dari dada Xinlaire, tempat di mana jantung pria itu berada.Sekali lagi Raylene mengalami pertentangan batin. Dia masih tidak tahan untuk membunuh Xinlaire.Tekadnya saat ini mulai goyah, tangannya mulai gemetar. Nyatanya ia hanyalah Raylene Allegra yang tidak akan pernah mampu membunuh Xinlaire.Raylene mengutuk dirinya sendiri yang masih memiliki kelembutan hati untuk pria yang telah menyakitinya sedemikian rupa.Ia merasa bahwa dirinya benar-benar menjijikan, bahkan setelah semuanya, ternyata masih tersisa rasa untuk Xinlaire. Di dunia ini, t

  • Tawanan Hati Sang Raja   58. Tidak Punya Pilihan Lain

    Malam harinya saat semua orang masih sibuk menyingkirkan mayat dan membersihkan bekas perang Raylene menyusup keluar dari Kota Perth melewati jalur rahasia.Sekarang ia berada di tengah hutan yang gelap, Raylene mengandalkan pengetahuannya tentang alam untuk sampai ke tenda musuh."Siapa kau?!" Seorang prajurit yang sedang berpatroli menghentikan Raylene. "Ada penyusup di sini!""Aku ingin bertemu dengan Tuan Raphael," seru Raylene. "Aku adalah adiknya, Raylene Allegra."Beberapa prajurit segera berkumpul, mereka mengarahkan pedang pada Raylene.Semua prajurit yang ada di depan Raylene tahu bahwa Raphael memang memiliki adik, dan adik pria itu saat ini adalah Ratu Allegra.Karena wanita di depan mereka mengaku sebagai adik Raphael, mereka tidak bisa bertindak sembarangan."Beritahukan Tuan Raphael bahwa ada wanita bernama Raylene Allegra ingin bertemu dengannya." Salah satu orang yang mengarahkan pedang pada Raylene adalah komandan pasukan."Baik, Komandan Jackson."Beberapa sa

  • Tawanan Hati Sang Raja   57. Tidak Ditakdirkan Untuk Bersama

    "Bagaimana dengan pasukan bantuan Kerajaan Allegra?" Bennedict bertanya pada mata-mata yang ia kirim untuk mengawasi di luar gerbang kota Vegaz, kota yang terletek sebelum kota Perth. Jika pasukan bantuan ingin pergi ke kota Perth, maka mereka harus melewati gerbang kota Vegaz terlebih dahulu."Pasukan bantuan Kerajaan Allegra masih berada di Kota Vegaz, Yang Mulia. Belum ada tanda-tanda mereka akan meninggalkan Kota Vegaz."Senyum tampak di wajah Bennedith. Pasukan bantuan tampaknya sangat berhati-hati. Mungkin saat ini mereka masih menyusun strategi untuk menembus para pasukannya yang telah mengepung Kota Perth.Tidak peduli strategi apapun yang sedang direncanakan oleh para jenderal Allegra, mereka tidak akan bisa mencapai grebang kota Perth. Pasukannya telah berjaga di bukit bebatuan, jika pasukan bantuan melewati bukit bebatuan itu, maka pasukannya akan menghujani pasukan bantuan dengan panah api dan batu dari atas.Pada akhirnya pasukan bantuan hanya akan menarik mundur pasukann

  • Tawanan Hati Sang Raja   56. Mengingat Semuanya

    Pasukan musuh berhasil memanjat dinding benteng, serangan panah api dan bola api berhasil membuat pasukan yang berjaga di atas benteng berguguran.Raylene memegang pedangnya kuat, saat ada prajurit yang berhasil naik ia akan mengayunkan pedangnya membunuh prajurit-prajurit itu. Situasi di atas benteng semakin memanas, api di mana-mana, suara denting pedang beradu terdengar hampir di setiap sudut.Xinlaire memperhatikan Raylene yang berada tidak begitu jauh darinya sembari terus menyerang pasukan musuh. Xinlaire tidak bisa tidak memuji keberanian istrinya, baik dulu ataupun sekarang ini adalah pertama kalinya Raylene ikut dalam peperangan seperti ini, tapi Raylene tidak takut sama sekali. Ia benar-benar tidak salah jatuh cinta pada Raylene.Waktu berlalu, pasukan musuh kini ditarik mundur. Gerbang kota Perth masih bisa dipertahankan. Hari ini kerajaan Onyx kehilangan cukup banyak pasukannya, begitu juga dengan Allegra.Prajurit mulai mengangkat mayat-mayat yang bergeleta

  • Tawanan Hati Sang Raja   55. Berperang Bersama

    Sudah dua minggu sejak pasukan dikirim menuju ke Kota Perth dan Kota Ashyr, tapi rombongan itu belum sampai ke kota tujuan mereka karena waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke sana adalah satu bulan lebih. Seorang prajurit datang dengan tergesa. Pria itu berlutut beberapa langkah di depan Xinlaire. "Yang Mulia, ada surat dari Walikota Alexander dari Kota Perth."Domenico mengambil surat itu lalu kemudian menyerahkannya pada Xinlaire. Raut wajah Xinlaire tidak terlihat baik ketika ia membaca isi surat itu. Kota Perth telah dikepung oleh pasukan kerajaan Onyx.Xinlaire tidak bisa berdiam diri di istananya saja. Ia akan turun untuk berperang. Dengan situasi saat ini Kota PErth masih bisa menunggu pasukan mereka datang dalam satu bulan ke depan. Untungnya dua minggu lalu ia telah mengirim surat ke pemimpin Kota Perth mengenai kemungkinan kerajaan Onyx akan menyerang sehingga kota itu memiliki cukup banyak cadangan makanan. Xinlaire mengambil kertas lalu menulis surat balasan. Ia memerint

  • Tawanan Hati Sang Raja   54. Perang Tidak Akan Terhindari

    Setelah hari itu, Raylene tidak mendapatkan ingatan lainnya lagi. Namun, ia masih tetap memikirkan hal-hal yang telah muncul di benaknya. Ia ingin menanyakan banyak hal pada Xinlaire, tapi entah kenapa ia merasa bahwa suaminya menyembunyikan sesuatu darinya begitu juga dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.Vivian berkata padanya bahwa sebaiknya ia tidak perlu memikirkan hal-hal yang mengganggu pikirannya begitu juga dengan Nora.Ia bisa saja pergi menemui Luana untuk bertanya, tapi mungkin Luana juga akan mengatakan hal yang sama. Lalu, apakah ia harus berhenti memikirkan hal-hal yang mengganggunya itu?"Yang Mulia." Nora memanggil Raylene, teh di tangan Raylene sudah hampir dingin karena Raylene tidak kunjung menyesapnya.Raylene tersadar. Wanita itu kemudian menghela napas. Ia tidak sadar bahwa ia telah melamun cukup lama. "Yang Mulia, apa yang sedang Anda pikirkan?" Nora bertanya pada Raylene."Aku hanya memikirkan beberapa hal, itu tidak terlalu penting." Raylene engg

  • Tawanan Hati Sang Raja   53. Elsiver Allegra

    Setelah malam itu, Raylene tidak pernah mengalami mimpi buruk lagi. Ia juga telah berhenti memikirkan tentang peristiwa berdarah itu. Sekarang usia kehamilannya sudah memasuki sembilan bulan. Hanya tinggal menunggu hari lagi ia akan melahirkan. Untuk mempermudah persalinannya, Raylene memperbanyak jalan kaki di pagi dan sore hari seperti yang sedang ia lakukan sekarang. Langkah kaki Raylene terhenti ketika ia merasa air mengalir di pahanya. "Yang Mulia, ada apa?" tanya Nora."Sepertinya aku akan segera melahirkan.""Yang Mulia, mari kembali ke kamar." Nora memegangi tangan Raylene. "Ada apa?" Vivian mendekat."Yang Mulia Ratu akan segera melahirkan, segera panggil tabib."Vivian segera pergi. Ia memberi arahan pada seorang prajurit untuk memberitahu Xinlaire mengenai Raylene yang akan segera melakukan persalinan.Tabib datang setelah beberapa waktu bersama dengan tim medis lainnya. Mereka semua segera menyiapkan semua yang dibutuhkan untuk proses persalinan.Tidak lama kemudian Xi

DMCA.com Protection Status