Share

BAB 52

Penulis: Geny Giany
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Saat itu, Raizel masih berumur dua puluh lima tahun dan sedang berkuliah di salah satu Universitas terbaik dalam kota. Pemuda itu baru saja selesai makan di salah satu restaurant junkfood di pusat kota. Dia hanya sendiri karena saat itu El Camarro dan Black Wolf belum sebesar sekarang. Raizel masih berfokus untuk memperluas jaringan dalam bisnisnya dalam jual-beli narkoba.

Baru saja Raizel mengeluarkan dompet untuk menyiapkan uang parkir, tiba-tiba ada seorang gadis kecil yang merampas dompet kulitnya.

“Eh, copet!” refleks dia berteriak lalu mengejar gadis itu.

Ada sekitar lima orang yang membantu Raizel untuk menghadangnya. Namun hal yang sangat mustahil terjadi di depan mata pemuda itu. Kelima orang yang berusaha menangkap gadis kecil itu tumbang karena kesakitan akibat ditusuk oleh garpu. Rupanya gadis itu menyembunyikan senjata di balik celananya.

Raizel semakin tertantang menyaksikan kejadian yang luar biasa di hadapannya. Seorang gadis kecil memiliki keberanian luar biasa u
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 53

    Raizel membuka gorden dengan sengaja agar cahaya mentari yang menyusup melalui jendela kamar itu, dapat menyilaukan Lascrea yang tengah tertidur pulas. Gadis bertubuh mungil itu seketika mengernyit saat secercah sinar menyorot wajahnya yang tampak pucat. Dia mengulat untuk meregangkan otot-otot di tengah rasa kantuk yang masih tersisa. "Ayo bangun! Dua puluh menit lagi gue akan ajak lo jalan-jalan!"Lascrea mendengar apa yang Raizel ucapkan, tapi dia tak menjawab apa pun. Gadis itu hanya menguap seraya menggosok-gosokan sebelah matanya. Kemudian bangkit untuk melangkah ke kamar mandi. Lima belas menit telah berlalu. Raizel menunggu Lascrea seraya membaca buku di sofa ruang tamu. Sampai akhirnya gadis bertubuh mungil itu selesai mandi dan menghampiri Raizel dengan memakai hoodie cokelat andalannya. Raizel menyunggingkan senyum lalu bangkit dari duduknya dan berjalan keluar menuju garasi. Sementara Lascrea hanya mengikutinya dari belakang seraya memperhatikan punggung lebar Raizel y

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 54

    Raizel tak ingin menyia-nyiakan bakat Lascrea yang merupakan petarung jalanan tangguh di umurnya yang masih sangat muda. Setelah dia mengenalkan Lascrea kepada Richardo. Mereka pun mencarikan guru yang tepat untuk melatih beberapa martial arts untuk Lascrea, salah satunya adalah Taekwondo. Bahkan Raizel tak pernah absen mengajak gadis itu gym agar tubuhnya terlatih dan semakin kuat. Hari demi hari, bulan demi bulan, hingga tahun demi tahun silih berganti. Gadis mungil yang semula tingginya tak sampai bahu Raizel, kini dia tumbuh dan berkembang pesat hingga sepantaran dengan Raizel. "Wah, sekarang aku nggak bisa panggil kamu bocah lagi, Rea! Tinggi kita sama, " cetus Raizel, memperhatikan Lascrea dari ujung rambut hingga kaki. Penampilannya saat ini pun sudah berbeda 180 derajat dengan saat pertama kali dia bertemu dengan Raizel. Kini Lascrea telah tumbuh menjadi gadis cantik yang elegan dan seksi. Kepiawaiannya dalam berkelahi dan kepintarannya dalam beradaptasi hingga mempelajari

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 55

    Raizel sudah terbiasa melihat Lascrea marah seperti ini dan entah sudah berapa kali pria itu mengejarnya untuk sekadar menenangkan dan membujuknya agar berdamai. Namun, ini kali pertama dia melihat Gabby, wanita yang mulai dicintai terasa kecewa hingga berlari mengacuhkannya. Raizel tak ingin melihat Gabby keliru lagi seperti waktu itu. Alhasil, Raizel lebih memilih untuk mengejar Gabby ke kamarnya. Gadis itu tak menangis, hanya terduduk dengan raut kekesalan yang tak dapat disembunyikan lagi. Dadanya naik-turun menahan amarah yang menyeruak dalam sanubari. ‘Katanya nggak ada perasaan apa-apa! Terus, kenapa tadi meluk-meluk?’ batin Gabby meracau tak karuan hingga dia tak menyadari kehadiran Raizel di kamarnya. Gadis itu memang sengaja tak mengunci pintu. Meskipun kesal, tetap saja dalam hati kecilnya dia berharap untuk dikejar. Dia ingin Raizel menjelaskan apa yang terjadi beserta alasan kenapa dia bertindak seperti itu. “Gabby ... aku bisa jelasin kalau tadi itu ....” “Yaudah bu

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 56

    Pagi ini Gabby berpamitan kepada Raizel, Lascrea, bahkan kepada seluruh pegawai yang berada di rumah itu. Dia akan mulai menempati apartemen yang sudah Raizel dan Richardo sediakan. Gabby tak mungkin memakai identitas aslinya dan tinggal di rumah Raizel jika ingin mendekati George. Akan banyak kemungkinan-kemunginan yang terjadi jika terus seperti itu. “Aku akan mengantarnya ke sana. Lascrea kamu tunggu saja di sini sebentar, ya!” titah Raizel yang sudah membuka pintu mobil kursi belakang. Lascrea mengangguk. Meskipun sedikit kesal, tapi dia juga mulai lega karena tak akan melihat batang hidung Gabby lagi di rumah ini. ‘Syukur-syukur kalau lo kabur di tengah misi’ Setelah berpamitan, Raizel dan Gabby pun segera meluncur ke apartemen, bersama satu orang ajudan yang menyetir. “Pokoknya nanti kamu hati-hati, ya! Jangan sampe ketahuan dan jangan sampe ....” Raizel menghentikan ucapannya lalu menoleh ke arah Gabby yang tengah duduk di sebelahnya. “Jangan sampe apa?” tanya Gabby meng

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 57

    Seminggu yang lalu Gabby sempat survei ke unit apartemennya bahkan diajari bagaimana cara mengunakan akses oleh Raizel sehingga saat ini dia sudah tak merasa bingung lagi saat memasuki unit seorang diri. Setlah Gabby membuka pintu abu-abu yang bertuliskan nomor B011, dia pun tersenyum simpul melihat ruangan kamarnya yang cukup mewah. Kasur dengan seprai abu-abu di bawah lampu gantung berwarna keemasan itu hampir mirip dengan yang ada di kamar Raizel. Gabby menjadi sedikit rindu walau beberapa menit yang lalu mereka bertemu. Gadis itu meletakkan kopernya di sudut kamar lalu melempar tas kecilnya ke atas kasur dengan sembarang. Kemudian, gadis itu melenggang memasuki kamar mandi dan menatap wajahnya di depan cermin wastafel. Gabby mulai menyadari perubahan yang ada pada dirinya. Saat ini sudah tak ada lagi Gabby Gabriella seperti dulu. “Mulai saat ini, namamu adalah Angella,” ucap Gabby di depan cermin, bermonolog dengan bayangannya sendiri. Selang beberapa detik, gadis itu menangg

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 58

    “Bandel ya, kamu!” Raizel menjewer telinga Lascrea hingga gadis itu meringis kesakitan. “Argh! Sakit, Bos!” Lascrea menggosok-gosok telinganya yang memerah setelah Raizel melepaskan jewerannya. “Bukannya kerja, malah nge-mall!” oceh Raizel sambil bertolak pinggang. Lascrea hanya mencebik. “Bos juga ngapain di sini, hayo? Bukannya kerja, malah nge-mall.” Raizel mendongak dengan kedua alis yang terangkat. “Aku mau makan siang abis anterin Gabby! Hayo, mau apa?” Lascrea hanya cengengesan lalu menggandeng Raizel hingga mereka melangkah secara perlahan. “Yaudah kalau gitu, ayo kita makan bareng!” seru Lascrea dengan antusias. “Eh, eh, eh! Dasar ya, anak gatau malu!” “Udah ah, bawel!” Lascrea terus menyeret lengan Raizel hingga pria itu melangkah dengan tertatih- tatih. Tanpa dosa, Lascrea terduduk di bangku restauran yang dipilih oleh Raizel. Dia terlihat sangat senang bisa menikmati makan siang bersama Raizel lagi, setelah sekian lama. Setelah memesan makanan di kasir, Raizel

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 59

    George membuat janji temu dengan Dion di sebuah cafe bar untuk membahas perkembangan investigasinya hingga detik ini. Dia tak merasa luwes jika harus mengobrol di kantor, karena para senior sudah melarang George untuk merngusik Richardo. Sepertinya mereka sudah mengetahui tentang Richardo dan tak ingin berurusan dengannya.George mengangkat tangan kanan untuk mrlihat arlojinya. Kemudian mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Dion yang tak kunjung terlihat. Sudah empat pu;uh lima menit berlalu, Dion tak kunjung datang.Tak biasanya Dion telat. Sepertinya ada sesuatu. Tak lama berselang, sebuah notifikasi pesan terdengar dari ponselnya. Rupanya itu Dion, namanya terbaca di pop up notifikasi. George pun membaca pesan tersebut yang bertuliskan, “George, sorry gue gabisa datang, soalnya mendadak suruh temenin nyokap arisan.”George menghela napas gusar seraya menggeleng. Kemudian mengantungi ponselnya kembali dan berniat untuk pergi dari cafe bar. Namun, baru saja dia beranjak d

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 60

    Rupanya membuat George larut dalam obrolan yang Gabby sajikan bukanlah suatu hal yang sulit. Dia memang pandai bersosialisasi dan membuat lawan bicara merasa nyaman untuk berbincang dengan dirinya. Hal itu terbukti saat Gabby membuat George berbicara lebih banyak di cafe bar tersebut, Mulai dari obrolan film, komik, bahkan hingga kasus pembunuhan yang sedang viral di berita. Mereka berdua hanyut dalam obrolan yang mengasyikan hingga waktu tak terasa sudah menunjukkan lewat tengah malam dan kepala Gabby sedikit pusing akibat tak terbiasa minum. “Kayaknya aku masuk angin, deh!” kilah Gabby sambil memegangi kepalanya. George sempat tertawa mendengar pengakuan Gabby. Di saat orang-orang merasa pusing karena mabuk, bisa-bisanya Anggela mengaku masuk angin. “Kamu bawa kendaraan sendiri?” tanya George. Gabby menggeleng sambil terus memegangi kepalanmya. “Aku naik taksi.” “Emang tinggal di daerah mana?” “Apartemen Orion.” George membulatkan mata karena apartemen itu dekat dengan kantor

Bab terbaru

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 110

    Pucuk dicinta ulam pun tiba. Saat Gabby dan George mencari cara untuk mengawasi gerak-gerik Raizel secara intens, tiba-tiba saja Gabby mendapatkan tawaran sebagai asisten pribadinya dengan menggantikan sosok Lascrea. Bagaimana mungkin Gabby menolak jika hal tersebut dapat menguntungkannya? Dia akan jadi lebih mudah mengumpulkan bukti tentang bisnis kotor Raizel secara spesifik. Dengan menjadi asisten pribadinya, Gabby dapat mengikuti Raizel dengan mudah, kapan pun dan di mana pun. Di tengah lamunan yang diiringi perasaan antusias, tiba-tiba Gabby dikejutkan oleh pertanyaan Raizel yang tengah menanti jawabannya. "Jadi gmana, Gabby? Apa kamu mau jadi asisten pribadiku?"Sontak Gabby terperangah dan mengenyahkan lamunannya. Dia pun mengerjapkan mata seraya bertanya dengan raut kikuk. "Eh? Emang Lascrea ke mana?"Raizel menghela napas gusar. Sejujurnya dia enggan membahas wanita itu serta masalah yang tengah mereka alami. "Emm, Paniang ceritanya. Intinya Lascrea udah nggak tinggal di

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 109

    Sepulangnya dari taman, Raizel menemukan sepucuk surat yang tergeletak di atas kasur. Dia menautkan kedua alisnya saat meraih selembar kertas itu, lalu terduduk di tepi kasur untuk membacanya dengan hikmat. Dear, Raizel Eleizer. Terima kasih sudah memberikan pelajaran hidup yang sangat berharga selama sepuluh tahun ini. Aku sangat bahagia pernah menemanimu walau hanya sebatas asisten. Tapi sekarang aku mau minta maaf kalau aku nggak bisa lanjut kerja dan tinggal sama kamu lagi. Jaga diri baik-baik, Rai. Aku akan berusaha buang perasaan terlarang ini buat kamu. Semoga kita bisa dipertemukan kembali sebagai partner yang lebih baik. Thanks, Lascrea Raizel meremas surat itu usai membacanya, lalu melempar kertas yang sudah berubah menjadi gumpalan ke sembarang arah. "Argh!" Pemuda itu mengerang dalam kamarnya seraya mengacak rambut sendiri. Dia tak pernah berekspektasi bahwa keadaannya akan brakhir seperti ini. "Kalau udah kayak gini, siapa yang akan hanndle pekerjaanku ke depann

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 108

    Raizel termenung di sebuah taman sambil membenamkan wajah di kedua telapak tangan. Kali ini ada yang berbeda darinya. Pria itu benar-benar sendiri tanpa ditemani ajudan maupun Lascrea. Dia cukup syok setelah mendengar kenyataan bahwa asisten sekaligus orang terdekatnya, ternyata memendam rasa. Terlebih lagi, pagi itu mereka terbangun tanpa busana setelah Raizel mabuk parah sebelumnya. "Aish! Apa yang udah gue lakuin malam itu? Kenapa gue nggak inget sedikit pun?" Raizel tampak frustrasi hingga mengacak-ngacak rambutnya sendiri. "Gue nggak mungkin segampang itu tidur sama dia kalau nggak ada sesuatu yang aneh." Raizel terus bermonolog hingga akhirnya raut yang tampak gusar itu seketika berubah setelah melihat kehadiran seseorang yang membuatnya terperangah. "Ga-Gaby?" Raizel tak berkedip sedetik pun. Bahkan kedua matanya terbelalak, disertai mulut yang terbuka lebar. "Ka-kamu Gabby, 'kan?" Raizel berdiri lalu mengucek matanya, seolah-olah tak percaya dengan apa yang dia lihat. Se

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 107

    Setelah memarkirkan mobilnya di halaman depan, George turun dengan menenteng beberapa kantung belanjaan dan memasuki villa yang kini ditempati oleh Gabby. Sorot matanya tampak berbinar disertai senyum merekah yang menghias wajah tampannya. Pria itu berlari kecil, memasuki villa sambil berseru, "Gabby ...!" Sementara sosok yang dipanggil tengah bersantai di depan televisi seraya memakan sepotong kue. Wanita itu menoleh ke arah seruan yang terdengar dari arah belakangnya. Sampai akhirnya dia melihat sosok George yang menenteng beberapa kantung belanjaan. "George?" lirih Gabby, tak kalah semringah. "Lihat, aku bawa apa!" George menaik-turunkan kedua alisnya sambil menunjukkan apa yang ada di tangannya. Sementara Gabby terlihat bingung hingga kedua alisnya bertaut. "Apa?" tanya Gabby. George pun terkekeh lalu melangkah, mendekati Gabby. "Aku beliin beberapa baju buat kamu. Nggak mungkin kan, kamu tiap hari pake baju papaku," jawab George seraya meletakkan kantung belanjaannya

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 106

    Raizel terbangun di kasurnya dengan tubuh polos yang sudah terbalut oleh selimut. Awalnya dia belum tersadar dan hanya bisa menguap seraya meregangkan otot-ototnya yang terasa sedikit pegal. Sampai akhirnya dia menoleh ke arah samping dengan mata terpicing. Samar-samar, terlihat sosok wanita yang tengah terlelap di sebelahnya. Raizel pun terpaku selama beberapa detik hingga akhirnya terperangah dengan apa yang dia lihat. "Lascrea?" pekik Raizel seraya terbelalak. Kenyataan yang begitu menghantam benaknya adalah saat menyadari bahwa Lascrea dan dirinya sama-sama tak berpakaian dan hanya dibalut oleh selimut. "Apa yang terjadi?" Berbagai macam pertanyaan terus bergelayut dalam benak. Raizel benar-benar tak ingat dengan apa yang sudah terjadi tadi malam. Pengaruh alkohol yang kuat telah membuatnya lupa diri bahkan menguasai alam bawah sadarnya. Raizel pun mendengus kasar seraya menjambak rambutnya sendiri. Pria itu khawatir jika dia benar-benar melalukan hal yang sama sekali tak d

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 105

    Lascrea berhasil melumat bibir Raizel hingga pria itu mengerutkan keningnya di tengah rasa pengar. Aroma alkohol yang menguar dari mulutnya tak menghentikan Lascrea untuk terus menjelajahi mulut pria itu, bahkan kini tangannya mulai beraksi untuk menanggalkan kemeja Raizel. Raizel yang mengira bahwa gadis di pangkuannya adalah Gabby pun hanya bisa pasrah dan membalas lumatan pada bibirnya. Kedua tangannya melingkar di pinggang Lascrea, sesekali mengelus punggung wanita itu yang masih dibalut oleh blazer hitam andalannya. Sementara Lascrea semakin gencar dengan aksinya. Ciuman yang semula intens di sekitar bibir, kini pindah ke leher jenjang Raizel. Sontak pria itu mulai melenguh indah, merasakan sensasi yang luar biasa di tengah rasa pengar. Jemari indah Lascrea kini melepas ikat pinggang Raizel dan berusaha untuk menanggalkan celananya. Dia tak ingin melewatkan kesempatan indah yang mungkin tak akan datang dua kali dalam hidupnya. Entah apa jadinya jika Raizel tahu bahwa wanita y

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 104

    Raizel hampir putus asa karena Gabby tak kunjung ditemukan. kehampaan bergelung dengan perasaan gundah karena tak ada lagi senyuman manis yang selalu menyejukkan hati. Hari-harinya menjadi berantakan karena fokusnya menjadi terpecah-belah. 'Sebenarnya pergi ke mana dia?'Raizel meneguk sebotol wine sambil terduduk di bangku kerjanya. Tersirat sebuah sesal karena sempat mengizinkan Gabby turut serta dalam menjalankan misi.'Andai dia nggak baper sama George, mungkin semuanya nggak akan kayak gini.' Tiba-tiba Raizel menggeleng kuat, menepis lamunannya. 'Nggak! Andai sejak awal aku nggak izinin dia buat jadi umpan, mungkin mereka nggak akan berhubungan sejauh itu." Raizel menggeram sambil meletakkan gelas wine dengan kasar hingga dia tak sadar akan kehadiran Lascrea yang tiba-tiba masuk ke ruangannya. "Boss?"tanya Lascrea pelan. Raut wajahnya terlihat meringis saat memperhatikan kondisi bosnya saat ini. Sementara Raizel melirik ke arah Lascrea dengan mata terpicing. Mungkin pengaruh

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 103

    Gabby menceritakan kronologis saat mengenal Raizel tanpa ada yang terlewat sedikit pun. Dia bahkan bercerita tentang pertemuannya dengan Elven hingga menemukan villa ini untuk bersembunyi. George menyimak seraya terduduk di sebelah Gabby. Dia mulai memahami situasi yang dialami oleh gadis itu. "Kalau begitu, kau bisa bersembunyi di sini untuk sementara waktu, Angella!" Ucapan George membuat kedua alis Gabby terangkat. Pria itu lupa kalau nama Gabby bukanlah Angella. Atau mungkin jauh di dalam lubuk hati George, dia masih menganggap sosok Gabby adalah Angella yang pernah dia cintai. Melihat raut wajah Gabby, seketika George tersadar bahwa dia salah ucap. "Ah, maaf! Maksudku.... " Perkataan George terhenti karena dia lupa siapa nama asli Angella."Gabby! Panggil saja aku Gabby!" Untung saja Gabby langsung memotong ucapan George dan memperkenalkan diri sehingga kecanggungan yang tercipta segera terempas. "Maaf, aku belum terbiasa memanggilmu dengan nama lain," ucap George seraya

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 102

    George memasuki pekarangan villa dengan mengendarai mobil SUV hitam miliknya. Setelah turun dari mobil, George melangkah menuju pot tempat dia biasa menyembunyikan kunci. Namun, baru saja pria itu menghentikan langkah, alangkah terkejutnya dia saat mendapati potnya jatuh dan terpecah belah. George bahkan tak dapat menemukan kunci villanya di sana. "Sial! Siapa yang udah ke sini?" George segera menghambur ke dalam untuk memastikan bahwa ada seseorang yang telah menerobos masuk ke villanya. Pemuda itu mengedarkan pandang ke seluruh ruangan hingga terdistraksi oleh suara televisi di ruang tengah. Dia bahkan melihat pantulan cahaya yang terpancar dari televisi. George melangkah secara perlahan untuk mendekati sumber suara. Setelah dia menghentikan langkah, kedua matanya membulat secara otomatis. Ternyata benar dugaannya. Ada seseorang yang menyelinap masuk ke dalam villa. Seorang wanita yang tengah bersantai di depan televisi dengan secangkir teh hangat dan memakai handuk kimono milik

DMCA.com Protection Status