Hai assalamualaikum semua! Apa kabar? Semoga baik baik saja ya!
Batam, 3 Oktober 2022
Saya Ampas tahu selaku author dari novel yang berjudul [Taring Putih Dari Barat] ingin menyampaikan beberapa hal yang mungkin harus diketahui pembaca.
Novel ini merupakan karangan dan imajinasi author, sehingga teman-teman pembaca harus bijak dalam menyikapi segala macam hal-hal yang ada di dalam novel ini. sekiranya pembaca dapat mengambil pelajaran yang baik dan buang hal-hal yang buruknya.
Tidak terasa saya telah menulis di Good novel ini selama kurang lebih empat bulan lamanya. Di bulan september sebelumnya ini saya telah menulis bab sebanyak 64 bab dengan jumlah kata kurang lebih 51357 kata.
Saya sebenarnya sangat kecewa dengan diri saya sendiri karena tak bisa menulis seperti bulan-bulan sebelumnya. namun meskipun begitu, saya hanya bisa melupakannya karena kesibukan yang telah saya lalui saat prosesi magang ini.
Saya tak berharap banyak, saya hanya ingin agar diri saya sendiri bisa terus menulis dengan teratur 100 bab setiap bulannya.
Dan untuk teman-teman sekalian yang sudah sampai di sini, saya sangat berterima kasih karena sudah menyisihkan waktu dan materinya untuk sekedar membaca hal-hal omong kosong yang saya tulis ini.
Terima kasih juga untuk 81 gems yang teman-teman berikan pada bulan ini. saya akan terus mencoba untuk belajar dan memperbaiki tulisan saya di setiap harinya agar teman-teman sekalian tak merasa dirugikan setelah membaca tulisan saya.
Namun meskipun saya berusaha, pasti tetap akan ada teman-teman sekalian yang tidak suka dengan novel saya, jadi tak usah dipaksakan untuk membaca. karena saya manusia yang memiliki kekurangan sehingga tak bisa menyenangkan setiap orang.
Itu saja yang bisa saya sampaikan, lebih dan kurang mohon maaf, wassalamualaikum Wr. Wb.
Salam hangat ampas tahu
Di sebuah area hutan hujan yang tampak hijau dan asri, sebuah tempat tampak begitu kontras ketika sejumlah tanah di tempat itu tampil kacau berantakan. Di tempat yang kacau itu, terdapat seekor burung besar yang menegangkan bulunya dengan marah saat menatap ke satu arah. Aura haus darah yang kental mulai dikeluarkan oleh burung itu dengan tanpa ampun sedikitpun. Dengan aura haus darah ini, orang-orang yang ada di area sekitar menjadi sedikit sesak karena nya. Mereka menjadi sedikit ngeri saat melihat tampilan marah dari burung besar itu. Hal ini jelas membuat Surya tercengang. “Apakah dia akan berubah?” tanya Surya dengan waspada. Jelas bahwa pemuda berbadan tegap itu ingat bahwa dia sering kali menjumpai musuh-musuhnya berubah pada saat-saat yang krusial, dengan ini Surya mau tak mau memikirkan hal yang sama. Bersamaan dengan pemikiran Surya itu, sejumlah jarum-jarum hitam yang sudah lama tersebar di area sekitar mulai mengambang dengan penuh makna. Kelompok orang di sekitar y
“Ssshhhh!” Angin ricuh tampak begitu kacau saat menekan area di sekitar. Lingkungan yang seharusnya damai saat penuh dengan tumbuhan berwarna hijau kini malah tertutup awan debu akibat bentrokan antara dua makhluk kuat. “Argh sial! Apakah kau benar-benar ingin bermain dengan cara licik?” tanya Surya kesal. Jelas bahwa meskipun Surya sedang menyerang sekarang, indra pemuda berbadan tegap itu begitu jernih merasakan pergerakan benda asing yang melesat ke arahnya. Surya dengan ini hanya bisa menggertakkan giginya dengan geram saat melihat bahwa benda jarum besar itu sudah hampir sampai ke tubuhnya. “Aku jelas sudah tak bisa menghindar sekarang!” teriak Surya dalam hati. Merasakan kedinginan di punggungnya, Surya langsung saja memobilisasi aura biru gelap agar bisa bergerak dengan leluasa di dalam tubuhnya. Dengan pergerakan itu, sejumlah aura berwarna biru mulai tumpah dan sedikit bercampur dengan aura oranye yang sebelumnya telah keluar dari tubuh Surya. Bulir-bulir air mulai mu
Di sebuah area hutan hujan yang hijau, sejumlah debu tampak naik yang jelas begitu kontras dengan area di sekelilingnya. Kabut kotor itu terus saja mengudara untuk waktu yang cukup lama, hal ini membuat jarak pandang menjadi terhalang. Sampai-sampai kelompok murid belati bengkok yang telah lama melihat ke arahnya masih belum jelas tentang situasi area berdebu itu. “Apakah dia tamat?” tanya Fajar tak berharap. Sementara itu, Nova juga tampil dengan raut wajah was-was dibalut kesedihan ketika melihat ke arah area berdebu itu. Jelas bahwa kelompok itu tak siap menerima berita buruk dari orang yang akan menyelamatkan mereka. Kelompok itu baru saja bahagia saat menemukan Sosok pemuda akrab yang berusaha melindungi mereka. Namun meskipun kelompok orang itu tak berharap banyak pada awalnya, mereka masih saja tak bisa untuk tidak sedih saat melihat harapan mereka hancur begitu saja. “Chouk...chouk.... ahhhh ini begitu menyakitkan.” Sebuah Suara batuk diiringi keluhan mulai terdengar di k
“Swihuswushwuhsuwhsuw” Gejolak tinggi ricuh mulai mengacaukan area sekitar. Hal ini disebabkan oleh tabrakan antara dua makhluk hidup yang saling bermusuhan. Sementara burung besar melesat mengarahkan paruhnya ke arah Surya, pemuda berbadan tegap itu malah menghindar dengan santai sebelum akhirnya menyatakan kuda kuda tertekuk yang serius. Hanya dengan beberapa inci saja, Surya sudah benar-benar terbebas dari serangan pihak lain. Senyuman yang telah lama tergantung di wajah Surya kini semakin melebar akibat perkembangan peristiwa yang telah diciptakan olehnya. Sementara Surya tampak begitu senang, burung besar itu sedikit lengah. Dia tak berharap Surya akan bisa menghindari serangannya dengan begitu mudahnya. Dengan ini burung itu siap menghentikan tubuhnya saat sudah melewati Surya. Namun meskipun burung itu sudah berencana, Surya sama sekali tak mau memberikan apa yang burung itu mau menjadi terwujud. Setelah tampilan kuda kuda menekuk itu siap hanya dalam waktu sepersekian d
“Ssshhhh!” “Swoosh!” Sejumlah proyektil seperti jarum hitam mulai keluar dari paruh burung besar yang sedang tergeletak penuh darah di satu tempat. Burung itu memuntahkan apa yang ada di mulutnya dengan begitu semangat seolah tengah melakukan lomba yang memiliki batas waktu untuk dimenangkan. Sementara burung itu melanjutkan untuk meludah, Surya yang melihat hal ini dari jauh menampilkan postur waspada tepat di wajahnya. Hal ini dikarenakan Surya merasakan bahaya keluar dari arah jarum-jarum yang telah diludahkan oleh burung puyuh raksasa itu ke arahnya. Pada awalnya Surya bingung apa motivasi pihak lain memakan senjatanya sendiri, namun setelah pemuda itu melihat sekali lagi, dia akhirnya tahu apa yang diinginkan burung itu. Seolah telah disadarkan dari kesurupan, pemuda itu tak lagi berjalan dengan santai, namun bersiap dengan waspada menunggu serangan yang akan datang. Seolah panah yang memiliki kecepatan beberapa kali lipat dari panah biasa, jarum-jarum yang bergerak keluar
Di sebuah area hutan hujan yang begitu asri, tampak sebuah area begitu kontras dengan area yang ada disekitarnya karena satu alasan. Ada sejumlah jejak pertarungan yang tertingga mengacaukan area yang damai itu. sosok pemuda berbadan tegap juga tampak terbaring lemas saat tubuhnya naik turun dengan tak menentu. “Ahhh ini sangat melelahkan!” keluh Surya saat masih saja terbaring dengan nyaman di atas tubuh burung tanpa kepala yang telah dia lawan sebelumnya. Pemuda itu terus saja berbaring untuk waktu yang tak ditentukan hingga beberapa pemuda pincang bergerak dengan susah payah ke arahnya. Setelah beberapa saat berjalan, kelompok orang pincang yang bergerak ke arah Surya itu hanya bisa melihat ke arah pemuda itu dengan tampilan yang tak percaya. Kelompok orang itu hanya bisa bolak-balik melihat ke arah Surya yang sedang terbaring lemas di atas bangaki coklat dan juga melihat ke arah kepala unggas yang terpotong dengan rapi seolah membutuhkan banyak usaha untuk melakukannya. “Sepe
“Sihhh... siapa pun yang mendapat bunga Teratai kuning itu, tetap saja akan membuat banyak penjagalan di tempat ini...” desah sosok pemuda dengan begitu malas. Meskipun Abar sebenarnya tak mengetahui se luar biasa apa Teratai kuning itu, namun jelas bahwa indranya bisa merasakan bahwa hal itu tak biasa sama sekali. Namun itu saja, Abar sama sekali tak berharap akan banyak orang yang datang untuk saling bertarung hanya agar mendapat bunga tak dikenal itu. Selain Abar tidak tahu benda apa teratai kuning itu sebenarnya, dia juga begitu yakin bahwa orang-orang di sekitar juga tidak tahu. Bagaimana mungkin orang seperti dia tidak lebih berpengalaman dari pesilat rata-rata, dan juga jaringan intelijen Abar begitu kuat karena pengaruh ayahnya yang merupakan salah satu si bengis. Dengan ini jelas akan aneh jika dia lebih bodoh dari orang kebanyakan. Di saat Abar tengah termenung itu, tiba-tiba saja wajahnya yang sudah lama mengkerut tiba-tiba menjadi tegang. Setelah perubahan ekspresi ya
Di sebuah area danau yang luas, tampak sekelompok orang tengah mematung dengan ngeri saat melihat ke satu arah. Kelompok orang itu baru saja melihat hal yang begitu brutal untuk mereka, meskipun kelompok orang itu adalah pesilat yang sering berurusan dengan darah dan kematian, namun mereka sama sekali tak pernah membayangkan hal yang barusan terjadi adalah sesuatu yang biasa. Dengan ini kelompok itu hanya bisa melihat lekat-lekat ke arah seorang pemuda yang berada tidak terlalu jauh dari mereka. Sementara kelompok orang di sekitar tampak khawatir, sosok Abar malah menjadi senang. Dia hampir saja lupa tampilan ketakutan dari orang-orang setelah melihat kemampuannya. Akhir-akhir ini pemuda tak masuk akal itu hanya mendapatkan tatapan ejekan dan tatapan jijik. Jelas dia begitu tertekan pada masa-masa ini. Namun melihat sekelompok orang yang ada di sekitarnya, Abar kembali ingat tentang identitasnya. “Hahahaha benar! Aku Abar, aku tak takut pada siapapun, dan aku senang akan kekacaua