Di sebuah area hutan hujan yang hijau, sejumlah debu tampak naik yang jelas begitu kontras dengan area di sekelilingnya. Kabut kotor itu terus saja mengudara untuk waktu yang cukup lama, hal ini membuat jarak pandang menjadi terhalang. Sampai-sampai kelompok murid belati bengkok yang telah lama melihat ke arahnya masih belum jelas tentang situasi area berdebu itu. “Apakah dia tamat?” tanya Fajar tak berharap. Sementara itu, Nova juga tampil dengan raut wajah was-was dibalut kesedihan ketika melihat ke arah area berdebu itu. Jelas bahwa kelompok itu tak siap menerima berita buruk dari orang yang akan menyelamatkan mereka. Kelompok itu baru saja bahagia saat menemukan Sosok pemuda akrab yang berusaha melindungi mereka. Namun meskipun kelompok orang itu tak berharap banyak pada awalnya, mereka masih saja tak bisa untuk tidak sedih saat melihat harapan mereka hancur begitu saja. “Chouk...chouk.... ahhhh ini begitu menyakitkan.” Sebuah Suara batuk diiringi keluhan mulai terdengar di k
“Swihuswushwuhsuwhsuw” Gejolak tinggi ricuh mulai mengacaukan area sekitar. Hal ini disebabkan oleh tabrakan antara dua makhluk hidup yang saling bermusuhan. Sementara burung besar melesat mengarahkan paruhnya ke arah Surya, pemuda berbadan tegap itu malah menghindar dengan santai sebelum akhirnya menyatakan kuda kuda tertekuk yang serius. Hanya dengan beberapa inci saja, Surya sudah benar-benar terbebas dari serangan pihak lain. Senyuman yang telah lama tergantung di wajah Surya kini semakin melebar akibat perkembangan peristiwa yang telah diciptakan olehnya. Sementara Surya tampak begitu senang, burung besar itu sedikit lengah. Dia tak berharap Surya akan bisa menghindari serangannya dengan begitu mudahnya. Dengan ini burung itu siap menghentikan tubuhnya saat sudah melewati Surya. Namun meskipun burung itu sudah berencana, Surya sama sekali tak mau memberikan apa yang burung itu mau menjadi terwujud. Setelah tampilan kuda kuda menekuk itu siap hanya dalam waktu sepersekian d
“Ssshhhh!” “Swoosh!” Sejumlah proyektil seperti jarum hitam mulai keluar dari paruh burung besar yang sedang tergeletak penuh darah di satu tempat. Burung itu memuntahkan apa yang ada di mulutnya dengan begitu semangat seolah tengah melakukan lomba yang memiliki batas waktu untuk dimenangkan. Sementara burung itu melanjutkan untuk meludah, Surya yang melihat hal ini dari jauh menampilkan postur waspada tepat di wajahnya. Hal ini dikarenakan Surya merasakan bahaya keluar dari arah jarum-jarum yang telah diludahkan oleh burung puyuh raksasa itu ke arahnya. Pada awalnya Surya bingung apa motivasi pihak lain memakan senjatanya sendiri, namun setelah pemuda itu melihat sekali lagi, dia akhirnya tahu apa yang diinginkan burung itu. Seolah telah disadarkan dari kesurupan, pemuda itu tak lagi berjalan dengan santai, namun bersiap dengan waspada menunggu serangan yang akan datang. Seolah panah yang memiliki kecepatan beberapa kali lipat dari panah biasa, jarum-jarum yang bergerak keluar
Di sebuah area hutan hujan yang begitu asri, tampak sebuah area begitu kontras dengan area yang ada disekitarnya karena satu alasan. Ada sejumlah jejak pertarungan yang tertingga mengacaukan area yang damai itu. sosok pemuda berbadan tegap juga tampak terbaring lemas saat tubuhnya naik turun dengan tak menentu. “Ahhh ini sangat melelahkan!” keluh Surya saat masih saja terbaring dengan nyaman di atas tubuh burung tanpa kepala yang telah dia lawan sebelumnya. Pemuda itu terus saja berbaring untuk waktu yang tak ditentukan hingga beberapa pemuda pincang bergerak dengan susah payah ke arahnya. Setelah beberapa saat berjalan, kelompok orang pincang yang bergerak ke arah Surya itu hanya bisa melihat ke arah pemuda itu dengan tampilan yang tak percaya. Kelompok orang itu hanya bisa bolak-balik melihat ke arah Surya yang sedang terbaring lemas di atas bangaki coklat dan juga melihat ke arah kepala unggas yang terpotong dengan rapi seolah membutuhkan banyak usaha untuk melakukannya. “Sepe
“Sihhh... siapa pun yang mendapat bunga Teratai kuning itu, tetap saja akan membuat banyak penjagalan di tempat ini...” desah sosok pemuda dengan begitu malas. Meskipun Abar sebenarnya tak mengetahui se luar biasa apa Teratai kuning itu, namun jelas bahwa indranya bisa merasakan bahwa hal itu tak biasa sama sekali. Namun itu saja, Abar sama sekali tak berharap akan banyak orang yang datang untuk saling bertarung hanya agar mendapat bunga tak dikenal itu. Selain Abar tidak tahu benda apa teratai kuning itu sebenarnya, dia juga begitu yakin bahwa orang-orang di sekitar juga tidak tahu. Bagaimana mungkin orang seperti dia tidak lebih berpengalaman dari pesilat rata-rata, dan juga jaringan intelijen Abar begitu kuat karena pengaruh ayahnya yang merupakan salah satu si bengis. Dengan ini jelas akan aneh jika dia lebih bodoh dari orang kebanyakan. Di saat Abar tengah termenung itu, tiba-tiba saja wajahnya yang sudah lama mengkerut tiba-tiba menjadi tegang. Setelah perubahan ekspresi ya
Di sebuah area danau yang luas, tampak sekelompok orang tengah mematung dengan ngeri saat melihat ke satu arah. Kelompok orang itu baru saja melihat hal yang begitu brutal untuk mereka, meskipun kelompok orang itu adalah pesilat yang sering berurusan dengan darah dan kematian, namun mereka sama sekali tak pernah membayangkan hal yang barusan terjadi adalah sesuatu yang biasa. Dengan ini kelompok itu hanya bisa melihat lekat-lekat ke arah seorang pemuda yang berada tidak terlalu jauh dari mereka. Sementara kelompok orang di sekitar tampak khawatir, sosok Abar malah menjadi senang. Dia hampir saja lupa tampilan ketakutan dari orang-orang setelah melihat kemampuannya. Akhir-akhir ini pemuda tak masuk akal itu hanya mendapatkan tatapan ejekan dan tatapan jijik. Jelas dia begitu tertekan pada masa-masa ini. Namun melihat sekelompok orang yang ada di sekitarnya, Abar kembali ingat tentang identitasnya. “Hahahaha benar! Aku Abar, aku tak takut pada siapapun, dan aku senang akan kekacaua
Di sebuah area pantai danau luas yang tenang, sejumlah kekacauan berdarah tampak cukup mempengaruhi keadaan area sekitar.Air danau yang awalnya jernih kini begitu keruh kemerahan karena satu alasan. Tidak sampai disitu saja, suara-suara ricuh masih saja terdengar kacau di tempat itu seolah telah terjadi perang antara dua faksi yang sedang merebutkan kehormatan.Meskipun terlihat begitu menakutkan dan juga melihatkan dua faksi besar, nyatanya kekacauan itu hanya disebabkan oleh seorang pemuda yang sedang tertawa di sudut area berdarah itu.“Ah Ah Ah lagi-lagi!” tawa Abar saat menatap langit setelah melihat ke area sekelilingnya.Ada sekelompok orang yang sedang menyerang sejumlah kepala batu beruang, sementara itu ada juga kelompok orang yang hanya melihat dari kejauhan.Kelompok orang yang sedang bertarung itu begitu murung saat merasakan pahit di hati mereka. Kelompok itu begitu bangga pada waktu sebelumnya dan berharap mereka bisa mempermalukan pihak lain dengan kekuatan jumlah mer
Abar tak pernah mengira bahwa sosok pengantar pesan yang merupakan bawahan si bengis yang sedang melakukan misi di tempat ini memberikan informasi yang begitu berharga baginya.Di katakana bahwa sosok yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan orang yang dicari Abar tengah terluka akibat pertempuran dengan monster burung. Sosok itu kini sedang bersembunyi memulihkan dirinya di satu tempat.Mendengar hal ini Abar langsung saja senang, memikirkan wajah terpuruk Surya, Abar langsung saja tersenyum puas seolah telah mengkonsumsi narkoba yang membuat kecanduan.Karena begitu bersemangat, sosok pemuda tak masuk akal itu langsung saja memerintahkan pengirim pesan itu untuk segera membimbingnya.Dengan ini pemuda brutal yang sebelumnya menimbulkan kekacauan pergi dengan penuh semangat saat mengikuti orang misterius yang baru saja datang.Kelompok orang yang sedang bersembunyi hanya bisa menghela nafas lega saat melihat punggung sosok brutal itu.Meskipun kelompok mereka telah jelas menentukan g