Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Di sebuah sudut yang ada di bengkel milik datuk merah, seorang pemuda tengah duduk dengan wajah sedikit lesu. “Surya, ini minumanmu,” kata seorang kakek ke arah pemuda lesu. Pemuda yang masih dalam keadaan linglung itu langsung mengambil cangkir yang telah di sodorkan pihak lain ke arahnya. Sosok pemuda lesu itu tidak lain adalah Surya, dia baru saja sadarkan diri setelah dipindahkan datuk merah Ketika pingsan di bengkel akibat kelelahan. Sementara Surya masih dalam keadaan linglung, datuk merah mulai pergi lagi meninggalkan pemuda itu sendiri di dalam bengkel yang panas. “Hhhhh itu sungguh mengerikan,” kata Surya dengan takut saat mengingat kejadian sebelumnya. Dia baru saja selesai melebur paduan besi yang telah dipilihnya sebelumnya. Meski dia percaya diri untuk melakukan hal itu, namun tampaknya energinya sama sekali tidak mumpuni untuk menopang kepercayaan diri itu. Memikirkan hal ini lagi, Surya mulai menggelengkan kepalanya dengan tidak puas. “Ahh tampaknya aku masih har
“Ini bagaimana mungkin?” tanya seorang kakek yang sedang melihat ke arah tangan pemuda di hadapannya. Melihat reaksi pihak lain, Surya kini yakin bahwa benih bayi api milinya tidak biasa. Sementara itu, sosok kakek bungkuk yang masih takjub melihat ke arah tangan Surya hanya bisa bergumam dalam hati. “Apa yang sebenarnya terjadi, bagaimana anak ini bisa menjadi seaneh ini?” Jelas kakek itu bingung karena apa yang dilihatnya tidak masuk akal. Dia telah lama mengenal benih Raja api yang notabene adalah benihnya sendiri luar dalam, namun apa yang ada di hadapannya begitu asing untuk dirinya. “Apakah ini benih yang terakhir kali aku berikan?” tanya datuk merah ke arah Surya. Surya yang mendengar hal ini hanya bisa menatap kakek itu dengan tatapan aneh. “Apa yang salah dengan datuk merah?” tanya Surya dalam hati Ketika melihat perilaku datuk merah sekarang. “Ya ini adalah benih yang datuk berikan sebelumnya, ada apa datuk? Apakah benihku cacat?” tanya Surya sedikit khawatir. Jelas
Malam hari yang cukup dingin di sebuah area yang tampak kacau, terlihat sekelompok orang sedang melakukan kerja bakti bersama-sama.“Ahhhh sial, apakah kita di latih dengan cara ini?” tanya seorang mengeluh.“Tampaknya kita hanya bisa manfaatkan untuk memperbaiki sungai ini saja, setelah itu dia pasti akan pura-pura lupa pernah mengatakan bahwa dia akan mengajarkan kita silat,” kata orang lain dengan sedikit skeptis.“Ya benar, akan terlalu bagus untuk menjadi kenyataan bahwa pemuda desa seperti kita bisa belajar silat dari sosok yang agung seperti itu.” yang lain menambahkan.“Ahhhh benar, mengingat kepribadian dia yang begitu buruk, aku semakin yakin kita hanya dimanfaatkan.”“Lalu apakah kita akan terus seperti ini?” tanya yang lain saat menggendong sekarung pasir bersamanya.“Jelas kita harus berhenti dan menjauh dari dia, tapi apakah kita bisa?”Mendengar pernyataan ini, sekelompok orang itu menjadi diam. Tampilan mereka terlihat buruk sekarang ketika wajah mereka mulai menghitam
Di sebuah area yang kacau di kota Dataran Tinggi, tampak selusin orang sedang berkumpul melihat ke satu arah dengan seksama.“Apa bagusnya buku itu?” Tanya Yampadi dengan tidak senang.Sementara itu, lusinan pemuda yang ada di area itu sama penasarannya dengan Yampadi, bahkan Elpri tidak bisa untuk tidak bertanya dalam hati.“Apa yang bagus dari buku itu? aku berharap bahwa Rizal tidak akan membuat lelucon di saat-saat seperti ini,” Elpri tampak sedikit khawatir Ketika memikirkan satu hal.Sementara sekelompok orang sedang melihatnya, Rizal mulai melihat buku yang ada di hadapannya dengan serius. Dengan ini dia mulai bergumam di dalam hati.“Benar ini bukan ilusi...”Sebenarnya Rizal tidak berharap bahwa dia benar-benar diberikan sebuah buku yang berguna oleh Surya, dia selalu berpikir itu hanyalah halusinasinya.Namun setelah berada di titik ini, dia akhirnya yakin bahwa semuanya adalah kenyataan. Dengan itu senyum manis mulai tersinggung di wajah mudanya itu.Sekelompok orang di se
Pagi hari yang berembun di sebuah gua yang lembab, seorang pemuda terlihat dengan malas mulai bangkit dari tidurnya. “Yawn, tubuhku lelah sekali,” lirih pemuda itu sembari meregangkan tubuhnya. Setelah dia merasa puas dengan gerakan meregangkan itu, dia mulai mengucek-ngucek matanya dengan cukup cepat. Sosok itu duduk sebentar di atas batu besar yang telah menjadi tempat tidurnya. Jelas dia sekarang masih mencoba untuk mengumpulkan kesadaran setelah tertidur dengan kondisi yang buruk semalam. Setelah beberapa saat berdiam diri melihat ke arah dinding gua dengan tatapan kosong, sosok itu akhirnya mulai beranjak dan berjalan menuju satu arah. Pemuda itu langsung saja melakukan setiap aktivitas paginya dengan cukup semangat. Selagi pemuda itu melakukan kegiatan paginya, dia mengingat satu hal. “Ahhh benar, aku semalam memberikan buku acak untuk mereka, aku berharap mereka tidak melakukan hal salah yang bisa membuat mereka terluka,” kata Surya dengan sedikit tidak enak hati. Jelas
Di sebuah bengkel yang ada di kota Dataran tinggi, seorang pemuda tengah berpeluh keringat Ketika menghantamkan palu yang ada di tangannya ke arah besi panas yang di capit dengan tangannya yang lain. “Dentang! Denting! Dentang!” suara benturan benda logam terus terdengar layaknya musik di telinga yang tertata rapi. Setelah sekian lama dipukul, besi itu akhirnya menjadi lebih panjang dan tipis dari sebelumnya. Tampak bahwa besi itu sudah mulai mendingin, pemuda yang menempa itu meletakan logam itu ke dalam tungku pembakaran sekali lagi. “Ahhhh tampaknya tidak mudah untuk membuat pusaka,” kata Surya dengan sedikit tidak berharap. Surya harus membuat keris yang bagus untuk pelanggan pertamanya ini, tapi dia sama sekali tidak tahu harus berbuat apa. Dari tadi pagi Surya sudah memikirkan bentuk keris yang akan dibuatnya, namun pemuda itu jelas sial Ketika dia sama sekali tidak bisa memikirkan sesuatu yang bagus. Dengan itu dia mengeluh dengan banyak. “Huft, apa yang aku harus lakuka
“Hey mengapa kau termenung? Apa ada yang salah?” tanya seorang pemuda yang kini ada di hadapan Hijau karambia. Sementara itu, Hijau karambia sendiri masih termenung syok Ketika melihat ke arah pihak lain. Bahkan beruk yang kini masih tergantung di pundaknya bergetar hebat sebelum akhirnya kencing di pundak majikannya saat itu juga. Surya yang melihat kedua mahluk yang aneh itu hanya bisa mengernyit. “Mengapa mereka terlihat seperti kesurupan?” dengan itu Surya mulai melihat kebelakang ingin tau apa yang sebenarnya terjadi. Namun Ketika Surya menoleh kebelakang, dia hanya bisa melihat kekosongan tanpa adanya siapapun di sana. Dengan itu Surya mulai melihat ke arah dua makhluk itu sekali lagi dengan tatapan khawatir. “Apa yang menyebabkan mereka berdua begitu ketakutan?” tanya Surya dalam hati. Mungkin jika pihak lain mendengar pertanyaan Surya, mereka akan menangis darah karena tidak tahu harus berkata apa. Sementara Surya menatap mereka dengan aneh. Hijau mulai tersadar Ketika
Di sebuah area hutan kelapa yang begitu rindang. Tampak seorang pemuda tengah menggenggam sebuah keris di tangan kirinya. Sesaat setelah itu, sosok pemuda yang menangkap itu mulai menggerakan tangan kanannya untuk menjangkau leher pihak lain. Saat hal itu terjadi, suasana di area itu mulai berbuah menjadi mencekam. Sosok yang berada di posisi terperangkap itu hanya bisa bergetar takut Ketika menutup matanya. “Tidak!” Hijau hanya bisa menyesal dalam hati Ketika memejamkan mata menunggu ajalnya. “Ssshhhhh” suara ricuh angin mulai terdengar keras di area itu. “...” Hal yang terjadi selanjutnya adalah keheningan. Sementara itu Hijau yang masih mengerutkan wajahnya dengan banyak mulai bingung. “Ehhh apakah ini rasanya mati? Ini bahkan tidak sakit,” gumam pemuda itu pelan. Sementara pandangan Hijau gelap karena belum membuka matanya, dia bisa merasakan sejumlah angin kencang mulai menyentuh setiap sudut tubuhnya dengan amat buruk. “Apa yang terjadi sekarang? Apakah ini perasaan ber
“Argh!!!”Seorang pemuda berbadan tegap kini tengah meringkuk buruk di tanah. Sosok itu terus saja bergetar dengan hebat seolah tak terima atas rasa sakit yang dirasakannya.Badan tubuh sosok pemuda tegap itu menegang dengan warna merah merona seperti kepiting rebus yang telah dimasak dalam waktu yang lama.Urat-urat tubuhnya yang sudah menonjol sejak awal kini mulai menggeliat seperti cacing yang menginvasi daging di bawah kulitnya.Semakin lama Surya meringkuk dengan gelisah di tanah, semakin pula rasa sakit yang aneh itu menyiksa tubuhnya.Samar-samar Surya menebak bahwa hal yang telah muncul di punggung tangannya adalah sebuah masalah yang dihasilkan setelah dia bersentuhan dengan mayat milik Abar sebelumnya.Hanya pemuda itulah yang terkait dengan beruang, dengan ini, tato beruang yang muncul di punggung tangan Surya jelas berasal darinya.Dengan ini Surya sedikit merasa pahit di mulutnya, dia menyesal karena telah terlalu serakah menjarah mayat pihak lain sebelumnya.Namun meski
Surya yang telah begitu susah payah melawan kelompok organisasi kejam sebelumnya sama sekali tak ingin merugi.Pemuda yang memiliki badan kokoh itu langsung saja bergerak maju ke arah badan mayat kelompok orang yang telah dibunuhnya sebelumnya.Hal itu terus saja berlanjut hingga akhirnya Surya sampai di tubuh Abar yang tanpa kepala.Dengan pergerakan ringan, Surya langsung saja menggeledah tubuh pihak lain tanpa sedikitpun sopan santun.Pada awalnya Surya bisa mencari dengan begitu mudahnya seolah tengah melakukan hal yang remeh, namun beberapa saat kemudian, ada sebuah gejolak aneh yang muncul dari tubuh tanpa kepala milik Abar.Surya yang begitu dekat dengan tubuh pihak lain merasakan Krisis yang aneh.Pemuda itu sama sekali tak percaya bahwa mayat tanpa kepala itu bisa mengancam Surya, namun seiring berjalannya waktu, perasaan mencekam dan krisis itu teru saja menebal membuat Surya tak enak hati.Surya akhirnya menjauh karena dia ingat bahwa instingnya begitu jarang memiliki kesal
“Badum… badum… badum…” Suara detak jantung yang begitu keras terdengar di dada seorang pemuda kacau. Sosok pemuda itu tak lain adalah Abar yang tengah melihat ke arah seorang pria yang memiliki usia yang hampir sama dengannya. Abar melihat pihak lain dengan begitu takut seolah pihak lain telah menanamkan trauma mendalam kepadanya. Tubuh abar begitu layu, ingin sekali meleleh dan jatuh ke tanah meskipun dia sudah terduduk dengan kacau sekarang. “Tuk tak tuk…” Suara langkah kaki yang pelan dan ringan terdengar seperti teriakan monster di telinga Abar, pemuda kacau itu terus saja menyusut saat suara langkah kaki yang ringan itu semakin jelas di telinganya. Abar bisa melihat dengan jelas senyum hangat dari pemuda tegap yang tengah berjalan ke arahnya. Meskipun terlihat begitu bersahabat, entah mengapa Abar begitu enggan melihat senyum cerah yang ditampilkan oleh pihak lain. Hal ini terus saja membuat Abar frustasi, karena putus asa, pemuda kacau itu mulai membuka mulut untuk bersua
“Swoosh~” “Dum… dum… dum…” Suara ricuh terus saja bermunculan saat dua telapak tangan yang mirip saling berbenturan. Kedua telapak tangan dari dua belah pihak itu tampak mirip namun berbeda. Hal ini seolah telapak tangan itu milik dua orang yang bersaudara. “Bahkan kekuatannya sama!” teriak Kakhi berseru kaget. Kakhi pada awalnya berpikir bahwa dia sedang berhalusinasi. Bagaimana bisa musuh yang belum pernah ditemui bisa menggunakan serangan yang mirip bahkan hampir sama dengan serangan yang telah didapat kelompoknya. Namun sekarang, setelah kakhi melihat dengan jelas aura dan juga dampak serangan, sosok itu hanya bisa bertanya dalam hati. “Apa maksud conqu suci? Apakah kita sedang dipermainkan?” katanya kesal menatap kedepan. Kedua raksasa besar itu terus saja beradu, mereka begitu sengit karena memiliki kekuatan yang hampir sama, namun meskipun begitu tetap saja ada celah kecil antara kekuatan keduanya. Di saat seperti ini, perbedaan yang sangat kecil sekalipun bisa berdampak
Serangan demi serangan mulai bergerak dengan indah dan kacau menuju ke satu arah, bersamamaan dengan kilau-kilau yang memukau itu, sejumlah besar suara ricuh mulai mengacaukan are sekitar. Seolah sebuah badai akan terjadi, debu-debu dan pepohonan di sekitar mulai terangkat akibat momentum yang diciptakan. Sekelompok orang yang tampak menyerang dengan sembarangan itu kini membentuk sebuah pola yang rumit namun beraturan. Kelompok itu kini melakukan serangan formasi yang telah mereka latih sebelumnya, kini bahkan momentum yang ditunjukkan kelompok orang itu benar-benar seperti monster kuno yang menakutkan. Surya yang melihat hal ini dari kejauhan jelas takjub dan juga terkejut, dia tak pernah membayangkan akan melihat hal yang begitu hebat menyerang ke arahnya. Samar-samar ada gambaran seorang laki-laki putih bersih dengan sepasang sayap indah yang mulai menerjang ke arah Surya. Hal itu terlihat sangat kuat! Namun meskipun begitu, Surya sama sekali tak mengendur. Pemuda berbadan t
“Swosh!”Suara deru angin mulai terdengar saat seorang pemuda melesat dengan kencang menuju ke satu arah.Setelah beberapa saat melesat, sebuah suara benda jatuh mulai terdengar di telinga sekelompok orang di sekitar.“Pluk.”Suara itu tidak begitu besar dan juga sangat terendam, namun meskipun begitu, suara jatuhan itu bisa didengar dengan jelas oleh setiap orang.Kelompok yang sudah lama terpaku melihat ke arah belakang mereka hanya bisa menajamkan mata seolah tak percaya.Sosok yang membawa Abar di tempat ini telah benar-benar kehilangan kepala, di sebelah Abar hanya menyisakan seorang sosok tanpa kepala.“Pluk!”Seolah batu kecil yang bisa membuat seluruh gunung es menjadi longsor, suara kecil jatuhan yang baru saja terdengar itu membuat hati setiap orang yang ada di area sekitar menjadi runtuh.Suara terjatuh itu jelas berasal dari tubuh tanpa kepala sebelumnya.Abar yang juga tersadar akan hal ini hanya bisa melihat ke arah mayat tanpa kepala yang ada di dekatnya dengan tatapn t
Abar dan sosok lain yang ada di sebelahnya tampak mematung saat melihat sekelompok orang yang tengah berlari tidak jauh dari dirinya.Abar pada awalnya berpikir bahwa teriakan sebelumnya adalah kode atau semacam teriakan serangan khusus, namun setelah melihat sekelompok orang yang berlari menjauh dan tak berniat untuk menyerang, hanya membuat Abar menjadi terpana.“Apa situasinya?” Abar tanpa sadar bergumam sendiri.Sosok yang sedari tadi berada di sebelah Abar juga tampak bingung, dia juga ingin bertanya hal yang sama dengan apa yang baru saja di gumamkan Abar sebelumnya. Namun hal itu terhenti karena sebuah batu yang ada di tangannya mulai bergetar.Sosok yang memegang batu itu mulai melihat isi pesan dari batu itu dengan wajah yang aneh, seolah ada hal yang mengganggu pikirannya.Setelah beberapa saat melihat isi pesan dari batu komunikasi miliknya, sosok yang tampil dengan wajah aneh itu tiba-tiba saja merubah raut wajahnya.Sosok itu langsung saja berlari dengan gila-gilaan saat
Di sebuah area hutan yang lebat, sekelompok orang tengah berlari dengan gila-gilaan menuju ke satu arah. “Sial! Apa yang membuat orang itu sampai-sampai mengirim pesan darurat seperti ini?” tanya Kakhi saat berlari sambil melihat sebuah batu yang ada di tangannya. Beberapa saat lalu, kakhi jelas telah sepakat untuk membantu Abar berurusan dengan musuhnya, dengan ini Kakhi yang merupakan salah satu orang yang di percayai tuannya salah satu si bengis menyuruh beberapa orang untuk ikut dengan Abar. Dia berharap beberapa lusin orang itu bisa dengan mudah menjatuhkan lawannya. Namun selang beberapa saat yang singkat, sosok itu malah mendapat pesan di batu komunikasi dengan notifikasi cahaya. Biasanya batu hanya akan bergetar saat salah seorang mengirim pesan. Hal ini merupakan notifikasi umum. Dan ini sangat jelas bagi para anggota dari kelompok itu. Namun hal yang dilihatnya kali ini membuatnya sedikit panik, cahaya hanya akan keluar jika hal yang dikirimkan dalam batu komunikasi bena
Serangan yang kuat dan sejumlah orang melaju dengan cepat ke arah seorang pemuda. Kelompok orang itu begitu besemangat seolah telah di suntik oleh narkoba. Sementara itu, pemuda yang telah menjadi arah serangan itu terkejut sebentar sebelum akhirnya Kembali tenang dan tenang. Sosok Abar yang melihat ini dari kejauhan hanya bisa mencibir. “Cihhh, tidak ada gunanya berlagak keren sekarang!” Sosok Abar berkata penuh dengan kebencian pada awalnya, namun setelah beberapa saat, Surya yang awalnya mematung seolah ketakutan itu tiba-tiba saja bergerak. Dengan seuara tebasan pedang yang jelas tajam, sejumlah kepala munusia terbang kemudian jatuh dengan buruk ketanah. Setelah itu, sejumlah tubuh kaku yang jelas-jelas merupakan tubuh kelompok yang sebelumnya menyerang mulai jatuh dengan layu satu persatu. Abar yang melihat ini langsung saja menjadi negri. “Ahhh apakah dia sekuat ini? tidak mungkin! tidak mungkin” Pemuda itu dengan panik berterika. “Tidak-tidak kalian semua serang, janga