hai semuanya, apa kabar? gimana bab kali ini? semoga menghibur ya!! || Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Seorang pemuda bermata biru menatap ke arah pemuda lain yang ada di ruangan berantakan itu dengan tatapan aneh. Dia berharap bahwa apa yang ditanyakan pihak lain hanyalah halusinasinya. “Coba ulangi perkataanmu?” tanya Rohid. “Benda apa kantung jelek ini? mengapa kau terlihat sangat bersemangat Ketika melihatnya?” tanya Surya sedikit jelas sekarang. Pernyataan itu membuat Rohid tersadar bahwa dia tidak sedang berhalusinasi. Dia hanya bisa bingung Ketika melihat pihak lian. “Kau ini sangat bodoh atau apa?” tanya Rohid ke arahnya dengan mengejek. “...” Surya yang mendengar hal ini hanya bisa diam. Mungkin benar dia bodoh karena terlalu lama terkurung di dunianya yang kecil. Karena tidak ada balasan dari pihak lain, Rohid muali menjelaskan. “Benda ini disebut kantung semesta penyimpanan ...” “Kantung semesta penyimpanan?” Surya bergumam dengan raut bertanya. Melihat penampilan Surya, Rohid hanya bisa percaya bahwa pihak lain tidak sedang bercanda. Dia benar-benar tidak tau be
Getaran yang ditunjukkan pedang Pralaya semakin kuat seiring berjalannya waktu. Setelah beberapa saat bergetar, pedang itu mulai melayang menuju ke satu arah. Melihat arah yang dituju pedang aneh itu, Surya mau tidak mau menangis dalam diam. “Sial! Benar dugaan ku...” katanya pasrah. Sementara itu, Rohid yang melihat hal ini hanya bisa takjub. Dia sekali lagi mengingat fenomena yang terjadi saat pelelangan. “Mengapa begitu banyak benda ajaib bersamanya?” tanya Rohid penasaran identitas Surya sebenarnya. Meskipun terlihat bahwa Surya adalah orang udik, tidak ada bantahan melihat caranya bersikap. Namun jelas bahwa Surya bukanlah sosok acak sembarangan. Melainkan sosok yang berpengaruh atau semacamnya. Memikirkan hal ini, Rohid hanya bisa melihat ke arah pedang yang mengambang itu dengan tatapan penuh fokus. Pedang yang sudah lama melayang itu akhirnya berhenti mendarat di tumpukan harta. Seolah telah menemukan apa yang dia inginkan, pedang itu dengan sangat bersemangat masuk ke d
Suara dentingan terdengar Ketika dua buah benda logam saling beradu. Benda benda itu adalah Sebuah pedang besar dan keris yang cukup mungil tampak menggesekan bilah mereka satu sama lain di udara. Selain kejadian itu mistis, namun itu juga terlihat cukup lucu mengingat pedang besar itu berlawanan dengan keris yang jauh lebih kecil darinya. Surya, Rohid, dan juga selusin anjing yang berada di ruang penginapan hanya bisa melihat dengan seksama. Meskipun mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun tetap saja hal di depan mereka adalah sebuah pertunjukan yang tidak bisa mereka lewatkan. “Dentang... denting...” Suara benturan benda logam terus saja terdengar untuk waktu yang cukup lama. kini Surya dapat melihat bahwa keris yang hidup itu kini perlahan mulai menyusut. Surya sama sekali tidak tau kenapa. namun yang jelas bilah logam itu seperti telah hilang sedikit demi sedikit Ketika berbenturan dengan tubuh Pralaya. Setelah sekian lama, akhirnya keris yang berada di udara itu
Cahaya menyilaukan mulai tumpah memenuhi ruangan penginapan yang cukup kecil itu. Surya yang melihat hal ini hanya bisa khawatir apakah benda itu akan membuat sesuatu yang besar dan akan membuat kekacauan sekali lagi. Cangkang dari telur yang berwarna ke abu-abuan itu mulai retak, sejumlah cahaya emas menusuk mata mulai keluar dari celah retakan itu. Saat sebagian besar tubuh dari cangkang sudah benar-benar penuh dengan retakan, sebuah suara nyaring mulai terdengar. “Nging!” Mendengar hal ini, Surya mau tidak mau menjadi panik Ketika melihat ke arah pihak lain. Telur abu-abu itu akhirnya mulai pecah beriringan dengan suara nyaring yang terdengar semakin tebal. Hanya selang beberapa detik telur itu akhirnya pecah. “...” Tidak seperti apa yang dibayangkan Surya, telur abu-abu yang memiliki ukuran sebesar anak sapi itu pecah dengan sangat tidak keren. Telur itu pecah dengan cangkangnya yang terkikis seperti abu yang telah ditiup oleh angin. Dan juga suara yang ditimbulkan berh
Di kantor walikota Tanah Datar, sejumlah orang sedang duduk berkumpul membicarakan tentang satu hal dengan wajah yang serius. “Bagaimana, apakah kalian sudah melihat apa yang terjadi?” tanya walikota ke arah orang yang duduk di depannya. “Yaa tuan, tapi kami masih belum jelas tentang apa yang sebenarnya terjadi,” jawab sosok yang tampak tua. “Baiklah coba ceritakan.” Pinta walikota. “Jadi begini, kami menemukan sejumlah jejak pertarungan di salah satu sudut yang ada barat kota. dari jejak itu, kami bisa menyimpulkan bahwa itu adalah serangan para ahli, bahkan dampak dari serangan itu sungguh membuat area menjadi neraka yang nyata.” Sosok tua menjelaskan. “Apakah benar begitu?” “Ya wali kota, di tambah lagi, ada sejumlah mayat yang telah disiram dengan cairan jamu dengan bau menyengat.” “Mayat yang disiram dengan cairan yang memiliki bau menyengat? Apakah kalian tau identitas dari mayat?” “Kami belum jelas, tapi dari penyelidikan kami, orang-orang itu mungkin merupakan anggota d
Ketika sosok bergigi kuning itu menatap ke satu arah, kelompok orang yang menunggu pidatonya mau tidak mau menoleh ke arah yang sama. Kini setiap orang yang ada di ruang tengah itu tanpa sadar memusatkan perhatian mereka ke arah kelompok tiga orang berada. Rohid menjadi bergetar karena ini, mata birunya sedikit berkilau Ketika wajahnya mulai cemas. Mimik buruknya itu bertambah buruk Ketika keringat seukuran beras mulai meluncur dari keningnya. Sementara Surya yang telah lama sadar, hanya bisa menatap ke arah sosok gigi kuning dengan tampilan tenang. Namun meskipun begitu, Surya sudah lama mengumpulkan sejumlah energi rimau di tangannya. Saat keheningan canggung itu terjadi, sosok bergigi kuning mulai berjalan mendekat ke arah tiga orang itu. Dengan begitu wajah Rohid semakin hitam. Surya yang melihat ekspresi temannya itu hanya bisa mengejek dalam hati. “Heyyy yang punya rahasia sebenarnya Aku atau kau?” Jelas Surya sangat bingung mengapa temannya itu begitu gugup. Meskipun beg
“Mereka memberontak melawan Anjing gilo karena keserakahan, kelompok itu rela bertarung dengan bos mereka hanya untuk sebuah benda. Dan yang lebih tragisnya, kelompok itu malah mati akibat keserakahannya. Kini Anjing gilo sedang bersembunyi karena takut musuh musuhnya akan mendatanginya untuk mengambil kesempatan untuk membunuhnya.” “Ahhh sungguh memang keserakahan akan menuntun manusia ke kematian.” Seorang kerumunan berkata memahami garis besar pidato seseorang yang kini menjadi pusat perhatian. Sementar itu, salah satu orang yang ada di tempat itu berteriak dengan keras. “Jika semua orang yang melihat hal itu mati, lalu kau tau dari mana cerita itu?” tanya sosok itu dengan tidak percaya. “Aku mendengarnya dari keluarga-keluarga besar...” sosok gigi kuning berkata dengan sedikit tidak berharap. Dengan begitu diskusi panas akhirnya dimulai. Sementar itu, sosok yang telah berpidato sebelumnya akhirnya bergerak ke salah satu sudut dan kemudian mulai menghilang tanpa jejak. Surya
Di rumah gadang keluarga Sipadeh, seorang pemuda tengah duduk dengan tenang sembari menatap ke arah seorang botak yang ada di depannya. “Bagaimana apa yang telah kau dapatkan?” tanya Masiak ke arah pihak lain. “Aku melihat bahwa benda itu benar-benar ada di tangan bocah itu tuan muda.” “Ohhh tampaknya kita sudah tidak harus menerka-nerka lagi. Baiklah Kau bisa kembali awasi dia.” “Baik tuan muda.” Sosok itu pergi meninggalkan masiak dan juga Taji dengan hormat. Melihat ke arah orang yang pergi itu, Taji mulai bertanya ke arah Masiak Sipadeh. “Tuan mudo siapa orang itu?” tanya Taji penasaran. “Ahhh aku sampai lupa, dia adalah Cicak, salah satu intel kita.” Berkata dengan santai tampak tidak ada yang spesial. Namun Taji yang mendengar hal itu hanya bisa terperangah kaget. “Cicak? Bukankah itu julukan untuk orang itu?” Meskipun Nama itu terdengar cukup aneh dan biasa, namun orang di balik nama itu sama sekali tidak biasa. Cicak yang ada di pikiran Taji adalah sosok orang aneh