hai semuanya, apa kabar? gimana bab kali ini? semoga menghibur ya!! || Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Ketika sosok bergigi kuning itu menatap ke satu arah, kelompok orang yang menunggu pidatonya mau tidak mau menoleh ke arah yang sama. Kini setiap orang yang ada di ruang tengah itu tanpa sadar memusatkan perhatian mereka ke arah kelompok tiga orang berada. Rohid menjadi bergetar karena ini, mata birunya sedikit berkilau Ketika wajahnya mulai cemas. Mimik buruknya itu bertambah buruk Ketika keringat seukuran beras mulai meluncur dari keningnya. Sementara Surya yang telah lama sadar, hanya bisa menatap ke arah sosok gigi kuning dengan tampilan tenang. Namun meskipun begitu, Surya sudah lama mengumpulkan sejumlah energi rimau di tangannya. Saat keheningan canggung itu terjadi, sosok bergigi kuning mulai berjalan mendekat ke arah tiga orang itu. Dengan begitu wajah Rohid semakin hitam. Surya yang melihat ekspresi temannya itu hanya bisa mengejek dalam hati. “Heyyy yang punya rahasia sebenarnya Aku atau kau?” Jelas Surya sangat bingung mengapa temannya itu begitu gugup. Meskipun beg
“Mereka memberontak melawan Anjing gilo karena keserakahan, kelompok itu rela bertarung dengan bos mereka hanya untuk sebuah benda. Dan yang lebih tragisnya, kelompok itu malah mati akibat keserakahannya. Kini Anjing gilo sedang bersembunyi karena takut musuh musuhnya akan mendatanginya untuk mengambil kesempatan untuk membunuhnya.” “Ahhh sungguh memang keserakahan akan menuntun manusia ke kematian.” Seorang kerumunan berkata memahami garis besar pidato seseorang yang kini menjadi pusat perhatian. Sementar itu, salah satu orang yang ada di tempat itu berteriak dengan keras. “Jika semua orang yang melihat hal itu mati, lalu kau tau dari mana cerita itu?” tanya sosok itu dengan tidak percaya. “Aku mendengarnya dari keluarga-keluarga besar...” sosok gigi kuning berkata dengan sedikit tidak berharap. Dengan begitu diskusi panas akhirnya dimulai. Sementar itu, sosok yang telah berpidato sebelumnya akhirnya bergerak ke salah satu sudut dan kemudian mulai menghilang tanpa jejak. Surya
Di rumah gadang keluarga Sipadeh, seorang pemuda tengah duduk dengan tenang sembari menatap ke arah seorang botak yang ada di depannya. “Bagaimana apa yang telah kau dapatkan?” tanya Masiak ke arah pihak lain. “Aku melihat bahwa benda itu benar-benar ada di tangan bocah itu tuan muda.” “Ohhh tampaknya kita sudah tidak harus menerka-nerka lagi. Baiklah Kau bisa kembali awasi dia.” “Baik tuan muda.” Sosok itu pergi meninggalkan masiak dan juga Taji dengan hormat. Melihat ke arah orang yang pergi itu, Taji mulai bertanya ke arah Masiak Sipadeh. “Tuan mudo siapa orang itu?” tanya Taji penasaran. “Ahhh aku sampai lupa, dia adalah Cicak, salah satu intel kita.” Berkata dengan santai tampak tidak ada yang spesial. Namun Taji yang mendengar hal itu hanya bisa terperangah kaget. “Cicak? Bukankah itu julukan untuk orang itu?” Meskipun Nama itu terdengar cukup aneh dan biasa, namun orang di balik nama itu sama sekali tidak biasa. Cicak yang ada di pikiran Taji adalah sosok orang aneh
Pagi hari di kota Tanah datar begitu dingin di penghujung tahun. Meskipun begitu, masih banyak orang yang berdatangan dan bekerja di luar ruangan. Dengan begitu suasana kota itu menjadi hangat dan lebih hidup dibanding dengan hari sebelumnya. “Surya jangan lupa untuk mampir ke kota ini jika kau punya waktu,” kata sosok wanita tomboy di dekat Surya. “Yaaa tenang saja, jika aku memiliki waktu luang pasti akan mampir ke kota ini.” Surya terlihat menyetujui perkataan pihak lain. Sementar itu, sosok pemuda dengan mata biru berkata kepada Surya dengan nada mengejek. “Huhhh akhirnya pengacau kita pergi juga, aku berharap kau tidak membuat keributan yang begitu besar di kotamu,” “Heyyy aku tidak selalu menjadi seperti itu,” kata Surya mempertahankan dirinya. “Baiklah, baiklah. Aku harap kau berhati hati. Dan jika ada kesempatan mungkin kau harus datang untuk berkeliling desa ku,” kata rohid menyarankan. “Baik, aku tunggu hari itu.” Setelah berpamitan dengan teman barunya itu, Surya mul
Di salah satu area yang tidak jauh dari kota Tanah Datar, tampak seorang pemuda sedang bersantai merawat dirinya dan hewan peliharaannya. Pemuda itu tidak lain adalah Surya yang ingin segera pulang menuju kota halamannya. Setelah sesaat beristirahat, Surya akhirnya bersiap untuk beranjak. Namun sebelum itu, Surya terlihat berbicara dengan anjing-anjingnya. Setelah percakapan itu, selusin anjing mulai berpencar pergi entah kemana. Melihat hal ini dari kejauhan, sosok Cicak hanya bisa bertanya penasaran di dalam hati. “Apa yang dia lakukan dengan anjing-anjing itu?” Meskipun sudah berpikir cukup keras, namun Cicak sama sekali tidak mengerti apa yang dilakukan pemuda biasa itu. Setelah anjing-anjingnya pergi dari tempat itu, Surya mulai menaiki kudanya kembali sebelum akhirnya berjalan ke satu arah. Cicak yang melihat hal ini hanya bisa bersiap untuk mengikuti pihak lain untuk pergi. Namun sebelum itu dia mulai menghubungi kelompok yang ada di belakangnya terlebih dahulu untuk men
Malam hari yang gelap cukup ricuh Ketika sejumlah besar bebatuan mulai jatuh dari tebing bukit. Sementara itu dinginya malam kian menjadi dingin akibat tumpukan mayat yang tertimbun reruntuhan batuan. Cicak yang melihat hal ini hanya bisa menyesal. “Sial! Kenapa aku tidak memikirkan hal ini.” sosok itu hanya bisa merasa malu Ketika begitu ceroboh mengharapkan sesuatu. Kini dia hanya bisa menghela nafas tidak puas. Saat Cicak tengah menempel di sebuah batu, getaran mulai dia rasakan menjalar di udara. Merasakan sesuatu yang tidak beres, Cicak mulai bergerak dengan lentur ke arah sisi batu lainnya. “Ting duar!” Suara nyaring terdengar di ikuti dengan suara besar. Sebuah pedang berwarna hitam menghantam batu yang ditempati Cicak sebelumnya dengan sangat kuat. Cicak yang masih menempel di bagian lain batu hanya bisa meloncat ke belakang untuk menghindar dari dampak benturan. Dengan begitu Cicak mulai melihat ke arah sosok penyerang. “B-bagaiman kau bisa tau aku di sini?” tanya Ci
Di salah satu tempat yang gelap karena waktu menunjukan keadan malam, seorang pemuda berlari mengejar sebuah benda yang melayang di udara. “Sial apa lagi yang ingin pedang bodoh ini lakukan kali ini?” tanya pemuda itu berlari dengan susah payah. Surya baru saja melawan orang mencurigakan, namun setelah mayatnya diserap oleh pedang itu, benda mistis itu masih saja tidak puas dengan melayang cukup cepat di udara. Surya yang melihat hal ini hanya bisa bersumpah untuk mengurung pedang itu setelah dia pulang. Sementara itu anjing-anjing yang melihat Surya pergi ke satu arah sebagian mulai mengikutinya. Mereka tampak penasaran apa yang dilakukan tuan baru mereka. Setelah beberapa saat berlari, Surya akhirnya sampai di satu sudut yang memiliki banyak pohon disekitarnya. “Mau sampai kapan pedang bodoh ini terus pergi?” Saat itu Surya bisa melihat pedang itu bergerak menuju ke salah satu pohon yang tampak biasa di tempat itu. Dia hanya bisa berpikir dalam hati. “Apa bagusnya pohon itu?
Seorang pemuda berlari menuju arah yang tak menentu Ketika dia terus merubah jalur pelariannya. Sosok itu terus berlari mengikuti benda terbang di udara yang terlihat cukup mistis. Adegan itu seperti cerita-cerita horor yang sulit untuk dipercaya. “Ahhh sampai kapan aku harus berlari?” tanya Surya kesal. Pemuda itu telah lama berlari mengejar pedangnya. Meskipun dia sangat berkonflik dengan ini, Surya masih saja mengejarnya bersama setengah dari kelompok anjingnya. Karena tidak ingin ini terus berlanjut, Surya mulai berpikir keras akan satu hal. Setelah beberapa saat Surya berpikir, dia akhirnya menemukan jalan keluar dari masalah ini. Surya pun menoleh ke arah kelompok anjingnya dengan tatapan berarti. Seolah telah diperintahkan dengan suara jelas, kelompok anjing itu mulai mempercepat lari mereka menuju ke satu arah. “Mari kita lihat kemana kau akan pergi.” Surya berkata dengan percaya diri. Saat itu juga Surya dan kelompoknya mengepung area sekitaran pedang Pralaya. Seolah